Link: https://market.bisnis.com/read/20200504/7/1236000/indikasi-perang-dagang-as-china-jadi-biang-keladi-tekanan-ihsg
Indikasi
Perang Dagang AS-China Jadi Biang Keladi Tekanan IHSG
Di pasar regional, saham-saham
berkapitalisasi pasar jumbo menjadi yang paling banyak dilego asing antara lain
saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Astra International
Indonesia Tbk. (ASII), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Dhiany Nadya
Utami - Bisnis.com04 Mei 2020 | 12:24 WIB
Bisnis.com,
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan tak bertenaga sepanjang perdagangan sesi
pertama, Senin (4/5/2020). Minimnya sentimen positif membuat indeks tak mampu
mempertahankan penguatan pada pekan lalu.
Pada hari terakhir perdagangan pekan lalu yakni Kamis
(30/4/2020), indeks acuan ini menguat ke level 4.716,40 atau level tertingginya
selama sepekan, setelah naik 3,26 persen dibandingkan hari sebelumnya.
Sayangnya, di awal pekan ini indeks tak mampu kembali
perkasa. Sejak awal perdagangan IHSG langsung terjerempab ke zona merah bahkan
sempat menyentuh level terendah 4.576,22.
Baca
Juga : Bursa Asia
Terbanting, IHSG Anjlok 2,35 Persen |
Terpantau hanya ada 106 saham yang menguat sedangkan 271
saham melemah dan 127 lainnya tak bergerak dari posisi pembukaan. Sektor
infrastruktur dan industri dasar menjadi pemimpin pelemahan dengan
masing-masing turun 3,77 persen dan 3,45 persen.
Perdagangan pada sesi I ini juga diwarnai dengan aksi
jual bersih oleh investor asing yang mencapai Rp94,48 miliar di seluruh pasar
dan Rp172,51 miliar di pasar regional. Adapun total transaksi yang tercatat
mencapai Rp3,04 triliun.
Di pasar regional, saham-saham berkapitalisasi pasar
jumbo menjadi yang paling banyak dilego asing antara lain saham PT
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Astra International
Indonesia Tbk. (ASII), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Masing-masing saham membukukan net sell Rp89,8 miliar, Rp49,2 miliar), Rp48,1
miliar.
Head of Research MNC Sekuritas Thendra Crisnanda
mengatakan pelemahan IHSG hari ini merespon peningkatan tensi geopolitik akibat
pernyataan Presiden Amerika Serikat Doland Trump yang berencana kembali
meningkatkan tarif impor barang-barang dari China.
“[Ada indikasi] kembali perang dagang,” katanya
kepada Bisnis.com, Senin (4/5/2020)
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan
pergerakan indeks sesuai dengan proyeksi teknikal yang mana indikator
Stochastic sudah mulai menunjukkan overbought sehingga indeks berpeluang
terkoreksi wajar menuju ke support terdekat.
Menurutnya, selain ancaman perang dagang dan masih
berkembangnya wabah Covid-19, ada sejumlah sentimen yang turut menjadi penekan
indeks seperti minimnya data makro ekonomi global yang memberikan high
impact terhadap pasar.
Di sisi lain, Purchasing Manager Index (PMI) Indoensia
yang turun signifikan ke angka 27,5.
“Terus turunnya performa data inflasi maupun inflasi inti
Indonesia dan jumlah tourist arrivals yang juga turun signifikan [ikut menekan
indeks],” imbuhnya.
Hasil Diskusi:
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih
terus tenggelam di zona merah. Untuk mengurangi tekanan di pasar modal,
maka Bursa Efek Indonesia ( BEI) haruslah mengambil langkah antisipatif.
Langkah antisipasi tersebut terkait dengan perubahan batasan auto rejection dan
pengumuman BEI tentang saham yang keluar dari daftar saham yang diperdagangkan
pada sesi pra-pembukaan. Hal Ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi
perkembangan pasar modal global, maupun pasar modal Indonesia yang sedang
mengalami tekanan, dipengaruhi penetapan virus Corona (Covid-19).
Langkah pertama yang dapat dilakukan BEI
adalah dengan mengubah batasan auto rejection apabila harga penawaran jual atau
permintaan beli saham yang dimasukkan ke JATS lebih dari 35 persen di atas atau
7 persen di bawah acuan harga untuk saham dengan rentang harga Rp 50 sampai
dengan Rp 200. Sementara itu auto rejection juga diberlakukan untuk saham yang
penawaran jual atau permintaan belinya lebih dari 25 persen atau di atas atau 7
persen di bawah acuan harga untuk saham dengan rentang harga lebih dari Rp 200
sampai dengan Rp 5.000.
Selain itu, Auto rejection juga berlaku
untuk jual beli saham lebih dari 20 persen di atas atau 7 persen di bawah,
dengan acuan harga untuk di atas Rp 5.000. Kemudian kedua, BEI mengubah
ketentuan auto rejection untuk perdagangan saham hasil penawaran umum yang
pertama kali diperdagangkan, dari sebelumnya yang ditetapkan sebesar 2 kali,
menjadi 1 kali dari persentase batasan Auto Rejection. Adapun ketiga, BEI
mengeluarkan seluruh saham dari daftar saham yang diperdagangkan pada sesi
Pra-pembukaan, sehingga tidak ada saham yang diperdagangkan pada sesi
Pra-pembukaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar