Jumat, 05 Juni 2020

Diskusi Harian Kelompok 10_Minggu ke 6

 

Tanggal 5 Juni 2020

Link : https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-5039532/sederet-alasan-pemerintah-terapkan-new-normal

 

Sederet Alasan Pemerintah Terapkan New Normal

Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memaparkan sejumlah alasan Indonesia perlu menerapkan tatanan normal baru atau era new normal. Salah satu yang menjadi pertimbangan ialah terkait dampak pandemi ini terhadap ekonomi yang dianggap sudah begitu mengkhawatirkan. Sehingga bila tak segera diterapkan akan ada lebih banyak pekerja yang menjadi korban.

"Kenapa kita butuh ini segara? Melihat angka indikator ekonomi kita sudah separah itu. Dan perlu diketahui pekerja di Indonesia itu 55-70 juta dari 133 juta itu adalah pekerja informal sehingga mereka ini yang paling terdampak di dalam COVID-19," ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Perekonomian (Sesmenko) Susiwijono Moegiarso dalam diskusi online Pactoc Connect, Rabu (3/6/2020).

Tak hanya itu, meningkatnya pengangguran sekaligus berkorelasi terhadap pergerakan konsumsi dalam negeri. Bila dibiarkan konsumsi yang biasanya menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bisa anjlok dan efeknya bisa memicu konflik sosial.

"Kemudian kita lihat kondisi ada sekian juta yang sudah di PHK dirumahkan, pendapatan turun, daya beli turun, tabungan mulai habis dan kemudian konsumsi kita juga harus menyesuaikan mulai turun. Jangan sampai nanti menimbulkan permasalahan sosial," sambungnya.

Lalu, akibat selanjutnya, dikhawatirkan banyak masyarakat kelas menengah yang mendekati garis kemiskinan malah jatuh ke garis kemiskinan tersebut. Diprediksi angka kemiskinan bisa bertambah hingga menjadi 4,86 juta.

"Juga mulai perpindahan kelas sosial yang tadinya di middle kemudian turun," imbuhnya.

Bila situasi ini dibiarkan, Susiwijono mengaku negara tak akan sanggup terus-terusan memberikan bantuan sosial ke masyarakatnya mengingat kemampuan keuangan negara yang juga terbatas. Untuk itu, beberapa aktivitas ekonomi harus segera digenjot kembali demi mencegah ekonomi jatuh lebih dalam lagi.

"kita tau masyarakat kita tabungan akumulasi kekayaan asetnya untuk survive tergolong sangat kecil dan yang paling penting kemampuan negara sangat terbatas. Pemerintah mungkin tidak sanggup kalau harus dalam jangka waktu lama terus menerus membantu dalam bentuk bansos dan lain sebagainya. Karena itu pilihannya kita harus membuka beberapa aktivitas ekonomi secara bertahap," pungkasnya.

Pemerintah dari berbagai Kementerian/Lembaga (K/L) kini tengah menyiapkan masing-masing protokol kesehatan untuk memulai tatanan normal baru atau new normal di tengah pandemi COVID-19. Nantinya, setelah protokol kesehatan dari semua K/L rampung, langkah selanjutnya pemerintah akan membuat satu protokol nasional yang merangkum aturan hidup era new normal tersebut.

"Semua sudah menyiapkan protokol tadi, di dalam rapat tadi pagi dengan para menko (Menteri Koordinator) tadi dengan Gugus Tugas, kita sepakat protokol ini akan dijadikan satu, kita satukan standar template yang ada, nanti Kemenkes (Kementerian Kesehatan) dan Gugus Tugas yang akan menginventarisir, mengkompilasi semuanya menjadi satu Protokol Nasional untuk semua sektor tadi," kata Sekretaris Kementerian Koordinator Perekonomian (Sesmenko) Susiwijono Moegiarso dalam diskusi online Pactoc Connect, Rabu (3/6/2020).

Sejauh ini, baru Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Perdagangan saja yang sudah matang dengan protokol kesehatan masing-masing. Sedangkan sisanya masih dalam proses menyusun protokol kesehatan.

"Kalau kita lihat di sini contoh secara umum Kemenkes sudah menerbitkan suatu bentuk keputusan dan SE yang mengatur banyak hal bagaimana protokol kesehatan di tempat-tempat umum. Di sektor industri, Kementerian Perindustrian menerbitkan banyak sekali aturan SE menteri dan sebagainya yang mengatur sektor industri ini protokol kesehatannya seperti apa. Sektor pariwisata, akomodasi, perhotelan, ekonomi kreatif dan sebagainya barangkali mice ada di sini, Kemenpar sudah menyiapkan konsep untuk SOP nya , sekarang sedang proses. Kementerian Perhubungan sudah banyak permen dan SE nya mengatur protokol-protokolnya demikian juga di sektor perdagangan dan menyusul sektor-sektor yang lain," paparnya.

Plt Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Odo R.M Manuhutu yang ikut berpartisipasi dalam diskusi tersebut juga mengutarakan rencana serupa. Menurutnya, minggu ini akan ada rapat lanjutan untuk memfinalisasi protokol kesehatan tersebut ke Kementerian Kesehatan.

"Kita sepakati bahwa masing-masing K/L dapat membuat protokol, protokolnya diajukan ke Kemenkes dan Kemenkes yang akan mengharmonisasi, tujuannya semata agar tidak terjadi kebingungan, intinya kita satu suara dan masyarakat tidak kebingungan apalagi pelaku usaha," ujar Odo.

Menurut Odo, sebagai sektor yang paling terpukul oleh pandemi COVID-19, sangat penting adanya protokol kesehatan yang standar agar tidak ada tumpang tindih kebijakan.

"Jangan sampai ada tumpang tindih kebijakan yang justru merugikan industri MICE," katanya.

 


 

 

TANGGAPAN :

Stimulus dari pemerintah dalam bidang ekonomi memang sangat diperlukan. Baik bagi perusahaan besar, atau perusahaan kecil. Pada berita tersebut, dapat kita ketahui beberapa kebijakan yang akan menjadi stimulus bagi UMKM bangkit, dan kembali tegak. Dengan adanya kebijakan yang luar biasa dari pemerintah ini tentunya diharapkan keadaan ekonomi Indonesia kembali normal. Beberapa stimulus diwujudkan pemerintah dalam kebijakan fiskal maupun non fiskal.

Selain stimulus bagi UMKM yang merupakan pendorong ekonomi Indonesia, saya harap pemerintah juga perlu memprioritaskan perusahan besar. Mengapa? Karena, mengingat banyaknya jumlah PHK yang terjadi. Jadi apabila perusahaan besar juga diprioritaskan untuk diperhatikan, maka akan luar biasa dampak positifnya. Pertama, perusahaan akan kembali bangun yang kemungkinan besar nanti akan mengurangi angka2 pengangguran. Saya tahu bahwa pemerintah memberikan suatu kebijkan dengan dasar data dan pertimbanhan. Saya berharap bahwa apapun yang dijadikan jalan sebagai stimulus oleh pemerintah akan mampu memperbaiki keadaan ekonomi akibat wabah Covid ini.

Melihat permasalahan covid-19 terkait perekonomian bukan hanya sektor kecil yang terdampak tetapi juga menyangkut industri besar yang mengalami pengurangan pendapatan yang jga berujung PHK. jika demikian masyarakat pula yang dirugikan karena kehilangan pekerjaannya. Kebijakan yang hendak diterpkan sebisa mungkin harus menguntungkan berbagai pihak, agar perekonomian segera pulih.

Disisi lain, keselamatam masyarakat juga harus diperhatikan karena seperti yang sudah diketahui virus covid-19 mudah ditularkan antar manusia. Kebijakan new normal harus betul2 dikaji secara matang. Karena jika salah langkah bisa terjadi lonjakan kasus yang semakin merugikan negara. Sebagai contoh penerapan new normal di korea selatan yang mengakibatkan melomjaknya kasus saat kebijakan baru di terapkan. Disini terlihat jelas bahwa persiapan yang matang sangat perlu dilakukan. Negara perlu menyiapkan sarana dan prasarana mendukung dalam penerapan kebijakan yang hendak dilakukan.

Karena tidak hanya UMKM yg terdampak pandemi covid-19, tetapi juga perusahaan besar yg banyak melakukan PHK sehingga jumlah pengangguran di Indonesia meningkat. Banyak kasus juga yg diberitakan terjadi masalah sosial dari kalangan masyarakat yg mengalami PHK. Tetapi, di sisi lain masyarakat harus mengikuti protokol kesehatan dalam melakukan berbagai aktivitas dalam menerapkan New Normal ini, karena dikhawatirkan terjadi lonjakan kasus positif di gelombang kedua seperti yg terjadi di Spanyol pada tahun 1900-an saat adanya wabah flu Spanyol yg terjadi saat masyarakat sudah malas melakukan protokol kesehatan sehingga kematian terjadi sebanyak setengah dri populasi masyarakatnya. Maka dari itu, dalam penerapan New Normal ini pemerintah harus benar-benar menyiapkan segala hal yg diperlukan dan masyarakat juga harus patuh dengan protokol kesehatan.

Mungkin dalam hal ini pastinya banyak timbul pro kontra dari berbagai pihak terjadap penerapan new normal ini. Satu pihak kontra karena memang Indonesia belum secara serentak secara struktural, konsisten dan disiplin terhadap kebijakan yang diterapkan. Masih ada yg namanya kelonggaran di beragai tempat walaupun kebijakan sudah mulai diterapkan dan di sosialisasikan. Apalagi di new normal ini yg masih kebanyakan orang masih belum banyak faham apa eksistensinya.

Ada juga yang pro karena tidak dapat dipungkiri dalam kondisi yg sekarang ini, ketika kita berbicara kondisi ekonomi yang sudah benar benar merosot dari waktu ke waktu  hingga membuat pemerintah kewelahan dan ditakutkan penanganan akan kondisi ekonomi tambah buruk.

Walaupun sebelumnya pemerintah sudah berupaya mengeluarkan stimulus ataupun kebijakan mengenai penanganan covid-19 seperti social distancing, WFH, Karanrina Wilayah dsb nyatanya hal ini belum optimal sehingga pemerintan harus mencari jalan lain.

Namun kebijakan ini pun berdampak sekali kepada berbagai aspek. Terutama bagi tulang punggung keluarga yg notabennya bukan pns dengan pekerjaan mereka seperti pedagang kecil dan warung warung. Saat ini yg sudah dibilang sepi pembeli dan kebingungan untuk mencari sumber penghasilan dari mana. bahkan banyak perusahaan juga melakukan phk pada karyawannya dikarekanakn kegiatan operasional mereka tidak optimal karena adanya pembatasan dari pemerintah dimana dalam hal ini membuat perusahaa mengalami penurunan pendapatan untuk membayar karyawan.

Upaya pemerintah untuk masyarakat pun sudah banyak dilakukan seperti subsidi listrik, pph, kelonggaran membayar kredit, bantuan kuota dengan bekerja sama dengan berbagai provider membuat keuangan negara refocusing thd penanganan covid-19 ini. Dan nyatanya pun ditambah dengan perawatan pasian covid-19 ini memnutuhkan biaya yg tidak sedikit bahkan puluhan juta membuat keuangan negara  terkuras dalam kondisi ini. Hal ini pun membuat pemerintan berpikir keras untuk mengambil jalan untuk menyelamatkan ekonomi negara dengan berbagai kebijakan.

Jadi dalam hal ini. Dengan kondisi yg seperti ini, dengan kondisi keuangan yg seperti ini, dengan segala tuntutan kepada pemerintah kita membuat pemerintah harus mengambil jalan tengah dalam menyikapi hal ini dan Menerapkan new normal ini.

Kita sebagai mahasiswa yg dalam hal ini masih open minded sekali nih sama teknologi dan dapat menyaring informasi dengan baik. Harus juga ikut berpartisipasi dan mendukung pemerintah kita. Khawatir boleh. Tetap menjaga diri kita untuk tetap sehat adalah yg lebih penting.

Apapun kebijakan pemerintah insyaAllah sudah di kaji dengan baik dngan jajarannya. Semua dimulai dari kita sendiri dan bagaimana kita bisa menjadi informan yg baik yg dapat menyampaikan kepada orang di sekitar kita. Ketika 'new normal' diterapkan di indonesia. Salah satu pertimbangannya adalah agar tidak terjadi kemrosotan atau bahkan keruntuhan pada sektor ekonomi. Hal ini disebabkan karena salah satu penghasilan utama negara yaitu pajak mengalami pemangkasan atau penurunan karena kebijakan baru. Kebijakan baru pajak memuat penurunan tanggungan pajak bagi sektor industri yg terkena langsung dampak dari pandemi.

Dari beberapa hal diatas, dapat disimpulkan bahwa pemerintah bermain aman dengan menerapkan 'new normal' agar roda perekonomian tetap bisa bergerak. Namun, di sisi lain terdapat sebuah risiko besar yang harus dihadapi. Yaitu kegagalan perusahaan atau umkm dalam memulai usaha kembali. Mungkin disebabkan vakumnya produksi dan kekurangan tenaga kerja, sehingga membuat produksi menjadi sempit dan sedikit yg menyebabkan beberapa permintaan tidak terpenuhi di pasar.

Selain itu, dengan adanya 'new normal' ini. Pemerintah seolah masih belum memahami sifat dab karakter masyarakat indonesia yang nekat asal masih bisa hidup. Secara tidak langsung dengan menerapkan 'new normal' dengan hidup berdampingan virus ini, pemerintah telah menerapkan hukum rimba untuk masyarakatnya sendiri. Yaitu yg kuat imunitas tubuhnya akan bertahan dan yang imunitasnya lemah akan binasa. Hal ini seperti cara pemerintah untuk mengendalikan populasi penduduk dengan hal yang unik. Ketika pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan masalah sosial dan ekonomi. Pemerintah seolah menyelipkan unsur 'intrinsik' dalam 'new norma' ini. Yaitu depopulasi terhadap warganya hal ini tidak begitu buruk. Seleksi alam akan mengijinkan yang kuat tetap bertahan hidup dan yang lemah akan meninggal. Secara tidak langsung SDM unggul akan terseleksi secara alami dan menciptakan tenaga kerja baru yg lebih kuat. Selain itu, dengan terjadinya kematian massal 'kelak' karena 'new normal' ini. Akan membuka lahan kosong baru dan mungkin bisa menurunkan angka kepadatan penduduk dan angka kemiskinan.

 

 

 

 

Kamis, 04 Juni 2020

Diskusi Harian Kelompok 9_Minggu ke 6

 

Link: https://www.vibiznews.com/2020/06/06/new-normal-dan-ekspektasi-pemulihan-ekonomi-market-outlook-8-12-june-2020-by-alfred-pakasi/

New Normal dan Ekspektasi Pemulihan Ekonomi

Market Outlook, 8-12 June 2020 by Alfred Pakasi

By

 Alfred Pakasi

 -

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan menguatnya ekspektasi pasar atas akan datangnya pemulihan ekonomi menuju kondisi new normal, naiknya permintaan risk asset, sekalipun ketegangan AS – China masih dalam perhatian. Untuk korban virus, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 6.8 juta orang terinfeksi di dunia dan 398 ribu orang meninggal, dan menyebar ke 213 negara dan teritori. Pasar saham dunia umumnya menguat, permintaan safe haven tergerus dan menekan dollar AS dan emas, sementara rupiah terus rally 5 minggu berturut-turut.

Minggu berikutnya, isyu antara pembukaan ekonomi new normal, indikasi pemulihan ekonomi, dan tensi lanjutan AS-China ini akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Market Review and Outlook 8-12 June 2020.

Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau lanjut menguat di minggu ketiganya oleh masuknya dana investor asing di tengah sentimen positif pembukaan ekonomi di sejumlah negara dan persiapan ekonomi new normal di dalam negeri. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya menguat. Secara mingguan IHSG ditutup menguat signifikan 4.08% ke level 4,947.782. Untuk minggu berikutnya (8-12 Juni 2020), IHSG kemungkinan masih bisa lanjutkan rally-nya, dengan diintip investor untuk aksi profit taking. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 5041 dan kemudian 5365, sedangkan support level di posisi 4621 dan kemudian 4460.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terpantau menguat kembali dalam rally 5 minggu berturut-turut dengan masuknya dana asing ke pasar uang Indonesia, baik SBN maupun saham, menuju ekonomi new normal, sementara dollar global dalam tren melemah kembali, sehingga rupiah secara mingguannya menguat signifikan 5.27% ke level Rp 13,878. Rupiah kembali menjadi mata uang terbaik terhadap USD di kawasan Asia, dan sudah berada di posisi sebelum Covid-19. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan turun, atau masih bias positif bagi rupiah dengan sedikit koreksi pasar, dalam range antara resistance di level Rp14,780 dan Rp14,905, sementara support di level Rp13.654 dan Rp13,560.

Dalam rangka mitigasi dampak penyebaran COVID-19, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pada akhir pekan menyampaikan beberapa hal terkait perkembangan terkini perekonomian dan kebijakan yang ditempuh BI, antara lain:

Perkembangan Indikator Ekonomi

1.      Nilai tukar terus mengalami penguatan sejalan dengan pandangan BI bahwa nilai tukar masih undervalued dan ke depan masih berpotensi untuk menguat. Saat ini sudah di bawah Rp14.000/USD.

2.      Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2020 tetap rendah tercatat 2,19% (yoy). Bulan Juni diprakirakan lebih rendah, sebesar 1,81% (yoy).

3.      Aliran masuk modal asing ke SBN terus mengalami peningkatan sejak minggu II Mei 2020.

4.      Cadangan devisa akhir Mei 2020 diprakirakan meningkat.

5.      Pembelian SBN di pasar perdana oleh BI berkurang. Hal ini menunjukkan kemampuan pasar yang makin besar dalam membeli SBN untuk kebutuhan pembiayaan APBN.

BI memprakirakan dengan implementasi kebijakan kenormalan baru, akan mendorong aktivitas ekonomi terutama meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II – 2020 diprakirakan akan menurun dan kembali meningkat pada triwulan III – 2020.

Pasar Forex

Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum tertekan di tengah berlanjutnya minat investor terhadap risk asset serta euro yang melompat oleh pertambahan nilai paket stimulus dari ECB, namun di akhir pekan rebound karena naiknya data tenaga kerja AS, dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir melemah ke 96.95. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau menguat tajam ke 1.2891. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.3838 dan kemudian 1.1495, sementara support pada 1.1068 dan 1.0871.

Pound sterling minggu lalu terlihat menguat ke level 1.2663 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.2849 dan kemudian 1.3200, sedangkan support pada 1.2204 dan 1.2075. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat ke level 109.56.  Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 109.85 dan 110.08, serta support pada 107.08 serta level 106.36. Sementara itu, Aussie dollar terpantau menguat ke level 0.6968. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7032 dan 0.7082, sementara support level di 0.6506 dan 0.6371.

Pasar Saham

Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum menguat, investor kembali mengejar risk asset di tengah harapan datangnya pemulihan ekonomi. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir menguat ke level 22,864. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 23807 dan 23995, sementara support pada level 20335 dan 19448. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir menguat ke level 24,770. Minggu ini akan berada antara level resistance di 24855 dan 25579, sementara support di 22520 dan 21139.

Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau melejit di antara optimisme pemulihan ekonomi dengan data melompatnya pertambahan tenaga kerja AS. Indeks Dow Jones secara mingguan menguat tajam ke level 27,111.0, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 25759 dan 27102, sementara support di level 24294 dan 22790. Index S&P 500 minggu lalu menguat ke level 3,189.0, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3261 dan 3394, sementara support pada level 2909 dan 2766.

Pasar Emas

Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau tertekan Kembali oleh data kuat tenaga kerja AS yang membangkitkan ekspektasi pemulihan ekonomi, sehingga harga emas spot secara mingguan terkoreksi ke level $1,685.27 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1745 dan berikut $1766, serta support pada $1661 dan $1641.

Ada sejumlah indikator data ekonomi kerap menjadi penggerak pasar, sementara sebagian data ekonomi lainnya sepertinya tidak berdampak terhadap harga di pasar investasi. Kadang seorang investor individual terkecoh dengan pilihan dan analisis fundamental data ekonomi. Hal itu dapat dimengerti kalau tidak mempelajari situasi pasar sebelumnya.  Demikianlah, fluktuasi pasar dan data perlu dipelajari hubungan dan kaitannya. Kalau Anda mengalami kesulitan mempelajari dan melihat contohnya, lihat saja Vibiznews.com. Sejumlah data lengkap dengan analisis seketikanya langsung tersaji tiap kali rilis berita ekonomi penting diumumkan. Itu akan memberikan gambaran arah pasar selanjutnya. Begitulah, kami ada hanya untuk sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

Hasil Diskusi:

Pada awal bulan Juni, Pemerintah telah berencana untuk memberlakukan skenario normal baru atau new normal dalam waktu dekat. tatanan hidup normal baru (new normal) dilakukan lantaran masyarakat saat ini diminta untuk beradaptasi dengan pademi virus corona atau Covid-19 selama vaksin belum dapat ditemukan. Dengan kebijakan ini tentunya diharapkan Indonesia bisa segera keluar dari resesi perekonomian yang disebabkan oleh Covid-19 dalam waktu yang relatif singkat.

Untuk saat ini, pemerintah telah mendesain tahapan pemulihan perekonomian secara bertahap melalui beberapa fase. Selain itu, pemerintah juga telah menyiapkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Di antara tahapan tersebut sangat memerhatikan dimensi kesehtaan yaitu perkembangan penyakit, pengawasan virus, kapasitas layanan kesehatan dan kesiapan sosial ekonomi, protokol tiap sektor, wilayah dan transportasi yang terintegrasi dengan lainnya.

Pada posisi mulainya penerapan kebijakan new normal ini mengarah pada sektor usaha yang akan siap beroperasi kembali, meskipun belum secara optimal namun setidaknya ada pergerakan yang mengarah pada perubahan. Dan rencanya bebeberapa sektor yang akan dibuka terlebih dahulu ketika skenario normal baru diberlakukan adalah sektor industri. Selain itu, pemerintah jugasudah mulai membuka sektor pariwisata. yang Nantinya, pemerintah akan mengatur agar hotel dan restoran bisa mulai dibuka meski kapasitasnya dibatasi. Adapun sektor lainnya yang juga mulai beroperasi adalah sektor perhubungan. Kemudian, pemerintah juga mempertimbangkan untuk menyiapkan sektor manufaktur, perkebunan, hingga perdagangan khususnya pasar tradisional. Dengan demikian, pada setiap penerpan dan pengupayaan kebijakan tersebut, merupakan salah satu lagkah strategis yang diberlakukan pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi.






Diskusi Harian Kelompok 8_Minggu ke 6

 

Link: https://market.bisnis.com/read/20200504/7/1236000/indikasi-perang-dagang-as-china-jadi-biang-keladi-tekanan-ihsg

Indikasi Perang Dagang AS-China Jadi Biang Keladi Tekanan IHSG

Di pasar regional, saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo menjadi yang paling banyak dilego asing antara lain saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Astra International Indonesia Tbk. (ASII), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).

Dhiany Nadya Utami - Bisnis.com04 Mei 2020  |  12:24 WIB

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan tak bertenaga sepanjang perdagangan sesi pertama, Senin (4/5/2020). Minimnya sentimen positif membuat indeks tak mampu mempertahankan penguatan pada pekan lalu.

Pada hari terakhir perdagangan pekan lalu yakni Kamis (30/4/2020), indeks acuan ini menguat ke level 4.716,40 atau level tertingginya selama sepekan, setelah naik 3,26 persen dibandingkan hari sebelumnya.

Sayangnya, di awal pekan ini indeks tak mampu kembali perkasa. Sejak awal perdagangan IHSG langsung terjerempab ke zona merah bahkan sempat menyentuh level terendah 4.576,22.

Baca Juga : Bursa Asia Terbanting, IHSG Anjlok 2,35 Persen

Terpantau hanya ada 106 saham yang menguat sedangkan 271 saham melemah dan 127 lainnya tak bergerak dari posisi pembukaan. Sektor infrastruktur dan industri dasar menjadi pemimpin pelemahan dengan masing-masing turun 3,77 persen dan 3,45 persen.

Perdagangan pada sesi I ini juga diwarnai dengan aksi jual bersih oleh investor asing yang mencapai Rp94,48 miliar di seluruh pasar dan Rp172,51 miliar di pasar regional. Adapun total transaksi yang tercatat mencapai Rp3,04 triliun.

Di pasar regional, saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo menjadi yang paling banyak dilego asing antara lain saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Astra International Indonesia Tbk. (ASII), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Masing-masing saham membukukan net sell Rp89,8 miliar, Rp49,2 miliar), Rp48,1 miliar.

Head of Research MNC Sekuritas Thendra Crisnanda mengatakan pelemahan IHSG hari ini merespon peningkatan tensi geopolitik akibat pernyataan Presiden Amerika Serikat Doland Trump yang berencana kembali meningkatkan tarif impor barang-barang dari China.

“[Ada indikasi] kembali perang dagang,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (4/5/2020)

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan pergerakan indeks sesuai dengan proyeksi teknikal yang mana indikator Stochastic sudah mulai menunjukkan overbought sehingga indeks berpeluang terkoreksi wajar menuju ke support terdekat.

Menurutnya, selain ancaman perang dagang dan masih berkembangnya wabah Covid-19, ada sejumlah sentimen yang turut menjadi penekan indeks seperti minimnya data makro ekonomi global yang memberikan high impact terhadap pasar.

Di sisi lain, Purchasing Manager Index (PMI) Indoensia yang turun signifikan ke angka 27,5.

“Terus turunnya performa data inflasi maupun inflasi inti Indonesia dan jumlah tourist arrivals yang juga turun signifikan [ikut menekan indeks],” imbuhnya.

 

Hasil Diskusi:

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus tenggelam di zona merah. Untuk mengurangi tekanan di pasar modal,  maka Bursa Efek Indonesia ( BEI)  haruslah mengambil langkah antisipatif. Langkah antisipasi tersebut terkait dengan perubahan batasan auto rejection dan pengumuman BEI tentang saham yang keluar dari daftar saham yang diperdagangkan pada sesi pra-pembukaan. Hal Ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi perkembangan pasar modal global, maupun pasar modal Indonesia yang sedang mengalami tekanan, dipengaruhi penetapan virus Corona (Covid-19).

Langkah pertama yang dapat dilakukan BEI adalah dengan mengubah batasan auto rejection apabila harga penawaran jual atau permintaan beli saham yang dimasukkan ke JATS lebih dari 35 persen di atas atau 7 persen di bawah acuan harga untuk saham dengan rentang harga Rp 50 sampai dengan Rp 200. Sementara itu auto rejection juga diberlakukan untuk saham yang penawaran jual atau permintaan belinya lebih dari 25 persen atau di atas atau 7 persen di bawah acuan harga untuk saham dengan rentang harga lebih dari Rp 200 sampai dengan Rp 5.000.

Selain itu, Auto rejection juga berlaku untuk jual beli saham lebih dari 20 persen di atas atau 7 persen di bawah, dengan acuan harga untuk di atas Rp 5.000. Kemudian kedua, BEI mengubah ketentuan auto rejection untuk perdagangan saham hasil penawaran umum yang pertama kali diperdagangkan, dari sebelumnya yang ditetapkan sebesar 2 kali, menjadi 1 kali dari persentase batasan Auto Rejection. Adapun ketiga, BEI mengeluarkan seluruh saham dari daftar saham yang diperdagangkan pada sesi Pra-pembukaan, sehingga tidak ada saham yang diperdagangkan pada sesi Pra-pembukaan.

 

Rabu, 03 Juni 2020

Diskusi Harian Kelompok 7_Minggu ke 6

 

Kamis, 4 Juni 2020

Kelompok Piket Kamis KSPE

 

Jelang New Normal, Wapres Ma’ruf Beber Kebijakan di Sektor Kesehatan dan Ekonomi

https://m.liputan6.com/bisnis/read/4270479/jelang-new-normal-wapres-maruf-beber-kebijakan-di-sektor-kesehatan-dan-ekonomi

 

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, pemerintah dalam mengatasi pandemi COVID-19, menempatkan kesehatan dan keselamatan masyarakat sebagai prioritas utama.

 

"Upaya pertama yang dilakukan oleh pemerintah adalah memutus penyebaran virus agar masyarakat tidak terinfeksi, dan pelayanan medis agar mereka yang telah terpapar dapat ditangani dengan baik," kata Wapres Ma'ruf dalam saat membuka sesi webinar yang diselenggarakan oleh Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang bertema Kebijakan Strategis Menuju New Normal, Kamis (4/6/2020).

 

Bila prioritas utama telah tercapai, lanjut Wapres, maka tugas selanjutnya adalah membangun mekanisme untuk melacak masyarakat yang berpotensi terpapar melalui pelaksanaan test COVID-19 secara masif.

 

"Kita menerapkan protokol isolasi diri yang ketat, menerapkan PSBB dengan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin," jelas dia.

 

Wapres M'ruf menambahkan, pemerintah juga berupaya melaksanakan sejumlah program jaring pengaman sosial untuk mengurangi beban masyarakat yang terdampak. Seperti, refocusing kegiatan dan realokasi anggaran pendapatan dan belanja negara.

 

"Pelebaran defisit juga dilakukan dan dimaksudkan untuk dapat memberikan keleluasaan dalam menangani permasalahan kesehatan sehubungan dengan pandemi COVID-19 serta menyediakan anggaran bantuan sosial yang cukup besar," Wapres Ma'ruf menandasi.

 

 

Stimulus Fiskal dan Nonfiskal

Dalam sesi yang sama, Wapres Ma'ruf juga menjelaskan kebijakan stimulus fiskal dan non-fiskal. Hal ini dilakukan guna memastikan anggaran tersedia untuk program pemulihan ekonomi.

 

Menurut Wapres, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang merupakan tempat dari sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya tidak luput dari imbas pandemi COVID-19.

 

"Kami ambil berbagai kebijakan diambil oleh Pemerintah dalam rangka mempertahankan keberlangsungan UMKM dalam masa pandemi COVID-19 ini," jelas dia.

 

Ada tiga kebijakan diambil antara lain, Pertama, pemberian Insentif pajak untuk wajib pajak UMKM melalui pembebasan tarif pajak penghasilan (PPh); Kedua, relaksasi restrukturisasi kredit bagi UMKM; Ketiga, Pemberian subsidi bunga kredit bagi UMKM; serta berbagai kebijakan lainnya.

 

"UMKM perlu dipersiapkan agar dapat langsung bergerak setelah masa pandemi COVID-19 berlalu. Hal ini pada saatnya akan dilakukan melalui perluasan pembiayaan kredit modal kerja dan skema penjaminannya," Wapres menyudahi.

 

Rangkuman Hasil Review:

            Kebijakan new normal sendiri sebenarnya bisa dikatakan masih terlalu dini apalagi telah diperbolehkannya menjalani kegiatan seperti biasa meskipun masih dalam aturan protokol covid, mengingat kondisi pandemi di Indonesia yang masih tinggi. Namun, tidak dapat dipungkiri pula bahwa pemenuhan kebutuhan pokok demi kesejahteraan masyarakat juga perlu dipikirkan, berkaca dari pemberlakukan lockdown dan PSBB yang telah melumpuhkan perekonomian, membuat terjadinya PHK besar-besaran dan pembatasan dalam pemenuhan kebutuhan. Pemerintah pun nampaknya telah berhati-hati dalam memberlakukan kebijakan ini, dengan terus mengkaji perkembangan kebijakan new normal yang dijadikan sebagai sarana untuk memperbaiki perekonomian terutama perbaikan perekonomian UMKM yang memang sangat terdampak. Namun, tak ayal penerapan kebijakan ini juga membuat beberapa masyarakat juga merasa resah karena kembali lagi pada kebiasaan masyarakat yang “bandel” banyak melanggar protokol kesehatan, sehingga lagi-lagi kesiapan masyarakat juga menjadi hal utama yang harus dikaji, untuk kedepannya antara perbaikan dalam sektor ekonomi dan pemulihan dalam sektor kesehatan bisa berjalan beriringan. Harapan yang besar pula bahwa nantinya tidak hanya sektor UMKM yang akan mendapatkan perhatian, namun perusahaan-perusahaan besar yang terpaksa mem-PHK karyawannya turut serta menjadi pertimbangan dalam kebijakan pemerintah agar jumlah pengangguran tidak terus bertambah.

 

Diskusi Harian Kelompok 6_Minggu ke 6

 

Hari, Tanggal  : Rabu, 03 Juni 2020

Nama Kelompok : Piket KSPE Rabu 13.10

Judul Artikel : Covid-19 Bikin Ekonomi RI Lemah, Begini Jurus BI Kawal Rupiah

 

Link Artikel : https://www.cnbcindonesia.com/market/20200530164308-17-162015/covid-19-bikin-ekonomi-ri-lemah-begini-jurus-bi-kawal-rupiah  

Isi Artikel :

Jakarta, CNBC Indonesia Bank Indonesia (BI) mengatakan pengaruh penyebaran Covid-19 terhadap pelemahan ekonomi domestik masih dapat berlanjut hingga kuartal III-2020. Demikian Laporan Kebijakan Moneter Triwulan I-2020 yang dirilis BI beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa yang terefleksi dalam inflasi yang stabil, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.

Target inflasi tahun 2020 ditetapkan oleh pemerintah, yaitu sebesar 3,0% plus minus 1%. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, BI melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.

 

 

Kebijakan stabilisasi dan penguatan Rupiah juga ditempuh melalui peningkatan intensitas kebijakan intervensi baik di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder. BI juga memperluas instrumen dan transaksi di pasar uang dan pasar valas.

Hal itu ditempuh antara lain dengan menyediakan lebih banyak instrumen lindung nilai terhadap risiko nilai tukar rupiah melalui transaksi DNDF, memperbanyak transaksi swap valas, dan penyediaan term repo untuk kebutuhan perbankan serta melonggarkan kebijakan makroprudensial untuk mendorong perbankan dalam pembiayaan dunia usaha dan ekonomi.

Respons kebijakan Bank Indonesia diperkuat melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18-19 Mei 2020. RDG memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,25%.

Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian pasar keuangan global, meskipun Bank Indonesia melihat ruang penurunan suku bunga seiring rendahnya tekanan inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.

BI juga terus memperkuat bauran kebijakan yang diarahkan untuk memitigasi risiko penyebaran pandemi COVID-19, menjaga stabilitas pasar uang dan sistem keuangan, serta bersinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

Sementara itu, pandemi Covid-19 juga telah memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2020 tercatat 2,97% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,97% (yoy). Namun demikian, ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia tetap baik tercermin dari defisit transaksi berjalan triwulan I 2020 yang menurun menjadi 1,4% PDB dari 2,8% PDB pada triwulan IV-2019 dan cadangan devisa yang tetap besar.

 

Nilai tukar rupiah, setelah mendapat tekanan pada Maret 2020, juga kembali menguat mulai April 2020 seiring meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan terjaganya kepercayaan terhadap prospek perekonomian Indonesia.

Inflasi yang tetap rendah mendukung stabilitas perekonomian. Selain itu, kondisi likuiditas perbankan tetap memadai dan mendukung berlanjutnya penurunan suku bunga. Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, kendati potensi risiko meluasnya penyebaran pandemi COVID-19 perlu terus diantisipasi.

Ke depan, BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menurun pada 2020 sejalan dampak pandemi COVID-19. Pada 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan meningkat, didorong perbaikan ekonomi dunia dan dampak positif kebijakan stimulus yang ditempuh.

Covid-19 yang meluas ke seluruh dunia makin menekan perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi dunia triwulan I-2020 di banyak negara juga menurun tajam sejalan meluasnya pandemi COVID-19. Pertumbuhan ekonomi seperti di Tiongkok, Eropa, Jepang, Singapura, dan Filipina mengalami kontraksi di triwulan I 2020, sementara pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) turun dalam menjadi 0,3%.

 

Tanggapan :

Dalam menstabilkan inflasi BI telah membuat beberapa kebijakan, Kebijakan intervensi yang diterapkan di saat seperti ini dapat dikatakan cukup baik, BI tetap mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,25% seperti yang dinyatakan dalam berita tersebut sehingga dapat menjaga kestabilan nilai tukar untuk saat ini meskipun pasar global sedang mengalami ketidakpastian.

            Pada masa pandemi covid – 19 BI  tetap melaksanakan tugasnya dengan baik sangat baik dalam melihat peluang disaat ekonomi global sedang tidak stabil, BI menerapkan kebijakan dan tindakan yang membuat inflasi tetap rendah dan stabil. Berdasarkan pemantauan nilai Dolar mulai naik saat bulan Maret dan pada puncak tertinggi pada 3 April 2020 dengan nilai 16.660 rupiah. Sekarang Dolar sudah menjadi 14.195 rupiah ini menandakan tindakan yang dilakukan BI berada di jalan yang benar, sekarang tinggal gimana BI ingin terus merendahkan inflasi atau hanya puas dengan angka 14.000. BI telah memastikan bahwa kondisi perekonomian indonesia masih baik meski terdapat penurunan, dan diupayakan th 2021 akan ada peningkatan perekonomian.

 

Senin, 01 Juni 2020

Diskusi Harian Kelompok 3_Minggu ke 6

 

Link: https://www.ksi-indonesia.org/id/insights/detail/1313-menjaga-laju-industri-di-tengah-pandemi-covid-19

Empat Industri Ini Tetap Bertumbuh Saat Pandemi Covid-19

KORAN SINDO

Sabtu, 30 Mei 2020 - 07:23 WIB

views: 7.342

JAKARTA - Beberapa sektor bisnis punya peluang tumbuh di tengah tekanan dari virus corona atau Covid-19. Contohnya pengusaha yang bergerak dalam bidang bisnis alat kesehatan dan farmasi. Namun, ada pula beberapa sektor yang terkena imbas cukup besar, bahkan sampai menghentikan produksinya selama wabah ini.

Menurut data AC Nielsen, ada empat kategori industri yang mengalami kenaikan cukup signifikan saat penyebaran wabah virus corona ini seperti hand sanitizer yang semula hanya 1%, tetapi saat terjadi wabah corona meningkat hingga 199%, sabun pencuci tangan memiliki permintaan yang besar hingga 285%, antiseptik cair 233%, dan tisu basah 151%.

Namun, dari beberapa sektor yang mengalami peningkatan tersebut, ada beberapa industri yang turun cukup signifikan dan berimbas kepada pengurangan sejumlah karyawannya. Seperti sektor busana turun hingga 3%, perawatan bayi dan ibu hamil turun 5%, produk industri turun 15%, automotif turun 31%, dan properti anjlok 54%. 
(Baca: Wartawan Detik Diteror, Forum Pemred Desak Polisi Bertindak)

Lantas, apakah hal ini akan membaik seiring dengan kebijakan pemerintah untuk melaksanakan era "New Normal" pada awal Juni nanti? Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai andai wabah ini terus bertahan hingga beberapa waktu ke depan, akan sulit melihat seberapa cepat industri yang mengalami penurunan bisa bangkit. "Kita proyeksikan ini selama enam bulan ke depan. Berarti, setelah itu, bulan ketujuh kita akan lihat apakah akan mulai recovery," ujarnya, di Jakarta, kemarin.

Baca Juga:



Di Indonesia, memprediksi sektor-sektor yang mengalami penurunan tersebut bisa melakukan recovery dan akan mulai bergerak normal pada akhir 2020. "Katakanlah industri automotif mulai membaik pada Oktober dan November, kurang lebih ada waktu tiga sampai empat bulan di akhir 2020," ungkapnya.

Waktu enam bulan untuk recovery tersebut juga harus diimbangi dengan langkah konkret dari pemerintah terkait bantuan yang diberikan untuk pelaku usaha. Kendati begitu, dalam keadaan saat ini juga memunculkan peluang dan harapan baru karena tidak semua sektor bisnis mengalami penurunan. Ada sektor relevan yang justru bisnisnya membaik seperti sektor kesehatan.

Hal ini pun ditegaskan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana. Dia mengakui bisnis di bidang kesehatan memang masih terus berjalan hingga saat ini, berbeda dengan sektor lain yang mengalami tekanan, terutama manufaktur dan pariwisata. Tetapi, bisnis kesehatan ini tidak boleh hanya memanfaatkan kesempatan dan meraih keuntungan yang besar saja.



"Kalau bisnis kesehatan, saya kira hanya sementara. Karena, kebanyakan dari pelakunya tidak memanfaatkan peluang. Jadi, tidak mencari untung secara berlebihan," ujar Danang.

 

Hasil diskusi:

Sektor industri di masa pandemi pada dasarnya terkena dampak yang negative dan positif. Pelaku usaha pada sektor industri hasrus siap dan slelau sigap karena pertumbuhan ekonomi internasional yang mengalami kemerosotan dihimbau agar tidak berpengaruh besar pasar ekonomi. sektor industri dan bisnis membaik seiring dengan kebijakan pemerintah untuk melaksanakan era "New Normal". Oleh sebab itu, untuk saat ini yang terpenting bagaimana cara mempertankan keadaan industri yang stabil saat ini karena memang pandemi membuat ekonomi dalam negeri maupn luar negeri rentan terjadinya krisis.

Upaya yang dilakukan untuk mejaga laju industri di tengah pandemi yaitu pemerintah membuat strategi agar industri non-migas ini bisa bertahan di tengah pandemik COVID-19. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan stimulus ekonomi yang berupa bantuan sosial kepada kelompok miskin rentan adalah upaya memastikan daya beli masyarakat sehingga permintaan terhadap barang industri non-migas terjaga dan produksi tetap berjalan. Selain itu, pemerintah juga harus tetap berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku industri dalam negeri dan insentif pajak dan cukai untuk industri. 

Diskusi Harian Kelompok 2_Minggu ke 6

 

Senin, 1 juni 2020

ANCAMAN TERBESARNYA BUKAN VIRUS CORONA

DW: Profesor Harari, kita berada di tengah pandemi global. Apa yang paling mengkhawatirkan Anda tentang perkembangan saat ini? 

Yuval Noah Harari: Saya pikir, ancaman terbesar bukanlah virus itu sendiri. Umat manusia memiliki semua pengetahuan ilmiah dan alat teknologi untuk mengatasi virus ini. Masalah besarnya adalah nirani kita, kebencian kita, keserakahan dan ketidaktahuan kita sendiri. Saya khawatir orang-orang bereaksi terhadap krisis ini bukan dengan solidaritas global, melainkan dengan kebencian, saling menyalahkan negara lain, menyalahkan etnis dan agama minoritas. 

Saya berharap bahwa kita dapat mengembangkan kasih sayang, bukan kebencian, untuk bereaksi dengan sikap solider, mengembangkan kemurahan hati membantu mereka yang membutuhkan. Dan kita bisa mengembangkan kemampuan untuk membedakan mana yang benar, dan tidak begitu saja percaya semua teori konspirasi ini. Jika kita melakukan itu, saya tidak ragu bahwa kita akan mengatasi krisis ini. 

Bagaimana saya tahu siapa atau apa yang bisa dipercaya? 

Pertama, Anda memiliki pengalaman masa lalu. Jika Anda misalnya tahu ada politisi yang pernah berbohong selama beberapa tahun, maka Anda tidak punya banyak alasan untuk percaya kepada mereka dalam situasi darurat ini. 

Kedua, Anda dapat mempertanyakan teori-teori yang disampaikan orang kepada Anda. Misalnya jika seseorang mengemukakan teori konspirasi tentang asal dan penyebaran virus corona, mintalah dia menjelaskan kepada Anda, bagaimana itu terjadi dan bagaimana sifat virus ini serta penyakit yang disebabkannya. Jika mereka tidak bisa menjelaskan, artinya mereka tidak memiliki pengetahuan dasar ilmiah , maka jangan percaya pada apa yang mereka katakan tentang virus corona. Anda tidak perlu menjadi ahli biologi, tetapi Anda perlu pemahaman ilmiah dasar tentang semua hal ini. 

Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat banyak politisi populis menyerang sains, mengatakan bahwa para ilmuwan adalah segelintir elit terpencil yang terputus dari masyarakat, mengatakan bahwa hal-hal seperti perubahan iklim hanya bohong belaka. Tetapi pada saat krisis di seluruh dunia, kita melihat bahwa kebanyakan orang lebih percaya sains daripada sumber lainnya. 

Saya harap, setelah krisis berakhir, kita ingat ini. Bahwa ketika para ilmuwan memperingatkan kita tentang hal-hal lain selain epidemi, seperti tentang perubahan iklim dan keruntuhan ekologis, kita akan menerima peringatan mereka dengan keseriusan yang sama seperti yang sekarang kita lakukan menghadapi pandemi corona. 

Banyak negara menerapkan mekanisme pengawasan digital ketat untuk mencegah penyebaran virus. Bagaimana mekanisme ini dapat dikontrol? 

Setiap kali Anda meningkatkan pengawasan terhadap warga, itu harus selalu berjalan seiring dengan meningkatnya pengawasan terhadap kerja pemerintah. Dalam krisis ini misalnya, pemerintahan membelanjakan uang seperti air mengalir. Di AS dua triliun dolar. di Jerman ratusan miliar euro, dan seterusnya. Sebagai warga negara, saya ingin tahu siapa yang membuat keputusan itu dan ke mana uangnya mengalir. Apakah uang itu digunakan untuk menyelamatkan perusahaan besar yang sudah bermasalah sebelum epidemi karena salah urus? Atau uang itu digunakan untuk membantu usaha kecil, restoran dan toko-toko kecil? 

Aplikasi ponsel yang dikembangkan pemerintah Australia untuk menyebarkan informasi dan menjadi pusat aduan bagi penduduk yang terjangkit virus corona.

Jadi pengawasan harus berjalan dua arah, tidak hanya dari pemerintah. Semua harus transparan. Kalau misalnya pemerintah mengatakan, terlalu sulit untuk membuka semua transaksi keuangan secara transparan, maka Anda bisa berkata: “Tidak, itu tidak terlalu rumit.” Sebab pemerintah juga bisa membuat sistem pengawasan yang rumit, misalnya untuk memantau ke mana saja saya pergi setiap hari. Kalau itu bisa, mengapa tidak bisa membuat sistem yang transparan dalam hal penggunaan uang pajak? 

Apakah krisis ini membuat kita harus merevisi lagi pandangan terhadap manusia di abad ke-21? 

Kita tidak tahu, karena itu tergantung pada keputusan yang kita buat sekarang. Saat ini ada ancaman konflik sosial yang meningkat karena situasi ekonomi yang berubah. Kita sekarang akan melihat semakin banyak otomatisasi, semakin banyak robot dan komputer menggantikan tenaga manusia di semakin banyak jenis pekerjaan. Di masa pandemi, manusia harus diisolasi, robot tidak perlu. 

Jadi perkembangannya bisa kedua arah: otomatisasi dan de-globalisasi. Akibatnya, negara-negara berkembang yang mengandalkan tenaga kerja kasar yang murah, tiba-tiba akan menghadapi masalah besar, karena banyak pekerjaan sederhana mengalami otomatisasi. Tapi hal ini juga bisa terjadi di negara-negara kaya. Krisis ini bisa menyebabkan perubahan luar biasa di pasar kerja. Orang-orang bekerja dari rumah secara online. Jika kita tidak hati-hati, ini dapat mengakibatkan runtuhnya organisasi-organisasi tenaga kerja, setidaknya di beberapa sektor industri. 

Tapi itu semua juga tergantung dari keputusan politik yang diambil. Kita dapat membuat keputusan untuk melindungi hak-hak pekerja. Pemerintahan misalnya memberikan dana talangan besar kepada industri dan perusahaan. Itu bisa saja diberlakukan dengan persyaratan, misalnya syarat bahwa perusahaan harus melindungi hak-hak pekerja mereka. Jadi itu semua tergantung pada keputusan yang kita buat. 

Apa yang akan dikatakan sejarawan masa depan tentang masa pandemi ini?

Mungkin sejarawan masa depan akan melihat masa ini sebagai titik balik dalam sejarah abad ke-21. Tapi ke arah mana kita berpaling, itu tergantung keputusan kita saat ini. 

Profesor Yuval Noah Harari adalah sejarawan, filsuf dan penulis buku. Karya-karyanya antara lain Antara lain-“Sapiens: A Brief History of Humankind” dan “Homo Deus and 21 Lessons for the 21st Century”. 

 

 

 

Kesimpulan dan hasil diskusi.


Bahwa masalah terbesar dari pandemi bukan terdapat pada virus corona itu sendiri. Namun masalah besarnya adalah nirani kita, kebencian kita, keserakahan dan ketidaktahuan kita sendiri. Hal ini tercermin dari bagaimana pengetahuan pemerintah dan masyarakat pada umumnya  tentang virus ini serta dan bagaimana menaggapi dan mempercayai kabar yang berkaitan dengan virus corona.

Transparasi dari kebijakan dan pendanaan pemerintah yang banyak dikeluarkan dalam menaggapi pandemi yang tidak hanya berpengaruh kepada kesehatan dan ekonomi ini. Bagaimana kita kini mengambil keputusan sangat berpengaruh kepada masa depan umat manusia. Kesadaran akan hal-hal ini perlu disebar luaskan dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat yang masih minim sangat berpengaruh pada penyebaran dan keadaan sosial dilingkungan masyarakat itu sendiri.

 

Hasil Diskusi Kelompok 14_Minggu 4 (Mei)

  HASIL DISKUSI KELOMPOK 14 19 Mei 2022 Topik : Pemerintah tetap mewajibkan penggunaan masker pada kondisi dan kelompok masyarakat tertent...