Sabtu, 13 Maret 2021

HASIL DISKUSI KELOMPOK 5

10 Maret 2021

Link berita : https://www.kompas.tv/article/153662/harga-gabah-menurun-pemerintah-malah-akan-impor-1-juta-ton-beras.

Topik : Harga Gabah Menurun, Pemerintah Malah Akan Impor 1 Juta Ton Beras. 

 

Harga Gabah Menurun, Pemerintah Malah Akan Impor 1 Juta Ton Beras

Pemerintah membuka keran impor beras satu juta ton. Impor beras dilakukan di tengah musim panen.Namun kebijakan impor beras tersebut nyatanya mengusik petani.

Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, menilai kebijakan ini mencederai kaum tani.

"Bagi kami di jaringan tani, keputusan ini mencederai kami, mencederai sedulur kami. Jadi usulan kami segera batalkan saja lah," ujar Dwi saat dihubungi KompasTV, Senin (8/3/2021).

Berdasarkan survei AB2TI, harga gabah nasional terus mengalami penurunan sejak September.

"Bulan September itu 4.800 terus mengalami menurun, Januari meningkat sedikit lalu di bulan Februari kemarin 3.975, ini survey kami di 46 kabupaten. Lalu beberapa hari terakhir ini sudah drop di 3.800," sambung Dwi.

Sebelumnya Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengatakan kebijakan impor digunakan untuk menambah cadangan beras dan telah disepakati dalam rapat koordinasi terbatas.

Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung potensi produksi beras periode Januari sampai April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta ton beras, meningkat 3,08 juta ton.

Simak pembahasannya bersama Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa.

HASIL DISKUSI

Pro : 

Berpedoman pada laporan Badan Pusat Statistik, kenaikan signifikan pada luas panen beras di Indonesia berbanding lurus dengan populasi dan konsumsi masyarakat Indonesia yang kian membesar. Sejalan dengan pendapat dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, import dapat saja dilakukan sebagai bentuk menjaga ketersediaan beras di dalam negeri agar harganya bisa tetap terkendali. Hal tersebut tentunya juga tidak terlepas dari konsep hukum permintaan dan penawaran yang harus dijaga demi terciptanya kestabilan harga. Tidak hanya itu, mengingat saat ini Indonesia masih digemparkan dengan kasus pandemi Covid-19, kebijakan pemerintah untuk mengimpor beras pun dirasa cukup tepat. Pemerintah juga memberikan penjelasan bahwa pemberian alokasi impor beras pada Perum Bulog tahun ini dilakukan sebagai antisipasi atas pandemi yang berkepanjangan.

Importasi pun dilakukan untuk memastikan pemerintah bisa terus menyalurkan beras ketika ada gangguan pasokan dari produksi di dalam negeri. Stok cadangan yang dikelola Bulog juga telah berada di angka 1 juta ton atau berada di bawah volume minimal yang diamanatkan pemerintah untuk stabilitas pasokan. Maka dari itu, demi mencegah munculnya spekulasi harga, stok beras Bulog perlu ditambah di tengah berlanjutnya tugas penyaluran beras. Faktor lain yang menjadi pertimbangan pemerintah untuk melakukan impor beras tak lain karena pemerintah mewaspadai ancaman gagal panen sebagai akibat dari musim peghujan di beberapa daerah. 

 

Kontra : 

Tim kontra menyatakan bahwa rencana pemerintah terkait dengan kebijakan mengimpor satu juta ton beras tersebut dinilai tidak hanya membuat harga beras turun, tetapi juga berpeluang tidak terserapnya beras impor tersebut di tengah musim panen seperti saat ini. Saat ini pun  petani akan menghadapi momen panen musim tanam I (MT I) yang biasanya lebih banyak hasilnya dibandingkan dengan MT II. Kekhwatiran akan hasil panen yang tidak mencukupi ataupun potensi kegagalan panen sejatinya harus diantisipasi sejak dini oleh pemerintah. Pemerintah harus lebih memperhatikan kualitas pertanian di Indonesia melalui berbagai kebijakan dan mengalokasikan anggaran lebih untuk sektor ini. Kebijakan impor beras ini dinilai hanya akan merugikan petani karena memicu anjloknya harga beras lokal dan dinilai bukan jalan keluar dari upaya menjaga persedian stok. Sebagai negara agraris, swasembada pangan seharusnya sudah tercapai. Lahan pertanian yang terdapat di Indonesia pun seharusnya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Subsidi pupuk dari pemerintah pun pada kenyataannya masih belum sesuai dengan harapan, yakni kerap terlambat dalam pendistribusiannya dan bahkan sering kali tak sampai ke tangan petani. 

 

Kesimpulan

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam bidang pertanian. Potensi tersebut tentunya harus dioptimalkan pengelolaannya agar dapat memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. Seperti halnya harapan yang dimiliki oleh pemerintah terkait dengan terjaganya stabilitas harga pada pasokan beras dapat dilakukan dengan mempertimbangkan dua opsi yang tersedia, yakni mengimpor besar atau memperbaiki kualitas sektor pertanian di Indonesia. Kedua opsi tersebut pada kenyataanya memang menimbulkan polemik di kalangan masyarakat. Beberapa masyarakat beranggapan bahwa dengan mengimpor beras justru hanya akan menimbulkan hilangnya kesejahteraan pada kehidupan petani dan anjloknya harga beras lokal. Namun, tak sedikit pula masyarakat hingga pemerintah yang justru mempunyai pandangan sebaliknya. Mereka justru menganggap bahwa dengan mengimpor beras, stabilitas harga beras di Indonesia dapat terkendali dan kebutuhan masyarakat akan persediaan beras pun dapat terpenuhi tanpa ada kekhawatiran. Keputusan pemerintah terkait dengan kebijakan apa yang akan diambil sejatinya harus benar-benar dipertimbangkan agar tidak banyak pihak yang dirugikan. Pemerintah diharapkan dapat merumuskan masalah ini dengan bijak dan mencari alternatif penyelesaian dengan mempertimbangkan dampak-dampak yang akan timbul dari kebijakan tersebut. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hasil Diskusi Kelompok 14_Minggu 4 (Mei)

  HASIL DISKUSI KELOMPOK 14 19 Mei 2022 Topik : Pemerintah tetap mewajibkan penggunaan masker pada kondisi dan kelompok masyarakat tertent...