Sabtu, 13 Mei 2017

ESAI 2 BULANAN (APRIL) - "PROGRAM EXCELLENT LEARNING BASED ON SPLT (STUDENT, PRACTICE, LANGUAGE, AND TECHNOLOGY) : ALTERNATIF PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA YANG UNGGUL"




"PROGRAM EXCELLENT LEARNING BASED ON SPLT (STUDENT, PRACTICE, LANGUAGE, AND TECHNOLOGY) : ALTERNATIF PENINGKATAN 
SUMBER DAYA MANUSIA INDONESIA YANG UNGGUL"


Fitri Nur Aisyah


 KELOMPOK STUDI PENELITIAN EKONOMI
2017





      Di era modern ini, globalisasi menjadi salah satu fenomena yang tidak dapat  dihindari. Globalisasi mendorong perubahan-perubahan yang menuntut semua pihak untuk berkompetisi dalam era keterbukaan ini. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah bentuk nyata perdagangan bebas dalam kawasan ASEAN yang disebabkan adanya globalisasi. Pemberlakuan MEA pada akhir  2015  berdampak pada kemudahan atau tidak adanya penghalang bagi negara-negara kawasan ASEAN dalam hal perdagangan barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik. MEA menjadi sebuah peluang atau bahkan tantangan bagi negara-negara di ASEAN. Peentuan peluang atau tantangan tersebut akan dipengaruhi oleh kesiapan setiap negara dalam menghadapi pasar perdagangan bebas ini. Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN harus dapat memanfaatkan MEA ini menjadi sebuah peluang untuk memenangkan kompetisi persaingan global bukan menjadi sasaran pasar bagi negara-negara ASEAN lainnya. Untuk memenangkan sebuah persaingan global, keunggulan sumber daya manusia menjadi salah satu hal terpenting yang harus dimiliki oleh Indonesia. Tetapi permasalahannya sudah berkualitaskah sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi persaingan global?
            Sumber daya manusia merupakan salah satu aset negara dalam memenangkan sebuah persaingan. Jika berbicara tentang menghadapi sebuah persaingan, salah satu pertanyaan yang terlintas adalah seberapa besar daya saing Indonesia? Berdasarkan data laporan World Competitiveness Yearbook tahun 2016, daya saing Indonesia menepati posisi 41. Angka tersebut memang bukanlah angka yang rendah, namun jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand angka tersebut masih jauh tertinggal. Singapura menempati posisi ke-2, Malaysia berada pada posisi ke-25, dan Thailand berada pada posisi ke-34. Urutan daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga lainnya menunjukkan bahwa masih ada permasalahan-permasalah yang berakibat pada rendahnya daya saing Indonesia. Permasalahan-permasalan terkait sumber daya manusia yang dihadapi Indonesia antara lain rendahnya kualitas sumber daya manusia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini disebabkan oleh beberapa faktor baik dari individunya sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu pilar utama dalam membentuk sumber daya manusia yang unggul. Sumber daya manusia yang unggul adalah sumber daya manusia yang berdaya saing. Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Perubahan-perubahan tersebut diselaraskan dengan perubahan kondisi yang ada antara lain perubahan sistem Teacher Centered Learning  (TCL) menjadi Student Centered Learning (SCL).
            Namun dalam pengimplementasiannya, SCL masih dianggap kurang efektif karena mengalami beberapa hambatan. Berdasarkan penelitian Abdullah Aly (2014) menyatakan bahwa terdapat problem utama pembelajaran di Universitas Muhammadiyah Surakarta yaitu para dosen belum sepenuhnya menerapkan model pembelajaran berbasis SCL karena sebagian besar dosen masih menerapkan model berlajar berbasis TCL. Problem utama tersebut berdampak pada tiga problem turunan dalam pembelajaran di UMS yaitu (1) pembelajaran cenderung bersifat behavioristik dan bukan konstruktivistik,  (2) pembelajaran lebih menekankan pada aspek pedagogis dan bukan andragogis, dan (3) pembelajaran belum sepenuhnya melibatkan keaktifan para mahasiswa. Pembelajaran berbasis SCL diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kritis mahasiswa karena dalam pembelajaran ini mahasiswa adalah subjek pembelajaran dan pengajar adalah fasilitator dalam pembelajaran. Namun sudah efektifkah pembelajaran berbasis SCL jika nyatanya masih terdapat hambatan-hambatan dalam pengimplementasiannya?
            Dengan adanya permasalahan ini, perlu dikaji ulang model pembelajaran yang diterapkan di Indonesia. Dalam mengkaji model pembelajaran tersebut harus disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan pasar atau kondisi yang ada saat ini sehingga mahasiswa ketika lulus sudah siap menghadapi dunia kerja. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Illah Sailah (Direktur Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) menyatakan bahwa lulusan perguruan tinggi cenderung memiliki karakter cepat bosan, bermental lemah, tidak dapat membina kerja sama, serta tidak memilik integritas. Hal ini dapat terjadi karena apa yang diberikan di perguruan tinggi sudah tidak sesuai lagi dengan apa yang dibutuhkan oleh dunia kerja saat ini.  Materi yang disampaikan pada perkuliahan cenderung hanya materi secara teoritis saja, namun mahasiswa jarang sekali mempunyai kesempatan untuk mempraktikkan apa yang telah dimahasiswai tersebut. Dengan kata lain, perguruan tinggi hanya menyajikan hard skills saja. Tetapi pada kenyataannya, justru penentu kesuksesan teletak pada soft skills.
            Pentingnya soft skills ini diperkuat dengan hasil penelitian National Association of Colleges and Employers (NACE)  2012, yang menyebutkan bahwa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukanlah hal terpenting dalam dunia kerja. Hal yang terpenting adalah adanya soft skills antara lain kemampuan komunikasi, kejujuran, kerja sama, motivasi, kemampuan beradaptasi dan kemampuan interpersonal lainnya. Selain itu, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pada umumnya pengguna kerja membutuhkan keahlian kerja berupa 82 soft skills dan 18 adalah hard skills. Penelitan tersebut menunjukkan bahwa soft skills-lah yang dibutuhkan oleh dunia kerja pada era sekarang ini.
            Aribowo (dalam Sailah,2008) membagi soft skills menjadi dua kelompok yaitu intrapersonal skills dan interpersonal skills. Intrapersonal skills merupakan ketrampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri. Keterampilan ini meliputi transforming character, transforming believe, change management, stress management, time managment, creative thinking processes, dan goal setting & life purpose. Sedangkan interpersonal skills merupakan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain yang meliputi communication skills, relationship building, motivation skills, leadership skills, self-marketing skills, negotation skills, presentation skills dan public speaking skills.
            Indonesia telah berupaya memberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sejak tahun 2002 dalam rangka mensinergikan antara hard skills dan soft skills. KBK ini mengamanatkan kepada setiap program studi di perguruan tinggi yang bersangkutan (bukan oleh pemerintah). Sailah (2008) menyatakan bahwa untuk mengimplementasikan KBK diperlukan keberanian untuk berubah, kreativitas dosen dalam mengoptimalkan sumber daya fasilitas dan kemauan serta komitmen yang kuat dari pimpinan perguruan tinggi untuk menerapkannya.  KBK ini mempunyai ciri-ciri antara lain proses pembelajaran yang dirancang dengan orientasi pada pencapaian kompetensi dan berfokus pada minat peserta didik (Student Centered Learning). Namun pada kenyataannya, SCL ini masih belum efektif dalam meningkatkan soft skills mahasiswa. Salah satu program yang dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul adalah Program Excellent Learning Based On SPLT (Student, Practice, Language, and Technology).
Program Excellent Learning Based On SPLT ini mengintegrasikan antara hard skills dan soft skills dalam pengimplementasian KBK yang ada di perguruan tinggi Indonesia. Program ini sebagai salah satu program wajb yang harus diterapkan oleh perguruan tinggi dalam proses belajar mengajar. Selain itu program ini memuat aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh perguruan tinggi dalam menyiapkan lulusan yang tidak hanya pandai secara hard skills saja tetapi juga didukung soft skills yang luar biasa. Program ini akan menjadi sebuah pedoman sistem perkuliahan dan mengurangi tingkat kesenjangan (closing the gap) antar perguruan tinggi di Indonesia. Dinamakan Program Excellent Learning Based On SPLT karena program ini merupakan program unggul dalam artian suatu program yang diharapkan dapat membentuk sumber daya manusia yang unggul yaitu sumber daya manusia yang berdaya saing baik ditingkat lokal maupun global dengan menekankan pada aspek Student, Practice, Language, dan Technology. Berikut penjabaran dari aspek-aspek Program Excellent Learning tersebut:
1.        Student
Indonesia telah menerapkan sistem pengajaran Student Centered Learning namun pengimplementasiannya masih terdapat beberapa kendala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam Excellent Learning ini, penerapan SCL dikombinasikan dengan Sistem Among. Sistem Among merupakan sistem pengajaran yang dicetus oleh bapak pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara yang berfokus pada kodrat manusia dan kemerdekaan yang telah diterapkan dalam pendidikan Taman Siswa. Dalam hal ini, dosen sebagai pamong yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan kasih sayang sehingga  hubungan antara mahasiswa dan dosen dianalogikan seperti hubungan petani dengan tanamannya.
Pemilihan sistem among ini bukan tanpa alasan, sistem ini digali dari kearifan lokal bangsa Indonesia yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Selain itu pada dasarnya sistem among dapat diterapakan pada masa sekaran ini. Hal ini dibuktikan dengan penerapan sistem Among di SMA Taruma Nusantara, yang dapat terarah dan berhasil. Penelitian Supriyanto (2008) yang membandingkan antara pembelajaran dengan Sistem Among dengan SCL menunjukan bahwa dalam tataran tertentu pembelajaran dalam Sistem Among lebih maju dan sesuai daripada metode SCL, sebaliknya dalam tataran tertentu metode SCL yang diterapkan di Indonesia masih bersifat sentralisitik dan belum menjadi suatu metode yang secara otonom dan otentik dimiliki oleh guru atau dose. Dengan pengkombinasian Sistem Among dalam SCL maka diharapkan terbentuknya sumber daya manusia yang unggul yang mempunyai kemampuan berfikir kritis, kemampuan berkomunikasi, dan etika profesional berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
2.        Practice
Dalam elemen ini, mahasiswa tidak hanya diberikan materi perkuliahan secara teoritis saja. Namun dosen sebagai fasilitator juga menerapkan sistem pembelajaran yang mendukung kemampuan praktik mahasiswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan praktik mahasiswa adalah dengan adanya Case Study, Discussion, and Problem Solving Method. Dengan kegiatan tersebut akan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan kerja sama, dan kemampuan berkomunikasi mahasiswa. Selain itu yang harus mendapat perhatian dari dosen adalah adanya evaluasi setelah kegiatan practice ini sehingga mahasiswa mengetahui kesalahan atau kekeliruan yang ada selama proses practice ini.
3.        Language
Bahasa menjadi salah satu elemen penting dari Program Excellent Learning ini. Keikutsertaan bahasa dikarenakan rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia juga disebabkan oleh kurangnya kemampuan berbahasa asing.  Kurangnya kemampuan berbahasa asing ini disebabkan karena belum adanya kebiasaan masyarakat Indonesia dalam berbicara bahasa asing khususnya Bahasa Inggris. Oleh karena itu, program Excellent Learning ini  berusaha menjadikan bahasa asing khususnya Bahasa Inggris menjadi bahasa sehari-hari. Hal ini dapat dicapai dengan penanaman kebiasaan berbahasa Inggris dalam perkuliahan. Dosen sebagai fasilitator juga harus membudidayakan gemar berbahasa asing dalam rangka peningkatan kemampuan bahasa asing mahasiswa menuju sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Penerapan aspek language ini antara lain dengan pengguanan literatur berbahasa Inggris, diskusi dalam Bahasa Inggris serta adanya inovasi Full Day Speak English.  Dengan semangat membiasakan berbahasa Inggris akan meningkatkan soft skills mahasiswa dalam hal komunikasi dan akan menciptakan nilai tambah terhadap sumber daya manusia Indonesia. 
4.        Technology
Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, mahasiswa dituntut untuk menguasai teknologi tersebut. Dalam pembelajaran, mahasiswa dibiasakan untuk menggunakan teknologi seperti presentasi menggunakan power point, virtual class, dan penggunaan sistem dalam memudahkan pembelajaran seperti e-Learning. Dengan aspek teknologi ini mahasiswa akan mempunyai nilai tambah ketrampilan yang berguna ketika mencari pekerjaan.







 







       






Gambar 1. Kerangka Konseptual
 
      Program Excellent Learning Based On SPLT dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi alternatif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi persaingan global. Program ini telah layak diwujudkan dan dikembangkan karena sejatinya apek-aspek yang berada dalam Program Excellent Learning Based On SPLT telah diimplementasikan dalam sistem perkuliahan perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu dalam program ini dikombinasikan dengan Sistem Among  Ki Hajar Dewantara yang mengandung nilai-nilai luhur yang sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan kembali karakter-karakter Bangsa Indonesia dalam jiwa setiap mahasiswa. Selain itu penerapan program ini merupakan suatu kewajiban sehingga setiap perguruan tinggi di Indonesia mempunyai standar dalam penyampaian pembelajaran sehingga mengurangi kesenjangan (closing the gap) antar perguruan tinggi di Indonesia. Dengan penerapan Program Excellent Learning Based On SPLT akan menciptakan peningkatan sumber daya manusia yang unggul yaitu manusia Indonesia yang berdaya saing dengan nilai-nilai  karakter Bangsa Indonesia dan siap menghadapi serta memenangkan persaingan global.

DAFTAR PUSTAKA

Aly, Abdullah. 2014. Telaah Terhadap Problem Pembelajaran di Universitas Muhammadiyah Surakarta pada Tahun 2013-2014. Jurnal Studi Islam Vol 15 No.2
Fani, Setiani Rasto. 2016. Mengembangkan Softskilss Siswa Melalui Proses Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran Vol 1, 170-176
Sailah, Illah. 2008. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Tarmidi. 2010. Peran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Terhadap Pembentukan Soft Skills Mahasiswa.
Wangid, Muhammad Nur. 2009. Sistem Among Pada Masa Kini: Kajian Konsep & Praktik Pendidikan. Jurnal Kependidikan Vol XXXIX
--------.2014.Mahasiswa perlu softskill. career.telkomunivesity.ac.id (diakses pada tanggal 14 April 2017)

 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hasil Diskusi Kelompok 14_Minggu 4 (Mei)

  HASIL DISKUSI KELOMPOK 14 19 Mei 2022 Topik : Pemerintah tetap mewajibkan penggunaan masker pada kondisi dan kelompok masyarakat tertent...