Menkeu: Skenario
Terburuk Ekonomi Minus 0,4% Mungkin Terjadi
Rabu, 6 Mei 2020
Oleh : Herman / MPA
Sri Mulyani. (Foto: Antara)
Jakarta, Beritasatu.com – Ekonomi Indonesia pada triwulan I 2020 hanya
tumbuh 2,97% (y-on-y), jauh di bawah prediksi pemerintah yang sebelumnya
memperkirakan masih bisa di kisaran 4%. Menyikapi hal tersebut, pemerintah
melihat kemungkinan masuk ke skenario terburuk bisa saja terjadi, di mana
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan minus 0,4%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan,
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2020 yang hanya 2,97% utamanya
dipicu oleh anjloknya konsumsi rumah tangga. Padahal kontribusi konsumsi rumah
tangga terhadap produk domestic bruto (PDB) mencapai lebih dari 57%.
“Konsumsinya turun sangat besar. Kalau biasanya tumbuh di
atas 5%, pada triwulan I 2020 hanya tumbuh 2,84%,” kata Sri Mulyani saat Rapat
Kerja virtual dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (6/5/2020).
Kondisi inilah yang diwaspadai oleh pemerintah, mengingat
pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam upaya memutus
penyebaran Covid-19 sebetulnya baru dimulai pada Maret 2020 atau akhir triwulan
I 2020. Sehingga kemungkinan besar konsumsi rumah tangga akan semakin anjlok
seiring pemberlakuan PSBB yang semakin meluas pada triwulan II 2020.
“Pada triwulan II, konsumsinya akan drop lebih besar
lagi. Padahal GDP Indonesia itu 57% adalah konsumsi atau sekitar Rp 9.000
triliun. Kontribusi Jakarta dan Pulau Jawa juga hampir 55%. Jadi kalau sekarang
di Jakarta dan Pulau Jawa melakukan PSBB, sudah pasti konsumsinya tidak akan
tumbuh,” papar Sri Mulyani.
Dalam menetapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi, Menkeu
mengatakan saat ini ada dua skenario yang dilihat. Untuk skenario berat,
pertumbuhan ekonomi diproyeksikan sebesar 2,3%, sementara skenario yang lebih
berat bisa minus 0,4%. Skenario tersebut dilihat berdasarkan lamanya penyebaran
Covid-19 yang menyebabkan terjadinya PSBB dan penurunan aktivitas ekonomi.
“Untuk skenario berat, kita masih berasumsi bahwa
Covid-19 akan mencapai puncaknya pada bulan Mei dan awal Juni 2020, kemudian
akan mengalami penurunan dan tidak terjadi outbreak kedua.
Sedangkan untuk skenario yang sangat berat membutuhkan PSBB yang lebih panjang
lagi dan tidak hanya di Jakarta,” kata Sri Mulyani.
Dengan berbagai skenario tersebut, Sri Mulyani mengatakan
pertumbuhan ekonomi 2,3% menjadi skenario yang cukup optimistis. Namun Menkue
juga melihat adanya potensi perubahan pusat pandemi Covid-19 dari sebelumnya di
Jakarta bergeser ke daerah-daerah tujuan mudik seperti Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan juga Sulawesi Selatan. Sehingga upaya penanganan dan pencegahan
Covid-19 harus dilakukan secara konsisten dan disiplin.
Saat ini pemerintah juga terus mengkaji kemungkinan
melakukan kebijakan pembukaan secara bertahap seperti yang mulai dilakukan di
berbagai negara, namun tetap memperhatikan agar jangan sampai terjadi outbreak yang
semakin meluas. Selain itu, pemerintah saat ini juga terus melakukan tes
Covid-19 secara lebih luas.
“Inilah situasi yang kita hadapi di dalam melihat
perekonomian kita, terutama di triwulan II dan mungkin masih berlanjut di
triwulan III. Oleh karena itu, kemungkinan masuk ke dalam skenario sangat berat
mungkin saja terjadi dari 2,3% menjadi minus 0,4%. Ini apabila pada triwulan
III dan IV kita tidak mampu me-recover, atau kalau pandemi menimbulkan
dampak yang lebih panjang,” kata Sri Mulyani.
Dalam situasi pandemi Covid-19, Sri Mulyani menegaskan
kebijakan pemerintah selalu fokus pada tiga hal, yaitu kesehatan dan
keselamatan masyarakat, social safety net, dan menjaga kebutuhan modal kerja.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di
triwulan I 2020 sebetulnya masih lebih baik dibandingkan beberapa mitra dagang
Indonesia. Antara lain pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang minus 6,8%, Amerika
Serikat 0,3%, Singapura minus 2,2%, Korea Selatan 1,3%, Hong Kong minus 8,9%,
dan Uni Eropa minus 2,7%. Sedangkan Vietnam masih tumbuh lebih baik yang
mencapai 3,8%.
Hasil diskusi:
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I 2020
sebetulnya masih lebih baik dibandingkan beberapa mitra dagang Indonesia. namun
petumbuhannya angka minus. Oleh sebab itulah, ekonomi indonesia harus lebih
was-was atau berhati-hati dan segera melakukan kebijakan untuk mengantisipasi
terjadinya gejolak ekonomi yang juga memungkinkan untuk terjadi lebih parah.
Namun pada kenyataannya situasi yang
dihadapi perekonomian Indonesia adalah ketidakstabilan terutama di triwulan II
dan mungkin masih berlanjut di triwulan III. Oleh karena itu, kemungkinan masuk
ke dalam skenario sangat berat mungkin saja terjadi dari 2,3% menjadi minus
0,4%. Ini apabila pada triwulan III dan IV kita tidak mampu me-recover,
atau kalau pandemi menimbulkan dampak yang lebih panjang.
Dengan demikian, Membangkitkan pertumbuhan ekonomi di tengah pandemic Covid-19
saat ini menjadi konsentrasi penuh pemerintah sekarang. Pemerintah berupaya
mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan penguatan daya beli masyarakat
melalui penguatan perlindungan sosial dan dukungan terhadap sektor usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM). Selain itu, saat ini Kemenpora RI juga telah
menyiapkan program prioritas tahun 2020-2024. Dua dari lima program prioritas
yang disiapkan Menpora RI, berisi tentang kepemudaan. Bunyi dari dua program
prioritas tersebut yaitu: pemberdayaan pemuda menjadi kreatif, inovatif,
mandiri, dan berdaya saing serta menumbuhkan semangat kewirausahaan.
Selanjutnya Kemenpora juga menyiapkan bantuan bagi 5000 wirausaha muda yang
terdampak Pandemi Covid-19 agar tetap bertahan dan bangkit kembali sehingga
dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar