Kamis, 23 April 2020
Kelompok :
Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4986136/di-pertemuan-g20-ri-tekankan-penguatan-sistem-pangan-hadapi-covid-19
Judul Artikel :
Di Pertemuan G20, RI Tekankan Penguatan Sistem Pangan Hadapi COVID-19
Jakarta - Pemerintah Indonesia melakui Kementerian Pertanian (Kementan) menilai setiap negara G20 perlu menjadikan upaya pemulihan dan penguatan sistem pangan sebagai prioritas utama saat ini. Sebab COVID-19 berpotensi menghambat sistem pangan dengan terganggunya rantai pasok.
"Pandemi COVID-19 mengganggu rantai pasok makanan sehingga terjadi volatilitas harga pangan dan penurunan daya beli di tingkat nasional dan global. Karena itu, prioritas kami adalah untuk memperkuat sistem pangan," kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam keterangannya, Rabu (22/4/2020).
Saat mengikuti pertemuan G20 Extraordinary Agriculture Ministers Virtual Meeting (21/4/2020) yang digagas pemerintah Arab Saudi, Syahrul mengatakan setiap negara G20 harus melakukan tiga hal dalam memperkuat sistem pangan.
Pertama, memprakarsai pemulihan sistem pangan global untuk menjamin produksi pangan yang tinggi, rantai pasok pangan global yang kembali normal, serta perdagangan pangan internasional tanpa hambatan dan sesuai dengan aturan WTO.
Kedua, mendorong investasi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan dan meningkatkan peran sektor swasta melalui kemitraan public private partnership di bidang pangan dan pertanian.
"Terakhir, meningkatkan transfer teknologi dan pengembangan kapasitas, terutama kepada negara-negara yang membutuhkan, untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan daya saing," jelasnya.
Sebagai upaya memperkuat sistem pangan, Indonesia juga berupaya menjaga stabilitas pasokan pangan dan gizi, ketersediaan pangan, pengelolaan harga dan daya beli, terutama bagi rumah tangga berpendapatan rendah. Kebijakan untuk mengurangi dampak COVID-19 dilaksanakan secara terukur, fokus, dan bersifat sementara.
"Langkah ini bertujuan untuk memastikan petani pangan yang umumnya skala kecil, dapat terus menjalankan usaha tani. Juga menjamin kelancaran distribusi pangan dari produsen sampai konsumen akhir, memperkuat jaring pengaman sosial bagi rumah tangga berpendapatan rendah dan kelompok rentan, seperti petani skala kecil," terang Syahrul.
Lebih lanjut Syahrul menyebutkan berbagai hambatan pasokan pangan global harus diminimalkan. Langkah kebijakan yang dapat menyebabkan kenaikan harga pangan harus dihindari. Selain itu, jaminan kelancaran distribusi pangan harus diupayakan.
"Semua dengan tetap memperhatikan upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Selain itu, perlu jaminan transparansi dalam rangka menghindari ketidakpastian dan menjamin stabilitas pasar," tegas Syahrul.
Secara khusus guna mengatasi dampak buruk COVID-19, Indonesia mengajak anggota G20 untuk membangun solidaritas global, terutama dengan membantu negara-negara yang paling membutuhkan.
G20 harus bekerja bersama untuk menjamin pasokan pangan global dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup, serta berkualitas dan sesuai dengan standar keamanan pangan, secara tepat waktu bagi mereka yang membutuhkan.
"Indonesia siap menjadi bagian dari solusi global dengan bekerja bersama untuk menghadapi tantangan Covid-19, dalam semangat solidaritas global," tegas Syahrul.
Menurutnya, Indonesia prihatin dengan terjadinya pandemi COVID-19 yang melanda semua belahan dunia. Seperti negara lainnya, Indonesia berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi wabah COVID-19. Pemerintah berupaya mengurangi dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi, pencapaian SGDs, dan aspek sosial-ekonomi.
"Kami menyampaikan apresiasi pada Pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang telah berinisiatif menyelenggarakan pertemuan ini, sebagai bentuk tanggapan positif negara-negara G20 terhadap dampak COVID-19 pada ketahanan pangan dan gizi," pungkas Syahrul.
Pertemuan G20 ini dipimpin Menteri Lingkungan Hidup, Air dan Pertanian Arab Saudi, Abdulrahman Abdulmochsin Alfadley, diikuti oleh para Menteri Pertanian G20, dan Perwakilan Organisasi Internasional. Karena pandemi Covid-19, pertemuan ini dilaksanakan melalui video conference.
Hasil diskusi :
Tanggapan
1. Kisnul :
“Wabah pandemi Covid-19 tidak hanya mengancam jiwa tiap orang namun jika ditelusuri lebih lanjut, wabah ini juga berpotensi mengancam sektor pangan di berbagai negara yang terkena Covid-19 tidak terkecuali negara Indonesia. Bahkan isu ini diperkuat oleh Food and Agriculture Organization (FAO) yang berpendapat bahwa Covid-19 berpotensi untuk membuat krisis pangan dunia. Untuk mencegah krisis pangan, saya setuju jika negara Indonesia melakukan penguatan sistem pangan melalui kerja sama G20. Sebab setiap kebijakan yang dikeluarkan seperti PSBB di negara Indonesia, Lockdown diberbagai negara dan lain sebagaigainya berakibat pada pembatasan operasional pelabuhan, truk pengangkut, dan penerbangan akan menganggu rantai pasok pendistribusian bahan pangan tidak hanya antar wilayah melainkan juga antar negara. impor ekspor akan terganggu, ditambah lagi PSBB yang tidak memperbolehkan perjalanan antar wilayah di neagara Indonesia. Kondisi ini jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan krisis dimana permintaan barang akan terus meningkat sedangkan barangyang diminta tidak cukup ketersediaanya untuk memenuhi permintaan akibatnya barang menjadi sukit didapat sehingga harga ikut melambungtinggi karena barang menjadi terbatas.
Kecukupan pangan masyarakat indonesia menjadi tantangan baru yang perlu dihadapi. Harus diakui jika negara akan berhasil menekan persebaran covid 19 tidak hanya ditentukan dari berkurangnya jumlah positif atau kasus covid (faktor kesehatan) namun juga ditentukan oleh salah satu faktor yakni stabilnya ketahanan pangan nasional. Pemerintah perlu menjamin ketersediaan bahan pangan nasional bagi masyarakat indonesia tentu juga dengan harga yang stabil. Salah satu sektor yang bisa mencegah melemahnya atau krisis sistem pangan yaitu sektor pertanian. Saya setuju sekali jika pemerintah mencanangkan penguatan pangan indonesia, khususnya komoditi yang perlu diperhatikan lebih lanjut berupa komoditi makanan pokok seperti beras dan jagung dan komoditi lain seperti kedelai, bawang putih, daging, dan ayam. Tercapainya ketahanan pangan dalam pandemi global ini, pemerintah indonesia perlu mengeluarkan kebijakan atau strategi strategi yang bisa membantu dalam menstabilkan sistem pangan.”
2. Fadhila :
“Saya pribadi sangat setuju dengan Kementan untuk melakukan upaya pemulihan dan penguatan sistem pangan sebagai prioritas utama saat ini. Hal itu sangat penting dilakukan mengingat banyak sekali usaha makanan yang tutup karena pandemi covid. Seperti di daerah saya contohnya, biasanya di jalan raya dekat rumah saya banyak kios makanan seperti penjual bakso, dsb yang buka berjejer-jejer di sepanjang jalan. Namun akhir akhir ini yang buka hanya sebagian, dan itupun mereka mengaku harus mengurangi penjualan mereka karena sepi pembeli. Bahan makanan di pasar dekat rumah saya pun sekarang berkurang stoknya karena pengirimannya dikurangi. Bukan sengaja dikurangi tapi memang keadaan yang membuat distributor tidak bisa mengirim dengan jumlah yang sama seperti sebelumnya. Jelas jika ini terus dibiarkan, maka akan memengaruhi daya beli dan pola konsumsi masyarakat.
Mungkin ini juga pengaruh daerah saya yang akan diberlakukan PSBB karena banyaknya orang yang positif covid. PSBB dan karantina wilayah yang diberlakukan di sejumlah daerah, menurut saya pribadi menghambat jalannya distribusi pangan dari daerah surplus ke daerah yang membutuhkan. Saya harap saat ramadhan tiba, daya beli dan konsumsi masyarakat kembali normal tapi mungkin harus membatasi orang-orang yang akan pergi ngabuburit karena biasanya orang-orang itu akan berkumpul untuk membeli makanan di para pedagang pinggir jalan. Tentu saja hal tersebut sangat tidak dianjurkan karena akan meningkatkan penyebaran covid-19.”
3. Dani :
“Dari artikel tersebut, memang langkah pertama yang benar untuk diambil adalah mengamankan produksi dan stok pangan untuk kedepan, ditambah lagi, beberapa pemerintah daerah mulai melakukan pemfokusan pada meningkatkan bibit2 lokal, baik pertanian, perkebunan, maupun peternakan. Menurut mantan Menkeu, rizal ramli menyebutkan, selain ketahanan pangan, jika Indonesia mampu mengubah strategi dalam mempertahankan diri dari COVID-19, insyaalaah Indonesia bisa jadi neara superpower dikedepannya.”
4. Roikha :
“Tapi ya biasanya bulan puasa itu identik dengan harga-harga yang melonjak naik, namun dengan adanya virus ini apakah harga bisa normal kembali. Memang tidak bisa di pungkiri dampak yang dihasilkan dari virus ini itu banyak nya harga naik. Terus biasanya kalau ramadhan harga naik itu nanti tambah naik atau tidak. Ditambah banyaknya PHK juga membuat masyarakat itu kesusahan untuk memenuhi kebutuhannya. Pedagang makanan atau jajan saja sekarang dagangan nya juga laku sedikit sekali.
Bahkan di sejumlah negara menerapkan lockdown atau pun karantina di beberapa wilayah. Opsi ini mengharuskan ketersediaan pangan dalam jumlah besar di tiap-tiap negara, yang ujungnya dapat mengganggu pasokan pangan global. Banyak negara produsen bahan pangan langsung membatasi atau bahkan menutup pasar ekspor komoditi tertentu untuk memastikan agar kebutuhan dalam negerinya tercukupi. Beberapa negara juga mengurangi jumlah ekspor bahan makanan. Jadi di khawatirkan kebutuhan bahan pangan sulit terpenuhi”
Bentuk artikel
Lawan Pandemi : Penguatan sistem pangan Indonesia diperlukan
Negara – negara yang berada dibawah organisasi G20 melakukan pertemuan secara video conferance guna membahas penguatan sistem pangan disamping wabah covid-19. Pertemuan G20 ini dipimpin Menteri Lingkungan Hidup, Air dan Pertanian Arab Saudi, diikuti oleh para Menteri Pertanian G20, dan Perwakilan Organisasi Internasional. Pertemuan ini sangat krusial, sebab Covid-19 tidak hanya memberikan dampak dengan kesehatan masyarakat namun juga berpengaruh terhadap ketersediaan pangan bagi masyarakat.
Untuk menekan persebaran Covid-19 pemerintah negara yang terdampak mengeluarkan kebijakan seperti PSBB di negara Indonesia, Lockdown diberbagai negara dan lain sebagainya yang berakibat pada pembatasan operasional pelabuhan, truk pengangkut, dan penerbangan akan menganggu rantai pasok pendistribusian bahan pangan tidak hanya antar wilayah melainkan juga antar negara. impor ekspor akan terganggu, ditambah lagi PSBB yang tidak memperbolehkan perjalanan antar wilayah di neagara Indonesia. Kondisi ini jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan krisis dimana permintaan barang akan terus meningkat sedangkan barang yang diminta tidak cukup ketersediaanya untuk memenuhi permintaan akibatnya barang menjadi sukit didapat sehingga harga ikut melambungtinggi karena barang menjadi terbatas.
Banyak wilayah di Indonesiayang sudah menerapkan PSBB. Sebagai salah satu wilayah yang belum resmi menerapkan PSBB namun juga terdampak dari adanya pembatasan ini ialah di daerah penulis artikel, Sidoarjo. Dari apa yang telah diamati sudaha banyak sekali usaha makanan yang tutup karena pandemi covid. Dihari- hari biasa, bantyak sekali kios makanan yang berjejer di sepanjang jalan mulai dari penjual bakso dan penjual makanan lainnya. Namun akhir akhir ini hanya sebagian kios saja yang tetap beroperasi, dan itupun dengan mengurangi jumlah penjualan karena sepi pembeli. Lain halnya dengan bahan makanan, bahan makanan di pasar saat ini hanya sedikit karena pengirimannya dikurangi. Bukan sengaja dikurangi tapi memang keadaan yang membuat distributor tidak bisa mengirim dengan jumlah yang sama seperti sebelumnya. Jelas jika kondisi ini terus dibiarkan, maka akan memengaruhi daya beli dan pola konsumsi masyarakat.
Sebab, PSBB dan karantina wilayah yang diberlakukan di sejumlah daerah, akan menghambat jalannya distribusi pangan dari daerah surplus ke daerah yang membutuhkan. Dalam lingkup kenegaraan, banyak negara menerapkan lockdown, kebijakan ini mengharuskan tersedianya pangan dalam jumlah besar di tiap-tiap negara, sehingga berakibat pada terganggunya pasokan pangan global. Banyak negara yang membatasi, mengurangi ataupun bahkan menutup pasar ekspor komoditi tertentu untuk memastikan agar kebutuhan negaranya tercukupi. Jadi di khawatirkan kebutuhan bahan pangan sulit terpenuhi.
Langkah pertama yang benar untuk diambil adalah mengamankan produksi dan stok pangan untuk kedepan, ditambah lagi, beberapa pemerintah daerah mulai melakukan pemfokusan pada meningkatkan bibit2 lokal, baik pertanian, perkebunan, maupun peternakan. Menurut mantan Menkeu, rizal ramli menyebutkan, selain ketahanan pangan, jika Indonesia mampu mengubah strategi dalam mempertahankan diri dari COVID-19
Kecukupan pangan masyarakat indonesia menjadi tantangan baru yang perlu dihadapi. Harus diakui jika negara akan berhasil menekan persebaran covid 19 tidak hanya ditentukan dari berkurangnya jumlah positif atau kasus covid (faktor kesehatan) namun juga ditentukan oleh salah satu faktor yakni stabilnya ketahanan pangan nasional. Pemerintah perlu menjamin ketersediaan bahan pangan nasional bagi masyarakat indonesia tentu juga dengan harga yang stabil. Salah satu sektor yang bisa mencegah melemahnya atau krisis sistem pangan yaitu sektor pertanian. Saya setuju sekali jika pemerintah mencanangkan penguatan pangan indonesia, khususnya komoditi yang perlu diperhatikan lebih lanjut berupa komoditi makanan pokok seperti beras dan jagung dan komoditi lain seperti kedelai, bawang putih, daging, dan ayam. Tercapainya ketahanan pangan dalam pandemi global ini, pemerintah indonesia perlu mengeluarkan kebijakan atau strategi strategi yang bisa membantu dalam menstabilkan sistem pangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar