Sabtu, 13 Mei 2017

ESAI 2 BULANAN (APRIL) - “PENGADAAN RUMAH BELAJAR SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN ANAK BURUH MIGRAN DI WILAYAH PERBATASAN MELALU KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS HOLISTIK INTEGRATIF”



“PENGADAAN RUMAH BELAJAR SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN ANAK BURUH MIGRAN DI WILAYAH PERBATASAN MELALU KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS HOLISTIK INTEGRATIF”

M. Silahul Mu’min 
150810101111


KELOMPOK STUDI PENELITIAN EKONOMI
2017 
 
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sebuah investasi penting dalam pembangunan nasional. Melalui pendidikan mampu menciptakan manusia – manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan bisa tercermin dalam konsep pendidikan yang sesuai. Artinya konsep pendidikan dengan sistem pembelajaran yang berkualitas dan konsep belajar mengajar yang komprehensif. Dalam teori modal manusia , pendidikan merupakan salah satu investasi yang bersifat jangka panjang untuk menciptakan sumber daya manusia berkualitas. Peningkatan kemampuan, keahlian serta kecerdasan bisa dibentuk dan diasah secara simultan melalui pendidikan. Semakin tinggi tingkat kualitas pendidikan suatu negara akan mencerminkan negara tersebut apakah termasuk negara maju ataupun berkembang. Pendidikan bisa menjadi representative keadaan sumber daya manusia di suatu negara. Representative bisa memberikan gambaran umum apakah suatu metode pembelajaran bisa menciptakan output berupa sumber daya manusia berkualitas.
Adanya sistem wajib belajar 12 tahun merupakan salah satu langkah pemerintah dalam upaya memberikan kesadaran terhadap masyarakat yang masih menomorduakan pendidikan. Pemerintah mensegmentasi masyarakat kalangan desa yang dirasa masih menganggap pendidikan bukanlah hal utama untuk meningkatkan kesejahtraan hidup. Hal ini bertolak pada fenomena banyaknya orang tua yang rela mempekerjakan anaknya yang masih usia dini. Memang banyak faktor selain pengaruh pola pikir yang membuat orang tua dengan terpaksa tidak menyekolahkan anaknya. Faktor utama lain bisa jadi karena keterbatasan ekonomi dari orang tua yang bersangkutan. Namun, di era sekarang hal ini menjadi alasan klasik karena pemerintah sudah memberikan kebijakan subsidi pendidikan untuk orang kurang mampu mulai dari tingkat SD, SMP, sampai ke perguruan tinggi. Maka sangat disayangkan jika masih ada orang tua yang tidak mensekolahkan anaknya yang masih berusia dini. Permasalahn tersebut memang masih menjadi faktor penghambat sebagai upaya untuk menciptakan sumber daya manusia berkualitas melalui pendidikan.
Permaslaahan pendidikan di Indonesia bisa dibilang sangat kompleks. Mulai dari permasalahn sistem belajar yang tidak sesuai hingga minimnya akses untuk mendukung pembelajaran. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia yakni adanya ketidaksetaraan kualitas pendidikan yang diberikan antara siswa yang berada di kota dan didaerah terpencil seperti daerah perbatasan. Permaslaahan ini yang pada umumnya masih belum diperhatikan secara penuh oleh pemerintah. Ketidaksetaraan kualitas pendidikan yang diterima oleh anak – anak didaerah terpencil sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusianya. Beberapa persoalan konkrit permasalahan pendidikan di daerah perbatasan antara lain sulitnya menempatkan tenaga guru, sulitnya membangun sarana  dan prasarana pendidikan serta tuntutan standarisasi sistem pendidikan mengenai jenjang pendidikan dan kurikulum nasional menghambat pendidikan d daerah perbatasan untuk mengejar ketertinggalan ( suciati dan ariningsih, 2016)
Menurut Tri Potranto (2003) persebaran sarana dan prasarana yang tidak dapat menjangkau desa-desa yang letaknya tersebar dengan jarak yang saling berjauhan, mengakibatkan pendidikan diwilayah perbatasan slalu tertinggal dibanding daerah lainya. Kendala minimnya sarana prasaran pendidikan dan pengembangan kualitas pendidikan di daerah perbatasan bisa dibantu dengan pengadaan sebuah Rumah Belajar. Rumah belajar bisa dijadikan sebagai solusi permasalahan pendidikan anak bururh migran di daerah perbatasan. Rumah belajar menyediakan konsep pendidikan karakter berbasis holistic integrative dengan tujuan untuk memperbaiki pola perilaku serta sikap anak buruh imigran. Hal ini dikarenakan selama ini banyak anak buruh migran yang belum mengerti akan sopan santun terhadap sesorang yang lebih tua. Fenomena itu disebabkan karena mereka masih belum diberi insentif ilmu pengetahuan dan pendidikan karakter. Maka penyediaan rumah belajar tersebut penting dilakukan dikarenakan tidak hanya membantu Perbaikan kualitas pendidkan anak buruh migran namun juga memperbaiki karakter serta pola perilaku dari anak buruh migran.  

PEMBAHASAN

            Berdasarkan hasil temuan Asis Wahyud, et al (2016), dapat dipaparkan beberapa karakter anak yang berada di daerah 3T yakni Terdepan, Terluar, dan Tertinggal dan daerah perbatasan khususnya di daerah kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan wilayah sabah Malaysia sebagai berikut.
  • Rendahnya Karakter cinta tanah air
Karakter cinta tanah air diwujudkan dengan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Salah satu penerapan wujud rasa nasionalisme dilingkungan sekolah adalah dengan mengadakan upacara bendera. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan upaya yang dilakukan sekolah – sekolah daerah terdepan dan terluar . disana pelaksanaan upacara bendera masih belum rutin dilaksanakan. Berdasarkan observasi yang dilakukan upacar bendera hanya 2 tahun belakangan baru dilaksanakan, sebelumnya belum pernah.
  • Rendahnya karakter tanggung jawab
Sikap tanggung jawab merupakan komponen penting yang harus dimiliki oleh seseorang. Adanya rasa tanggung jawab mampu menjadikan seseorang sebagai insan yang berkualitas dan dipercaya. Penerepan sikap tanggung jawab harus sejak dini dilakukan dan salah satunya ketika saat masih menjadi siswa. Banyak siswa di wilayah perbatasan memiliki rasa tanggung jawab rendah. Rendahnya tanggung jawab dibuktikan dengan banyak siswa tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. Tidak adanya buku teks pelajaran yang tersedia semakin mempengaruhi hasil belajar siswa. Biasanya buku teks pelajaran akan menjadi acuan siswa untuk belajar dan juga mengerjakan tugas.
  • Rendahnya karakter disiplin
Rasa tanggung jawab yang dimiliki juga harus disertai dengan sikap disiplin. Disiplin berarti sikap yang berkomitmen dalam mematuhi serta mentaati peraturan. Siswa di SMP SATAP Negeri 2 Tampan’Amma memiliki karakter sikap disiplin rendah  yang ditunjukan dengan masih banyaknya siswa datang terlambat ketika sekolah dan tak jarang dari mereka yang tidak memakai seragam sesuai peraturan. Kurangnya kesadaran diri dari siswa dan orang tua serta keterbaasan kondisi perekonomian menjadi faktor pemicu banyaknya siswa yang hanya memakai pakaian seadaanya ketika sekolah.  
  • Rendahnya karakter kreatif
Menurut Stenberg dan Lubart (dalam Aziz, 2009) menyebutkan bahwa sikap kreatif yang dimiliki seseorang memiliki ciri – ciri berikut yakni 1) ketekunan menghadapi tantangan, 2)keberanian untuk menanggung risiko, 3) keinginan untuk berkembang, 4) toleransi terhadap ketaksaan, 5) keterbukaan terhadap pengalaman baru, 6) keteguhan terhadap pendirian. Sikap kreatif menjadi poin penting dalam dunia pendidikan. Melalui sikap kreatif mampu menghasilkan siswa – siswa cerdas dalam merespon perkembangan zaman. Akan tetapi, rendahnya kreativitas siswa di daerah perbatasan menjadi tantangan tersndiri bagi tenaga pengajar di daerah perbatasan dalam pengembangan kemampuan siswa.

Berbagai permasalahan karakter yang dimiliki oleh kebanyakan siswa di daerah perbatasan menjadi tantangan tersendiri bukan hanya pemerintah tetapi juga mencakup kalangan akademisi , tak terkecuali dosen sebaga tenaga pendidik dan juga mahasiswa. Sebagai solusi untuk membantu memperbaiki karakter siswa di daerah perbatasan dengan keterbatasan fasilitas yang ada, penulis menyarankan sebuah gagasan pendirian Rumah belajar dengan konsep pendidikan holistic integrative.

Dalam upaya membantu permasalahan pendidikan di daerah perbatasan khususnya untuk anak buruh migran, penyediaan rumah belajar dirasa sangat potensial dikembangkan. Daya potensi ini bisa dijadikan sebagai wadah untuk pengupayaan pendidikan anak buruh migran. Konsep rumah belajar bisa menjadi komplementer pendidikan formal. Penyediaan rumah belajar yang praktis serta sistematis menjadi lebih efisien sebagai pengganti pengadaan pendidikan formal. Pada dasarnya, konsep rumah belajar tidak mengabaikan esensi dari pendidikan formal pada umumnya. Namun, konsep rumah belajar ini sangat mengedepankan nilai-nilai pendidikan karakter. Penekanan nilai-nilai karakter ini bisa dilakukan secara intra-personal dari tenaga pendidik ke para murid melalui kegiatan pengajaran, mentoring serta pengembangan kemampuan peserta didik.
            Nilai-nilai karakter yang disematkan di pembelajaran rumah belajar secara intrinsic termasuk dalam pola konsep pendidikan holistic integrative. Secara harfiah pendidikan holistic menitikberatkan kepada pengembangan kemampuan peserta didik dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Konsep ini bisa diterapkan ke para anak buruh migran yang notabenya butuh sistem pembelajaran yang asyik dan menyenangkan sehingga tidak terkesan membosankan untuk mereka. Sedangkan sistem pendidikan integrative merupakan konsep pendidikan yang lebih kompleks, komprehensif, dan menyeluruh dengan melibatkan unsur – unsur internal dan eksternal, mulai dari materi, metode, media serta SDM lainya seperti masyarakat dan orang tua.
            Penekanan konsep pendidikan karakter melalui pendidikan holistic-integrativ di rumah belajar diharapkan bisa merubah karakter anak di daerah perbatasan. Pendidikan karakter dengan tidak menghilangkan pendidikan nasionalisme menjadi komponen utama dalam muatan kurikulum di rumah belajar. muatan kurikulum yang perlu diadakan antara lain yaitu pendidikan nasionalisme mencakup pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan bela negara, pendidikan kewirausahaan, pendidikan karakter dan pendidikan life skill. meski secara harfiah rumah belajar bukanlah sekolah formal, akan tetapi hal ini tidak menjadi hambatan dalam upaya merubah karakteristik anak – anak di daerah perbatasan. Menurut agus wibowo (dalam ajis wahyudi et al, 2009) upaya yang dilakukan satuan pendidikan dalam memperkuat pendidikan karakter kepada para siswa bisa melalui pembiasaan kegiatan yang dilaksanakan di sekolah antara lain 1) kegiatan rutin seperti upacara bendera, 2) kegiatan spontan, seperti mengumpulkan sumbangan kepada teman atau warga yang terkena musibah, 3) keteladanan, seperti nilai disiplin, kebersihan, kerapihan, perhatia, jujur dan taat beribadah.  
Dari pembiasaan – pembiasaan tersbut bisa di masukan dalam konsep pendidikan dengan beberapa nilai karakter yang bisa ditanamkan di rumah belajar yaitu Cinta tanah air, rasa tanggung jawab, kedisiplinan , gemar membaca dan kreativitas. Adapun beberapa komponen nilai karakter tersebut bisa dimasukan dalam beberapa kegiatan dan muatan kurikulum di rumah belajar yang dapat diuraikan pada tabel sebagai berikut.

Nilai Karakter
Muatan Kurikulum
Bentuk Kegiatan
Cinta tanah air
- Pendidikan bela negara
- Pendidikan kewarganegaaraan
- Pendidikan pancasila
- rutin melakukan upacara tiap hari senin
- menyanyikan lagu nasional sebelum pembelajaran dimulai
- mengenalkan pahlawan – pahlawan Indonesia melalui media permainan dan pembelajaran
- menghafal nama – nama presiden Indonesia
- membiasakan penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi di lingkungan rumah belajar
- memasang foto para pahlawan dan presiden di rumah belajar
- mengenalkan produk – produk dalam negeri dll.
Rasa Tanggung jawab
- seluruh muatan lokal
- murid harus selalu mengumpulkan tugas
- murid harus mencatat setiap kegiatan yang dilakukan sehari – hari
- membentuk piket harian
- membentuk koordinator harian
- melakukan kerja bakti sekali dalam seminggu dll.
Kedisiplinan
- seluruh muatan lokal
- setiap murid dan tenaga pengajar wajib hadir 10 menit sebelum pembelajaran dmulai
- murid harus mengumpulkan tugas tepat waktu
- membiasakan mematuhi peraturan
Gemar membaca
- seluruh muatan lokal
- membuat kegiatan membaca one day one sheet untuk seluruh siswa
- menyedikaan perpustakaan mini
- menyediakaan buku yang relevan dengan disertai gambar – gambar menarik dll.
Kreativitas
- pendidikan life skill
- pendidikan kewirausahaan
- pemberian tugas karya seni terhadap siswa
- membuat produk berbasis kearifan lokal
- mengadakan kantin rumah belajar dll.
Penulis membuat beberapa komponen dari konsep pendidikan di rumah belajar dengan mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Asis Wahyudi, et al, (2016) dengan mengembangkan beberapa komponen yang ada. 

Gambar 1. Flow Chart model pendidikan di rumah belajar
 




PENUTUP
 
            Pengadaan rumah belajar diupayakan ada di setiap desa di wilayah perbatasan. Hal ini untuk membantu peran sekolah formal yang masih terbatas jumlahnya. Desa yang secara demografi memiliki akses sulit ke sekolah formal yang ada bisa dijadikan objek utama pendirian rumah belajar. Mahasiswa diharuskan bisa menjadi inisiator penggerak dalam pendirian rumah belajar. pemerintah dan instansi terkait diharapkan mampu menjadi penyokong utama. Pemerintah dalam upaya menyokong pendirian rumah belajar bisa menjadi otoritas regulator dan sumber dana. Intansi ataupun perguruan tinggi terkait bisa menjadi fasilitator melalui lembaga pengabdian masyarakat. Kedepanya upaya pendirian rumah belajar tidak hanya melibatkan pemerintah, perguruan tinggi maupun mahasiswa. Akan tetapi adanya dukungan pihak swasta bisa melakukan akomodasi dengan melakukan promosi ke masyarakat umum. 



                                                                 DAFTAR PUSTAKA


Ali, A, M. 2013. Rumah Belajar 'Karakter'. [Online]. http://bemfmipa.student.uny.ac.id/2013/09/23/rumah-belajar-karakter/. (8 April 2017)

Asis Wahyudi, Muzakki, H, M, Juliyansyah. 2016. "PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM ERA GLOBAL BAGI SISWA DI DAERAH TERDEPAN, TERLUAR, DAN TERTINGGAL (Studi Kasus di Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, NTT, dan Papua)". Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS. 1 (1), 1 - 12

Sternberg,R.J., & Lubart, T. I.(1995). Defying the crowd, cultivating creativity in a cultural of conformity. New York: A Division of Simon & Schuster Inc.

Sthohirin. 2012. Mewujudkan Pendidikan Holistik-Integratif di Indonesia. [Online]. http://ahmadthohirin.blogspot.co.id/2012/09/pendidikan-holistik-di indonesia.html. ( 8 April 2017)

Suciati dan Ariningsih. (2016). "Pengembangan Model Pendidikan Mnengah "Sekolah Kebangsaan" Di Daerah Terpencil, Tertinggal, Terluar dan Perbatasan Sebagai Implementasi Pembelajaran PKn". Jurnal Moral Kemsyarakatan. 1 (1), 76 - 86

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
           

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hasil Diskusi Kelompok 14_Minggu 4 (Mei)

  HASIL DISKUSI KELOMPOK 14 19 Mei 2022 Topik : Pemerintah tetap mewajibkan penggunaan masker pada kondisi dan kelompok masyarakat tertent...