Selasa, 05 Mei 2020

Diskusi Harian Kelompok 5_Minggu ke 4

 

Link: https://www.beritasatu.com/merdhy-pasaribu/ekonomi/629411/menkeu-skenario-terburuk-ekonomi-minus-04-mungkin-terjadi

Menkeu: Skenario Terburuk Ekonomi Minus 0,4% Mungkin Terjadi

Rabu, 6 Mei 2020
Oleh : Herman / 
MPA

Sri Mulyani. (Foto: Antara)

Jakarta, Beritasatu.com – Ekonomi Indonesia pada triwulan I 2020 hanya tumbuh 2,97% (y-on-y), jauh di bawah prediksi pemerintah yang sebelumnya memperkirakan masih bisa di kisaran 4%. Menyikapi hal tersebut, pemerintah melihat kemungkinan masuk ke skenario terburuk bisa saja terjadi, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan minus 0,4%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2020 yang hanya 2,97% utamanya dipicu oleh anjloknya konsumsi rumah tangga. Padahal kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap produk domestic bruto (PDB) mencapai lebih dari 57%.

“Konsumsinya turun sangat besar. Kalau biasanya tumbuh di atas 5%, pada triwulan I 2020 hanya tumbuh 2,84%,” kata Sri Mulyani saat Rapat Kerja virtual dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (6/5/2020).

Kondisi inilah yang diwaspadai oleh pemerintah, mengingat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam upaya memutus penyebaran Covid-19 sebetulnya baru dimulai pada Maret 2020 atau akhir triwulan I 2020. Sehingga kemungkinan besar konsumsi rumah tangga akan semakin anjlok seiring pemberlakuan PSBB yang semakin meluas pada triwulan II 2020.

“Pada triwulan II, konsumsinya akan drop lebih besar lagi. Padahal GDP Indonesia itu 57% adalah konsumsi atau sekitar Rp 9.000 triliun. Kontribusi Jakarta dan Pulau Jawa juga hampir 55%. Jadi kalau sekarang di Jakarta dan Pulau Jawa melakukan PSBB, sudah pasti konsumsinya tidak akan tumbuh,” papar Sri Mulyani.

Dalam menetapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi, Menkeu mengatakan saat ini ada dua skenario yang dilihat. Untuk skenario berat, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan sebesar 2,3%, sementara skenario yang lebih berat bisa minus 0,4%. Skenario tersebut dilihat berdasarkan lamanya penyebaran Covid-19 yang menyebabkan terjadinya PSBB dan penurunan aktivitas ekonomi.

“Untuk skenario berat, kita masih berasumsi bahwa Covid-19 akan mencapai puncaknya pada bulan Mei dan awal Juni 2020, kemudian akan mengalami penurunan dan tidak terjadi outbreak kedua. Sedangkan untuk skenario yang sangat berat membutuhkan PSBB yang lebih panjang lagi dan tidak hanya di Jakarta,” kata Sri Mulyani.

Dengan berbagai skenario tersebut, Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi 2,3% menjadi skenario yang cukup optimistis. Namun Menkue juga melihat adanya potensi perubahan pusat pandemi Covid-19 dari sebelumnya di Jakarta bergeser ke daerah-daerah tujuan mudik seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan juga Sulawesi Selatan. Sehingga upaya penanganan dan pencegahan Covid-19 harus dilakukan secara konsisten dan disiplin.

Saat ini pemerintah juga terus mengkaji kemungkinan melakukan kebijakan pembukaan secara bertahap seperti yang mulai dilakukan di berbagai negara, namun tetap memperhatikan agar jangan sampai terjadi outbreak yang semakin meluas. Selain itu, pemerintah saat ini juga terus melakukan tes Covid-19 secara lebih luas.

“Inilah situasi yang kita hadapi di dalam melihat perekonomian kita, terutama di triwulan II dan mungkin masih berlanjut di triwulan III. Oleh karena itu, kemungkinan masuk ke dalam skenario sangat berat mungkin saja terjadi dari 2,3% menjadi minus 0,4%. Ini apabila pada triwulan III dan IV kita tidak mampu me-recover, atau kalau pandemi menimbulkan dampak yang lebih panjang,” kata Sri Mulyani.

Dalam situasi pandemi Covid-19, Sri Mulyani menegaskan kebijakan pemerintah selalu fokus pada tiga hal, yaitu kesehatan dan keselamatan masyarakat, social safety net, dan menjaga kebutuhan modal kerja.

Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I 2020 sebetulnya masih lebih baik dibandingkan beberapa mitra dagang Indonesia. Antara lain pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang minus 6,8%, Amerika Serikat 0,3%, Singapura minus 2,2%, Korea Selatan 1,3%, Hong Kong minus 8,9%, dan Uni Eropa minus 2,7%. Sedangkan Vietnam masih tumbuh lebih baik yang mencapai 3,8%.

Hasil diskusi:

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I 2020 sebetulnya masih lebih baik dibandingkan beberapa mitra dagang Indonesia. namun petumbuhannya angka minus. Oleh sebab itulah, ekonomi indonesia harus lebih was-was atau berhati-hati dan segera melakukan kebijakan untuk mengantisipasi terjadinya gejolak ekonomi yang juga memungkinkan untuk terjadi lebih parah. Namun pada kenyataannya situasi yang dihadapi perekonomian Indonesia adalah ketidakstabilan terutama di triwulan II dan mungkin masih berlanjut di triwulan III. Oleh karena itu, kemungkinan masuk ke dalam skenario sangat berat mungkin saja terjadi dari 2,3% menjadi minus 0,4%. Ini apabila pada triwulan III dan IV kita tidak mampu me-recover, atau kalau pandemi menimbulkan dampak yang lebih panjang.

Dengan demikian, Membangkitkan pertumbuhan ekonomi di tengah pandemic Covid-19 saat ini menjadi konsentrasi penuh pemerintah sekarang. Pemerintah berupaya mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan penguatan daya beli masyarakat melalui penguatan perlindungan sosial dan dukungan terhadap sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain itu, saat ini Kemenpora RI juga telah menyiapkan program prioritas tahun 2020-2024. Dua dari lima program prioritas yang disiapkan Menpora RI, berisi tentang kepemudaan. Bunyi dari dua program prioritas tersebut yaitu: pemberdayaan pemuda menjadi kreatif, inovatif, mandiri, dan berdaya saing serta menumbuhkan semangat kewirausahaan. Selanjutnya Kemenpora juga menyiapkan bantuan bagi 5000 wirausaha muda yang terdampak Pandemi Covid-19 agar tetap bertahan dan bangkit kembali sehingga dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hasil Diskusi Kelompok 14_Minggu 4 (Mei)

  HASIL DISKUSI KELOMPOK 14 19 Mei 2022 Topik : Pemerintah tetap mewajibkan penggunaan masker pada kondisi dan kelompok masyarakat tertent...