New Normal dan Ekspektasi Pemulihan
Ekonomi
Market Outlook, 8-12 June 2020 by Alfred
Pakasi
By
-
June 5, 2020
(Vibiznews – Editor’s Note)
– Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan menguatnya ekspektasi
pasar atas akan datangnya pemulihan ekonomi menuju kondisi new normal,
naiknya permintaan risk asset, sekalipun ketegangan AS – China
masih dalam perhatian. Untuk korban virus, berita resmi terakhirnya, sudah
sekitar 6.8 juta orang terinfeksi di dunia dan 398 ribu orang meninggal, dan
menyebar ke 213 negara dan teritori. Pasar saham dunia umumnya menguat,
permintaan safe haven tergerus dan menekan dollar AS dan
emas, sementara rupiah terus rally 5 minggu berturut-turut.
Minggu berikutnya, isyu
antara pembukaan ekonomi new normal, indikasi pemulihan ekonomi,
dan tensi lanjutan AS-China ini akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti
apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Market Review
and Outlook 8-12 June 2020.
Minggu lalu IHSG di pasar
modal Indonesia terpantau lanjut menguat di minggu ketiganya oleh masuknya dana
investor asing di tengah sentimen positif pembukaan ekonomi di sejumlah negara
dan persiapan ekonomi new normal di dalam negeri. Sementara
itu, bursa kawasan Asia umumnya menguat. Secara mingguan IHSG ditutup menguat
signifikan 4.08% ke level 4,947.782. Untuk minggu berikutnya (8-12 Juni 2020),
IHSG kemungkinan masih bisa lanjutkan rally-nya, dengan diintip
investor untuk aksi profit taking. Secara mingguan, IHSG berada
antara resistance level di 5041 dan kemudian 5365, sedangkan support level di posisi
4621 dan kemudian 4460.
Mata uang rupiah terhadap
dollar AS pekan lalu terpantau menguat kembali dalam rally 5
minggu berturut-turut dengan masuknya dana asing ke pasar uang Indonesia, baik
SBN maupun saham, menuju ekonomi new normal, sementara dollar
global dalam tren melemah kembali, sehingga rupiah secara mingguannya menguat
signifikan 5.27% ke level Rp 13,878. Rupiah kembali menjadi mata uang terbaik
terhadap USD di kawasan Asia, dan sudah berada di posisi sebelum Covid-19. Kurs
USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan turun, atau masih bias positif bagi
rupiah dengan sedikit koreksi pasar, dalam range antara
resistance di level Rp14,780 dan Rp14,905, sementara support di level Rp13.654
dan Rp13,560.
Dalam rangka mitigasi
dampak penyebaran COVID-19, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pada akhir
pekan menyampaikan beberapa hal terkait perkembangan terkini perekonomian
dan kebijakan yang ditempuh BI, antara lain:
Perkembangan Indikator
Ekonomi
1. Nilai
tukar terus mengalami penguatan sejalan dengan pandangan BI bahwa nilai tukar
masih undervalued dan ke depan masih berpotensi untuk
menguat. Saat ini sudah di bawah Rp14.000/USD.
2. Inflasi
Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2020 tetap rendah tercatat 2,19% (yoy).
Bulan Juni diprakirakan lebih rendah, sebesar 1,81% (yoy).
3. Aliran
masuk modal asing ke SBN terus mengalami peningkatan sejak minggu II Mei 2020.
4. Cadangan
devisa akhir Mei 2020 diprakirakan meningkat.
5. Pembelian
SBN di pasar perdana oleh BI berkurang. Hal ini menunjukkan kemampuan pasar
yang makin besar dalam membeli SBN untuk kebutuhan pembiayaan APBN.
BI memprakirakan dengan
implementasi kebijakan kenormalan baru, akan mendorong aktivitas ekonomi
terutama meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
triwulan II – 2020 diprakirakan akan menurun dan kembali meningkat pada
triwulan III – 2020.
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex,
mata uang dollar secara umum tertekan di tengah berlanjutnya minat investor
terhadap risk asset serta euro yang melompat oleh
pertambahan nilai paket stimulus dari ECB, namun di akhir pekan rebound karena
naiknya data tenaga kerja AS, dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir
melemah ke 96.95. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau
menguat tajam ke 1.2891. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara
level resistance pada 1.3838 dan kemudian 1.1495, sementara support pada 1.1068
dan 1.0871.
Pound sterling minggu lalu
terlihat menguat ke level 1.2663 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar
berkisar antara level resistance pada 1.2849 dan kemudian 1.3200, sedangkan
support pada 1.2204 dan 1.2075. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat ke
level 109.56. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level
pada 109.85 dan 110.08, serta support pada 107.08 serta level 106.36. Sementara
itu, Aussie dollar terpantau menguat ke level 0.6968. Range minggu ini akan
berada di antara resistance level di 0.7032 dan 0.7082, sementara support level
di 0.6506 dan 0.6371.
Pasar Saham
Untuk pasar saham kawasan,
pada minggu lalu di regional Asia secara umum menguat, investor kembali
mengejar risk asset di tengah harapan datangnya pemulihan
ekonomi. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir menguat ke level
22,864. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 23807 dan
23995, sementara support pada level 20335 dan 19448. Sementara itu, Indeks Hang
Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir menguat ke level 24,770. Minggu ini akan
berada antara level resistance di 24855 dan 25579, sementara support di 22520
dan 21139.
Bursa saham Wall Street
minggu lalu terpantau melejit di antara optimisme pemulihan ekonomi dengan data
melompatnya pertambahan tenaga kerja AS. Indeks Dow Jones secara mingguan
menguat tajam ke level 27,111.0, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance
level pada 25759 dan 27102, sementara support di level 24294 dan 22790. Index
S&P 500 minggu lalu menguat ke level 3,189.0, dengan berikutnya range pasar
antara resistance di level 3261 dan 3394, sementara support pada level 2909 dan
2766.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu
lalu terpantau tertekan Kembali oleh data kuat tenaga kerja AS yang
membangkitkan ekspektasi pemulihan ekonomi, sehingga harga emas spot secara
mingguan terkoreksi ke level $1,685.27 per troy ons. Untuk sepekan ke depan
emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1745 dan
berikut $1766, serta support pada $1661 dan $1641.
Ada sejumlah indikator data
ekonomi kerap menjadi penggerak pasar, sementara sebagian data ekonomi lainnya
sepertinya tidak berdampak terhadap harga di pasar investasi. Kadang seorang
investor individual terkecoh dengan pilihan dan analisis fundamental data
ekonomi. Hal itu dapat dimengerti kalau tidak mempelajari situasi pasar
sebelumnya. Demikianlah, fluktuasi pasar dan data perlu dipelajari
hubungan dan kaitannya. Kalau Anda mengalami kesulitan mempelajari dan melihat
contohnya, lihat saja Vibiznews.com. Sejumlah data lengkap dengan analisis
seketikanya langsung tersaji tiap kali rilis berita ekonomi penting diumumkan.
Itu akan memberikan gambaran arah pasar selanjutnya. Begitulah, kami ada hanya
untuk sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Hasil
Diskusi:
Pada awal bulan Juni, Pemerintah telah berencana untuk memberlakukan skenario normal
baru atau new normal dalam waktu dekat. tatanan hidup normal baru (new normal) dilakukan lantaran
masyarakat saat ini diminta untuk beradaptasi dengan pademi virus corona atau
Covid-19 selama vaksin belum dapat ditemukan. Dengan kebijakan ini tentunya
diharapkan Indonesia bisa segera keluar dari resesi perekonomian yang
disebabkan oleh Covid-19 dalam waktu yang relatif singkat.
Untuk saat ini, pemerintah telah mendesain
tahapan pemulihan perekonomian secara bertahap melalui beberapa fase. Selain
itu, pemerintah juga telah menyiapkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Di antara tahapan tersebut sangat memerhatikan dimensi kesehtaan yaitu
perkembangan penyakit, pengawasan virus, kapasitas layanan kesehatan dan
kesiapan sosial ekonomi, protokol tiap sektor, wilayah dan transportasi yang
terintegrasi dengan lainnya.
Pada posisi mulainya penerapan kebijakan new normal ini mengarah pada sektor
usaha yang akan siap beroperasi kembali, meskipun belum secara optimal namun
setidaknya ada pergerakan yang mengarah pada perubahan. Dan rencanya bebeberapa
sektor yang akan dibuka terlebih dahulu ketika skenario normal baru
diberlakukan adalah sektor industri. Selain itu, pemerintah jugasudah mulai
membuka sektor pariwisata. yang Nantinya, pemerintah akan mengatur agar hotel
dan restoran bisa mulai dibuka meski kapasitasnya dibatasi. Adapun sektor
lainnya yang juga mulai beroperasi adalah sektor perhubungan. Kemudian,
pemerintah juga mempertimbangkan untuk menyiapkan sektor manufaktur,
perkebunan, hingga perdagangan khususnya pasar tradisional. Dengan demikian, pada setiap
penerpan dan pengupayaan kebijakan tersebut, merupakan salah satu lagkah
strategis yang diberlakukan pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar