10 Maret 2021
Link berita : https://www.kompas.tv/article/153662/harga-gabah-menurun-pemerintah-malah-akan-impor-1-juta-ton-beras.
Topik : Harga Gabah Menurun, Pemerintah Malah Akan Impor 1 Juta
Ton Beras.
Harga
Gabah Menurun, Pemerintah Malah Akan Impor 1 Juta Ton Beras
Pemerintah membuka keran impor beras satu juta ton. Impor
beras dilakukan di tengah musim panen.Namun kebijakan impor beras tersebut
nyatanya mengusik petani.
Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani
Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, menilai kebijakan ini mencederai kaum
tani.
"Bagi kami di jaringan tani, keputusan ini
mencederai kami, mencederai sedulur kami. Jadi usulan kami segera batalkan saja
lah," ujar Dwi saat dihubungi KompasTV, Senin (8/3/2021).
Berdasarkan survei AB2TI, harga gabah nasional terus
mengalami penurunan sejak September.
"Bulan September itu 4.800 terus mengalami menurun,
Januari meningkat sedikit lalu di bulan Februari kemarin 3.975, ini survey kami
di 46 kabupaten. Lalu beberapa hari terakhir ini sudah drop di 3.800,"
sambung Dwi.
Sebelumnya Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengatakan
kebijakan impor digunakan untuk menambah cadangan beras dan telah disepakati
dalam rapat koordinasi terbatas.
Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung potensi produksi
beras periode Januari sampai April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta ton beras,
meningkat 3,08 juta ton.
Simak pembahasannya bersama Ketua Umum Asosiasi Bank
Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa.
HASIL DISKUSI
Pro :
Berpedoman pada laporan Badan Pusat Statistik, kenaikan signifikan
pada luas panen beras di Indonesia berbanding lurus dengan populasi dan
konsumsi masyarakat Indonesia yang kian membesar. Sejalan dengan pendapat dari
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, import dapat saja
dilakukan sebagai bentuk menjaga ketersediaan beras di dalam negeri agar
harganya bisa tetap terkendali. Hal tersebut tentunya juga tidak terlepas dari
konsep hukum permintaan dan penawaran yang harus dijaga demi terciptanya
kestabilan harga. Tidak hanya itu, mengingat saat ini Indonesia masih
digemparkan dengan kasus pandemi Covid-19, kebijakan pemerintah untuk mengimpor
beras pun dirasa cukup tepat. Pemerintah juga memberikan penjelasan bahwa
pemberian alokasi impor beras pada Perum Bulog tahun ini dilakukan sebagai
antisipasi atas pandemi yang berkepanjangan.
Importasi pun dilakukan untuk memastikan pemerintah bisa terus
menyalurkan beras ketika ada gangguan pasokan dari produksi di dalam negeri.
Stok cadangan yang dikelola Bulog juga telah berada di angka 1 juta ton atau
berada di bawah volume minimal yang diamanatkan pemerintah untuk stabilitas
pasokan. Maka dari itu, demi mencegah munculnya spekulasi harga, stok beras
Bulog perlu ditambah di tengah berlanjutnya tugas penyaluran beras. Faktor lain
yang menjadi pertimbangan pemerintah untuk melakukan impor beras tak lain
karena pemerintah mewaspadai ancaman gagal panen sebagai akibat dari musim
peghujan di beberapa daerah.
Kontra :
Tim kontra menyatakan bahwa rencana pemerintah terkait dengan
kebijakan mengimpor satu juta ton beras tersebut dinilai tidak hanya membuat
harga beras turun, tetapi juga berpeluang tidak terserapnya beras impor
tersebut di tengah musim panen seperti saat ini. Saat ini pun petani akan
menghadapi momen panen musim tanam I (MT I) yang biasanya lebih banyak hasilnya
dibandingkan dengan MT II. Kekhwatiran akan hasil panen yang tidak mencukupi
ataupun potensi kegagalan panen sejatinya harus diantisipasi sejak dini oleh
pemerintah. Pemerintah harus lebih memperhatikan kualitas pertanian di
Indonesia melalui berbagai kebijakan dan mengalokasikan anggaran lebih untuk
sektor ini. Kebijakan impor beras ini dinilai hanya akan merugikan petani
karena memicu anjloknya harga beras lokal dan dinilai bukan jalan keluar dari
upaya menjaga persedian stok. Sebagai negara agraris, swasembada pangan
seharusnya sudah tercapai. Lahan pertanian yang terdapat di Indonesia pun
seharusnya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Subsidi pupuk dari
pemerintah pun pada kenyataannya masih belum sesuai dengan harapan, yakni kerap
terlambat dalam pendistribusiannya dan bahkan sering kali tak sampai ke tangan
petani.
Kesimpulan
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi yang cukup
besar dalam bidang pertanian. Potensi tersebut tentunya harus dioptimalkan
pengelolaannya agar dapat memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. Seperti
halnya harapan yang dimiliki oleh pemerintah terkait dengan terjaganya
stabilitas harga pada pasokan beras dapat dilakukan dengan mempertimbangkan dua
opsi yang tersedia, yakni mengimpor besar atau memperbaiki kualitas sektor
pertanian di Indonesia. Kedua opsi tersebut pada kenyataanya memang menimbulkan
polemik di kalangan masyarakat. Beberapa masyarakat beranggapan bahwa dengan
mengimpor beras justru hanya akan menimbulkan hilangnya kesejahteraan pada
kehidupan petani dan anjloknya harga beras lokal. Namun, tak sedikit pula
masyarakat hingga pemerintah yang justru mempunyai pandangan sebaliknya. Mereka
justru menganggap bahwa dengan mengimpor beras, stabilitas harga beras di
Indonesia dapat terkendali dan kebutuhan masyarakat akan persediaan beras pun
dapat terpenuhi tanpa ada kekhawatiran. Keputusan pemerintah terkait dengan
kebijakan apa yang akan diambil sejatinya harus benar-benar dipertimbangkan
agar tidak banyak pihak yang dirugikan. Pemerintah diharapkan dapat merumuskan
masalah ini dengan bijak dan mencari alternatif penyelesaian dengan
mempertimbangkan dampak-dampak yang akan timbul dari kebijakan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar