Link: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4946511/gara-gara-corona-ekonomi-ri-diprediksi-tak-sampai-5-di-2020
Gara-gara Corona, Ekonomi RI Diprediksi Tak Sampai 5% di 2020
Jakarta - Virus corona (covid-19) telah menyebar dengan cepat, sudah ada 159 yang terjangkit virus yang awalnya berasal dari China. Penyebarannya yang cepat berhasil mengacak-ngacak perekonomian global.
Ekonomi global diperkirakan tumbuh di bawah 3% dan itu akan berdampak terhadap ekonomi negara lainnya termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional tidak sampai 5% di tahun 2020.
Bank Indonesia (BI) kembali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan penyebaran covid-19 menekan ekonomi global dan berdampak pada ekonomi Indonesia.
"Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 dari 5,0-5,4% menjadi 4,2-4,6%," kata Perry di kantornya, Jakarta, Kamis (19/3/2020).
Penyebaran covid-19, kata Perry menyebabkan ketidakpastian yang sangat tinggi dan menurunkan kinerja pasar keuangan global, menekan banyak mata uang dunia, serta memicu pembalikan modal kepada aset keuangan yang dianggap aman. Menurut dia, prospek pertumbuhan ekonomi dunia juga menurun akibat terganggunya rantai penawaran global, menurunnya permintaan dunia, dan melemahnya keyakinan pelaku ekonomi.
Berdasarkan data yang dimilikinya, per Februari 2020 menunjukkan berbagai indikator dini global seperti keyakinan pelaku ekonomi, Purchasing Manager Index (PMI), serta konsumsi dan produksi listrik menurun tajam. Dengan begitu, BI juga merevisi kembali proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 2,5% dari yang sebelumnya 3%.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia disebut masih bisa tumbuh di kisaran di atas 4,5% pada kuartal I 2020, meskipun dibayangi kondisi geopolitik dan virus corona di seluruh dunia.
Dia meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2020 masih bisa tumbuh di atas 4,5%. Sedangkan hingga pekan pertama Maret 2020 angkanya diproyeksi masih 4,9%.
"Kuartal I sampai minggu kedua, 10 hari pertama ekonomi kita masih 4,9%. Jadi kalau kuartal I masih ada 20 hari terakhir Maret ini penurunan kuartal I masih bisa tumbuh di atas 4,5-4,9%," ujar Sri Mulyani dalam video conference, Rabu (18/3/2020).
Sri Mulyani menambahkan, kalau ekonomi China mengalami koreksi akibat virus corona, maka dampaknya akan dirasakan negara lain termasuk Indonesia.
Menurut Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah 5% di tengah wabah corona. Prediksi Luhut, ekonomi Indonesia akan tumbuh di kisaran 4%.
"Mungkin turun di bawah 5%, tapi kita masih bisa manage lah, kita berdoa di 4% ke atas," ungkap Luhut dalam video conference bersama wartawan, Rabu (18/3/2020).
Luhut menjelaskan Indonesia memiliki porsi konsumsi dalam negeri yang besar, dan kondisi itu menjadi nilai plus di tengah ketidakpastian ekonomi global. Oleh sebab itu pemerintah fokus membantu rakyat menengah ke bawah untuk menjaga daya beli.
Meski begitu, Luhut optimistis dengan kerja sama Bank Indonesia dan pemerintah. Bank Indonesia yang mengelola kebijakan moneter maupun Kementerian Keuangan yang mengelola kebijakan fiskal dikawal orang-orang baik.
Hal senada juha diungkapkan Menteri BUMN Erick Thohir, dia bicara mengenai kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Menurut dia, ekonomi Indonesia dibayangi perlambatan. Adapun perlambatan itu dipengaruhi sejumlah sebab, dari perang dagang hingga virus corona.
Dalam paparannya, Erick memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan 4,7% tahun ini.
"Pertumbuhan ekonomi juga saya rasa Indonesia akan koreksi yang tadinya 5% lebih, 4% lebih, tapi 4% masih bagus loh kalau kita lihat negara-negara lain," kata Erick.
"Apalagi kalau omnibus law bisa goal, salah satunya itu kan mempermudah investasi, job creation, ada lagi omnibus tax supaya tax-nya kompetitif," tutupnya.
Hasil Diskusi:
Pandemi COVID-19 telah memukul perekonomian banyak negara. Tak terkecuali Indonesia. Kekhawatiran terbesar dampak dari pandemic covid 19 dan belum adanya vaksin serta obat adalah akan terjadinya resesi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi hampir seluruh negara di kuartal II mengalami penurunan, seperti Perancis -19%, India -18,9%, Singapura -12,60%, Amerika -9,50% hanya Tiongkok yang masih positif di 3,2%. Dan apabila pada kuartal III-2020 ini perekonomian Indonesia masih menunjukkan minus, itu artinya kita juga masuk pada masa resesi ekonomi. oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah ini yang terpenting yaitu diharapkan seluruh kepala daerah, baik gubernur, bupati, dan wali kota untuk mempercepat penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Ini khususnya yang berkaitan dengan belanja barang, belanja modal, belanja bantuan sosial (bansos).
Menurut kami, kunci utama yang harus dilakukan pemerintah dan BI untuk melakukan penanganan dampak pandemi yaitu melalui pemulihan ekonomi dengan meningkatkan dan mengendalikan dalam upaya terbaiknya agar penyaluran stimulus-stimulus dan anggaran, yang tercakup dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Stimulus fiskal yang sudah dikeluarkan pemerintah, satu per satu mulai diimplementasikan, tentunya dengan berbagai dinamika di lapangan, mengingat pertama, peristiwa [pandemi Covid-19] ini shocking, kepada kita semua, di mana kita harus cepat-cepat menyiapkan uang dan tata kelolanya juga.selain itu, Kemenkeu juga harus bisa menyiapkan tim yang khusus memonitor dan mengevaluasi penyaluran stimulus dalam program PEN tersebut. Ini supaya penyerapan terjadi lebih cepat dari anggaran yang sudah dialokasikan. Kedua supaya cepat sampai ke beneficiaries atau mereka yang menikmati manfaat [program] tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar