Sabtu, 05 Mei 2018

KUALITAS PENDIDIKAN RENDAH


                                                                                                       Kompas, Jum’at 27 April 2018
KUALITAS PENDIDIKAN RENDAH
PRO:
Ketercapaian pendidikan masih jauh dari harapan. Hal itu terbukti dari beberapa fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini. Suatu contoh saat ini pemerintah lebih memfokuskan dalam pembenahan kurikulu pendidikan tanpa memperhatikan pengembangna siswa dalam pelaksanaan kurikulum tersebut. Pada peralihan kurikulum KTSP ke kurikulum 2013 menyebabkan semakin kompleksnya pelajaran yang harus dituntut para siswa, dalam hal ini benar bahwa kurikulum semakin baik tetapi pemerintah tidak memperhatikan danmelihat kondisi siswa yang mungkin ketetran sehingga nilai-nilai semakin menurun.
            Kemudian hal yang menjadi faktor rendahnya pendidikan adalah rendahnya pula kualitas guru / pengajak saat ini banyak ditemukan guru / pengajar yang mengajar tidak sesuai dengan bidang dan kompotensi keahlinya. Sehingga ketika guru tidak menguasai materi tersebut, maka siswa akan mengalami kesulitan pemahaman materi tersebut.
Tak hanya kualitas tenaga pengajar yang rendah, tetapi juga kualitas orang tua yang rendah di daerah pelosok banyak ditemukan pernikahan dini tanpa kematangan dan pengetahuan yang cukup sehinnga generasi penerus yang dihasilkan juga berkualitas rendah. Dalam kondisi seperti ada saat ketika orang tua ingin meningkatkan pendidikan anaknya sehingga siswa di daerah pelosok dapat bersekolah di kota, namun pabila kondisi pendidikan di kota juga tidak baik maka akan terasa percuma.
            Pengalokasian dana / anggaran sekolah juga menjadi sorotan yang perlu dierhatikan. Dana yang diperoleh dari siswa yang seharusnya untuk pengembangan siswa, sekarang lebih digencarkan untuk pembangunan sarana prasarana. Kemudian adanya sejumlah sekolah di Sumatra selatan tepatnya di perbatasan Palembang dan lampung dari berbagai jenjang tidak memiliki kapasitas bangku yang sama, semakin tinggi jenjangnya maka semakin  sedikit kapasitasnya. Hal ini menyebabkan tidak meratanya pendidikan di daerah tersebut, karena apabila menempuh pendidikan di luar daerahnya akan memakan biaya yang tidak sedikit.
            Rendahnya kualitas pendidikan tersebut, diperoleh sejumlah data yang menunjukkan bahwa siswa kelas II SD 47% memiliki kemampuan lancer membaca dan mampu memahami 26,3% tidak lancer membaca dan mampu memahami , 20,7% lancer membaca dan tidak mampu  memahami, 26,3% tidak lancar membaca dan mampu memahami, dan 5,8% tidak lancar membaca dan tidak lancar memahami. Kemudian pada jenjang SMP kisaran umut 15 tahun sejumlah 37,6% lancar membaca, tetapi tidak mampu menagkap makna, serta orang dewasa sejumlah 37,6% lancar membaca, tetapi tidak mampu menagkap makna, serta orang dewasa sejumlah 70% berada pada level 1 yang mampu membaca kalimat sederhana, melengkapi kalimat dengan kata dasar, tidak memahami struktur kalimat / paragraf.

KONTRA:
Pada tahun 2015, Indonesia berhasil meraih penghargaan UNESCO. Japan prize bidang pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan / education for suistanable development (ESD). Prestasi ini menjadi bukti pengakuan dunia atas keberhasilan pendidikan Indonesia dalam mempromosikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Metode yang diterapkan yakni fokus pendekatan  kewirausahaan dengan berbagai keterampilan vokasional. Dengan harapan menghasilkan generasi yang berpkir kritis dan mampu menganalisis masalah sekitar, memiliki keterampilan sikap dan nilai yang berbudi luhur.
            Selain itu, banyak pelajar yang mampu berprestasi di kancah dunia. Misal made raditia prasanta bagus putu satria suarima, pelajar dari SMA Negeri Bali peraih penghargaan khusus dari Amerika meteorological society karena meneliti alat prediksi cuaca, Muhammad naufal gifari asal SMAN 1 Mataram yang meraih emas di internasional foundation aits dan culture (IFAC) di Tokyo pada agustus 2017, dan masih banyak prestasi yang telah diraih oleh tunas bangsa Indonesia.
            Pemerintah juga berupaya menaikkan anggaran pendidikan yang semula 414 triliun menjadi 441 triliun. Dana tersebut digunakan dalam program Indonesia pintar untuk 19,7 juta siswa, beasiswa bidik misi untuk 401.500 mahasiswa. Dan bantuan operasional sekolah (BOS) untuk 262.200 sekolah. Dari beberapa hal yang disebutkan membuktikan bahwa, peseta didik di Indonesia sudah cukup membanggakan prestasi dan kualitasnya, namun perlu adanya peningkatan yang signifikan karena pemerintah pun telah berupaya meningkatkan anggaran untuk kemajuan pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hasil Diskusi Kelompok 14_Minggu 4 (Mei)

  HASIL DISKUSI KELOMPOK 14 19 Mei 2022 Topik : Pemerintah tetap mewajibkan penggunaan masker pada kondisi dan kelompok masyarakat tertent...