BERAS PLASTIK MEMBAWA HIKMAH
Beras merupakan kebutuhan pokok setiap manusia di Indonesia.
Tidak hanya di Indonesia, melainkan semua manusia yang ada di belahan dunia
membutuhkan beras guna mempertahankan kelangsungan hidupnya. Indonesia dikenal
sebagai negara agraris yang memiliki lahan yang luas dan subur serta berpotensi
untuk menghasilkan beras yag berkualitas. Namun pada kenyataanya untuk memenuhi
kebutuhan beras masyarakat indonesia, pemerintah harus mengimport dari luar
negeri.
Belakangan ini tersebar isu adanya beras palsu atau beras
plastik di daerah bekasi yang disinyalir berasal dari luar negeri. Beras ini
sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat indonesia. Apabila dikonsumsi dalam
jangka pendek, beras plastik dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti
muntah – muntah
dan diare. Sedangkan dalam jangka panjang, mengonsumsi beras plastik dapat
memicu timbulnya penyakit kanker. Hal ini yang menyebabkan masyarakat khawatir
dan lebih waspada dalam membeli beras.
Namun kekhawatiran ini memberi efek kepada produksi pertanian
lokal. Beredarnya isu beras plastik, mengakibatkan pedagang lebih memilih
membeli beras dari petani lokal karena dianggap lebih aman ketimbang membeli
beras impor yang tidak tahu kualitasnya. isu beredarnya beras sintetis ini juga
bisa membuat masyarakat lebih percaya dengan hasil produk pertanian lokal.
Sehingga diharapkan bisa meningkatkan produksi pertanian dalam negeri.
Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
isu berasplastik di indonesia memberikan keuntungan bagi negara. Pertama,
munculnya kesadaran masyarakat lebih memercayakan pemilihan bahan pangan dari
produksi lokal ketimbang impor. Kedua, meningkatnya daya tawar petani lokal
yang meningkatkan pendapatan petani. Ketiga, mempermudah dan mempercepat
program swasembada pangan, sekaligus terealisisasinya pencetakan lahan sawah
baru yang hektare yang digalakkan pemerintah. Terakhir, meningkatkan pengawasan
terhadap maraknya impor illegal terutama terhadap komoditi pangan di tanah air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar