Selasa, 13 Desember 2022

Hasil Diskusi Kelompok 8_Minggu 1 (Maret)

 REVIEW ARTIKEL KELOMPOK 8

8 Maret 2022

Topik : Perang Rusia-Ukraina Bisa Berdampak pada Kenaikan Listrik di Indonesia

Link Berita : https://www.idxchannel.com/economics/perang-rusia-ukraina-bisa-berdampak-pada-kenaikan-listrik-di-indonesia

Perang Rusia-Ukraina Bisa Berdampak pada Kenaikan Listrik di Indonesia

IDXChannel - Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan mengatakan bahwa perang terbuka Rusia versus Ukraina bisa berdampak pada kenaikan listrik di Tanah Air. Asumsinya, perang bisa menaikkan Indonesian Crude Price (ICP) atau rata-rata harga minyak mentah, karena pembangkit listrik masih menggunakan BBM. Setiap kenaikan USD1 per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp 295 miliar.

“Sejatinya kenaikan minyak dunia juga akan mengerek harga minyak mentah ICP. Saat ini minyak mentah dunia telah melewati batas 100 dolar AS Per barrel. Padahal dalam APBN harga ICP hanya dipatok 63 USD per barel. Artinya, ada selisih 37 dolar AS per barrel,” kata Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan dalam keterangannya dikutip Senin (7/3/2022).

Pria yang akrab disapa Hergun ini menjelaskan, kenaikan ICP akan berdampak pada sisi pendapatan dan belanja negara. Dari sisi pendapatan negara, kenaikan ICP akan meningkatkan pendapatan negara yang berbasis komoditas migas, yaitu pajak penghasilan (PPh) migas dan pendapatan negara bukan pajak SDA migas. Sementara dari sisi belanja negara, kenaikan ICP akan meningkatkan subsidi energi, dana bagi hasil (DBH), anggaran pendidikan, dan anggaran kesehatan.

Dalam dokumen Nota Keuangan dan APBN 2022, kata Hergun, dijelaskan bahwa kenaikan USD 1 per barel bisa menambah pemasukan negara neto sebesar Rp 400 miliar. Dengan adanya selisih harga USD 37 per barel, maka akan menambah pemasukan negara sebesar Rp14,8 triliun. Dan kenaikan minyak dunia dunia sejatinya bisa dimanfaatkan oleh Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk menaikkan lifting minyak bumi sehingga Indonesia mendapatkan keuntungan lebih banyak.

“Sayangnya, pada realisasi lifting minyak bumi sepanjang 2021 hanya tercapai 660 barel oil per day (BPOD), angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan sebesar 705 BOPD. Tidak optimalnya lifitng minyak pada 2021 menimbulkan pesimisme akan terpenuhinya target lifting minyak bumi pada 2022 yang ditetapkan sebesar 603 BPOD,” ungkap politikus Partai Gerindra ini.

Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR ini berharap, pemerintah mampu memanfaatkan kenaikan ICP untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Keuntungan dari kenaikan perlu didistribusikan untuk menambah subsidi energi dan sekaligus menahan kenaikan harga BBM di dalam negeri. Hergun.mengingatkan dampak lainnya dari perang Rusia-Ukraina, yaitu potensi menurunnya kinerja ekspor dan impor yang bisa menganggu target pertumbuhan ekonomi pada 2022.

“Pada 2022, pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 5,2%. Target yang cukup tinggi tersebut berpijak pada baseline 2021 yang mampu tumbuh sebesar 3,69%. Capaian 2021 antara lain didukung oleh kinerja ekspor yang tumbuh 24,04% dan impor tumbuh 23,31%,” terang Hergun.

Kemudian, kata dia, kinerja ekspor dan impor telah memberikan dampak positif terhadap penerimaan dan belanja negara. Realisasi pendapatan negara pada 2021 mencapai 114,9%. Sementara realisasi belanja negara mencapai 101,3%. Adapun defisit turun dari target 5,7% menjadi 4,65%.

Sehingga, menurut Hergun, Perang Rusia-Ukraina akan berdampak terhadap kinerja ekspor-impor Indonesia terutama terhadap kedua negara tersebut. Nilai ekspor Indonesia ke Ukraina sepanjang 2021 mencapai USD 416,99 juta. Sedangkan nilai impor dari negara tersebut mencapai USD 1,04 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-Ukraina pun mengalami defisit USD 623 juta. Namun, defisit tersebut bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya menurun 15,6%.

“Sementara nilai ekspor Indonesia ke Rusia tumbuh 53,42% menjadi USD 1,49 miliar. Sedangkan nilai impor mencapai USD 1,25 miliar. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia dengan Rusia tercatat surplus USD 239,79 juta dolar AS," urai Hergun. (TIA)

Hasil diskusi:

Tim Pro

Tim pro menyatakan bahwa realisasi lifting minyak bumi pada tahun 2021 lebih rendah dari yang ditargetkan. Sepanjang tahun 2021 lifting minyak bumi hanya 660 Barel Oil Per Day (BPOD), sementara angka yang ditargetkan sebesar 705 BPOD. Apabila pada tahun berikutnya target lifting tidak tercapai dan perang masih berlanjut maka dapat terjadi peningkatan tarif listrik di Indonesia. Dari sumber lain dikatakan bahwa kebutuhan minyak bumi dalam negeri sebesar 1,4 juta barel per hari, sedangkan produksi baru mencapai angka 600 – 800 ribu barel per hari. Dari data tersebut diketahui bahwa Indonesia mengalami defisit kebutuhan minyak. Penurunan lifting minyak bumi disebabkan oleh penurunan produksi minyak bumi dari hulu. Lahan tambang migas yang akan terus menipis jika terus menerus di eksploitasi. Jika dalam jangka pendek kenaikan minyak bumi dunia terus meningkat karena adanya perang, akibatnya menghambat rantai pasok minyak bumi dunia. 

Sementara itu, produksi minyak bumi di dalam negeri menurun sedangkan harga minyak bumi dunia terus meningkat, sehingga Indonesia mengalami defisit kebutuhan minyak bumi. Untuk menutup defisit tersebut, solusi yang dapat dilakukan untuk jangka pendek yaitu dengan melakukan impor dengan harga pembelian yang mengacu pada harga minyak dunia. Namun hal tersebut juga akan berdampak pada kenaikan tarif daya listrik.

Tim Kontra

Kenaikan ICP terjadi dikarenakan dampak dari perang Rusia-Ukraina dan karena terjadi peningkatan permintaan minyak dunia tahun 2022 dari sebesar 3,2 juta barel per hari menjadi sebesar 100,6 juta barel per hari. Kenaikan minyak dunia tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan oleh satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) untuk meningkatkan pendapatan negara dengan menaikkan lifting minyak bumi, sehingga masalah kenaikan tarif listrik nantinya dapat ditangani. Dari data pada tahun 2021 seharusnya dapat menjadi bahan evaluasi pemerintah untuk menyusun kebijakan dalam sektor migas dalam negeri agar dapat mencapai target pada tahun berikutnya. Selain itu, juga dibutuhkan kriteria yang jelas terhadap penggunaan BBM bersubsidi seperti melakukan pembatasan penggunaan, melakukan pengawasan dan audit mengenai kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan produksi migas.

Kesimpulan

Berdasarkan argumen yang telah disampaikan oleh tim pro dan tim kontra dapat diambil kesimpulan bahwa kenaikan tarif listrik dalam negeri bisa terjadi karena dampak dari perang Rusia-Ukraina. Produksi minyak bumi dalam negeri yang terus menurun sedangkan kebutuhan minyak bumi terus meningkat menyebabkan Indonesia mengalami defisit minyak bumi. Solusi jangka pendek untuk mengatasi defisit tersebut yaitu dengan melakukan impor minyak bumi. Kenaikan harga minyak bumi dunia nantinya akan berdampak pada kenaikan tarif daya listrik. Oleh karena itu, eksploitasi minyak bumi dalam negeri harus dilakukan dengan maksimal untuk mengoptimalkan SDA sehingga kebutuhan minyak bumi di Indonesia dapat tercukupi. Namun,  pemerintah juga perlu melakukan kebijakan yang jelas dan ketat mengenai kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan produksi minyak gas. Seperti perlakuan kriteria penggunaan migas bersubsidi, pemberlakuan dan pemasifan pengawasan audit, serta melakukan efisiensi operating cost. Penekanan kesadaran terhadap energi terbarukan dan upaya untuk meningkatkan penggunaan enerhi terbarukan juga menjadi PR dari pemerintah untuk membantu mengatasi permasalahan migas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hasil Diskusi Kelompok 14_Minggu 4 (Mei)

  HASIL DISKUSI KELOMPOK 14 19 Mei 2022 Topik : Pemerintah tetap mewajibkan penggunaan masker pada kondisi dan kelompok masyarakat tertent...