Rabu, 07 April 2021

HASIL DISKUSI KELOMPOK 4

 6 April 2021

Link berita : https://news.detik.com/berita/d-5516058/ciri-milenial-gampang-terpapar-terorisme-menurut-bin-tak-berpikir-kritis 

Topik “Internet menjadi faktor utama kaum millenial dapat terpengaruh radikalisme” 

Ciri Milenial Gampang Terpapar Terorisme Menurut BIN: Tak Berpikir Kritis

 BIN mengungkap generasi milenial mudah terpapar radikalisme dari media sosial. BIN menyebut kalangan muda mulai dari usia 17-24 tahun menjadi sasaran utama kelompok teroris menyebarkan paham tersebut.

"Media sosial disinyalir telah menjadi inkubator radikalisme, khususnya bagi generasi muda. Rentang kendali biasanya 17-24 tahun, ini yang menjadi target utama, selebihnya di atas itu second liner," kata Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto, dalam acara webinar 'Mencegah Radikalisme dan Terorisme untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial' di YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, Selasa (30/3/2021).

Wawan mengatakan pengguna internet mengalami peningkatan selama masa pandemi COVID-19. Berdasarkan survei BNPT, ada sekitar 80 persen generasi muda rentan terpapar radikalisme, karena cenderung tidak berpikir kritis.

"Kecenderungannya ini dikuatkan dengan survei BNPT terbaru bahwa 80 persen generasi milenial rentan terpapar radikalisme. Ini menjadi catatan kita bahwa generasi milenial lebih cenderung dia menelan mentah, tidak melakukan cek-ricek. Dan sikap intoleran ini biasanya muncul kepada generasi yang tidak kritis di dalam berpikir," katanya.

Wawan mengungkap potensi radikalisme pada generasi milenial melalui medsos, misalnya banyak sekali konten terkait cara membuat bom. Lebih lanjut ada pula yang mengajak generasi muda bergabung sebagai anggota, diajarkan bagaimana menyerang hingga praktik membuat bom.

"Oleh karenanya, kita selalu memberikan literasi dan patroli cyber kita, dan selalu menyampaikan untuk berpikir menanyakan kepada mereka-mereka yang berkompeten, sumber-sumber yang bisa dipercaya dan sahih," ujarnya.

Wawan menyebut penyebaran radikalisme melalui media sosial menjadi menarik bagi generasi muda. Sebab, menurutnya, generasi muda berada di usia rawan karena kebutuhan jati diri dan eksistensi.

"Penyebaran paham-paham radikal yang sering dibumbui narasi heroisme, kemudahan-kemudahan mengakses internet, dan banyaknya waktu luang. Kemudian konten dan narasi radikal kemudian disebar dengan mudah dan diakses oleh generasi muda," ujarnya.

Oleh karena itu, BIN memantau akun-akun medsos yang terdapat komunikasi terkait penyebaran ideologi terorisme, ideologi radikalisme. Adapun narasi terkait ideologi terorisme yang berkembang misalnya dikemas dengan narasi ketidakadilan.

"Radikalisme generasi muda di media sosial adalah propaganda radikalisme media sosial dikemas dengan narasi ketidakadilan. Pesan tersebut membentuk kesesatan berpikir bahwa tatanan sosial saat ini perlu dibenahi dan generasi muda diposisikan sebagai juru selamat yang mampu mengubah keadaan, salah satunya melalui aksi teror," ujarnya.

HASIL DISKUSI

Pro

Kemudahan informasi dan banyak nya informasi yang tersebar dalam medsos/internet yang mengandung unsur radikalisme atau terorisme membuat kaum millenial mudah terpapar radikalisme. Banyaknya media sosial, seperti Ig, Fb, Twitter, Youtube dll memudahkan pendoktrinan terorisme  kepada kaum millenial untuk merekrut anggota. Dalam berita tersebut disebutkan survei BNPT terbaru bahwa 80% generasi milenial rentan terpapar radikalisme , hal tersebut didukung dengan penggunaan internet yang meningkat pada saat pandemi Covid 19. Point nya adalah bukan mudahnya kaum millenial terpapar radikalisme / terorisme , tetapi kaum millenial tidak bisa memilih informasi yang tepat dan bijak berdasarkan umurnya dari arus informasi internet atau media sosial sehingga kecenderungan perilaku millenial dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan nya melalui internet / medsos.

Kontra

Paham radikalisme saat ini makin mudah masuk dikalangan generasi muda. Akan tetapi Penyebaran radikalisme melalui internet tak cukup kuat untuk mendorong seseorang melakukan aksi terorisme dan sebagainya, karena internet hanya menjadi salah satu media penyebar pemikiran tersebut. Selain itu, juga ada beberapa hal yg menyebabkan seseorang mudah terpapar radikalisme seperti yg diungkapkan oleh Menteri Agama (Menag) RI, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi yakni ekonomi dan pendidikan. Meskipun sisi lain informasi di internet menguntungkan gerakan" radikalisme sebagai bentuk propaganda cuma-cuma, tetapi informasi di internet juga memunculkan gerakan massa dari masyarakat sendiri untuk aktif berperan serta menjaga lingkungannya dari hal-hal yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban umum. Misalnya upaya antisipatif atas meluasnya pengaruh gerakan ISIS melalui media sosial dilakukan dengan kampanye secara masif. Kemudian menteri kominfo Rudiantara mengatakan bahwa pihaknya telah menggelar sejumlah upaya untuk mencegah penyebaran konten radikal. Setelah memblokir telegram yang terbukti menyebarkan ide" dan konten" berbahaya, pemerintah juga menggandeng Google dan Twitter untuk menangkal konten radikal yang negatif. Hal tersebut membuktikan bahwa Internet berperan penting dalam mengatasi gerakan radikalisme.

Kesimpulan 

Penggunaan internet saat ini memang semakin meningkat. Karena dengan adanya internet, segala informasi mudah untuk disebarkan. Banyaknya media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, Youtube, dan lain-lain juga rentan memudahkan pendoktrinan radikalisme/terorisme kepada kaum millenial. Benar adanya selain internet, rendahnya ekonomi dan pendidikan juga dapat memicu seseorang mudah terpapar radikalisme. Namun, kendati demikian tidak sepenuhnya menunjuk bahwa internet merupakan sesuatu yang sifatnya negatif atau dikatakan sebagai faktor utama kaum millenial dapat terpengaruh oleh radikalisme, begitu pun pada kemiskinan dan rendahnya pendidikan yang telah disebutkan sebelumnya. Semua itu kembali kepada diri masing-masing. Baik internet, kemiskinan, maupun rendahnya pendidikan bersumber dari pribadi diri sendiri. Internet bisa disalahgunakan karena faktor kecerobohan manusia, kemiskinan bisa terjadi juga karena kondisi dan bagaimana kita mengelola ekonomi, bahkan rendahnya pendidikan pun harus disadari diri sendiri. Jadi, pada dasarnya yang menjadi faktor utama adalah diri kita sendiri. Apabila kita bisa mengendalikan diri sendiri, maka internet pun tidak akan bisa mempengaruhi kita untuk terpapar ke ranah radikalisme. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hasil Diskusi Kelompok 14_Minggu 4 (Mei)

  HASIL DISKUSI KELOMPOK 14 19 Mei 2022 Topik : Pemerintah tetap mewajibkan penggunaan masker pada kondisi dan kelompok masyarakat tertent...