Ekonomi Hanya Tumbuh
2,97% Jadi Indikator Buruk, Ekonom: Kuartal II Akan Minus
Selasa, 05 Mei 2020
JAKARTA - Ekonom Indef
Bhima Yudistira menilai pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 2,97% menjadi
indikator yang buruk. Hal ini dikarenakan tidak konsistennya pemerintah dalam
menanggulangi pandemi virus corona (Covid-19).
"Presiden baru umumkan pasien 01 pada bulan Maret sementara PSBB berlaku
di Jakarta mulai April atau masuk kuartal kedua. Artinya pandemi masuk
terlambat ke Indonesia saja sudah tumbuh rendah sekali ekonomi di kuartal
I," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (5/5/2020).
Dia melanjutkan bukan hanya pandemi covid-19 yang buat ekonomi turun tajam,
tapi ada faktor sisi permintaan sejak 3 tahun lalu yang lesu. Industri bahkan
jauh sebelum covid-19 sudah digempur barang impor dan kita tidak siap hadapi
perang dagang AS versus China.
"Kalau kuartal I sudah anjlok cukup dalam, maka diperkirakan kuartal II
2020 ekonomi akan minus. Karena di kuartal kedua ada perluasan PSBB di kota
selain Jakarta dan pelarangan mudik. Ini aktivitas ekonomi nyaris mati
total," pungkasnya
Baca Juga:
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi
Indonesia hanya mencapai 2,97% pada kuartal I/2020. Pertumbuhan ini menjadi
salah satu yang terendah sejak 2009.
Adapun pertumbuhan ekonomi yang kurang dari 3% ini sebelumnya pernah terjadi
pada tahun 2001. Namun pelemahan saat ini tidak bisa dibandingkan dengan tahun
2001 yang mana kondisi dan situasinya sangat berbeda.
(akr)
Hasil Diskusi:
Pertumbuhan ekonomi negatif telah diprediksi
oleh pemerintah hingga Bank Indonesia (BI) dan para pengamat. Namun, angka
-5,32 persen lebih tinggi dari ekspektasi Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati. Yang mana beliau telah memprediksi ekonomi RI tertekan dengan batas
bawah -5,1 persen dan titik tengah -4,3 persen. Begitu juga Bank Indonesia yang
memprediksi ekonomi akan tersungkur di rentang 4,3 persen hingga 4,8 persen. Hal
inilah yang menyebabkan perumbuhan ekonomi pada kuartal II tumbuh minus dan
menglami kontraksi. kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi dalam
pada kuartal II-2020, bukan berarti sudah memasuki resesi. Sebab, resesi
terjadi jika pertumbuhan ekonomi negatif pada dua kuartal berturut-turut.
Oleh sebab itu, pemerintah saat ini harus lebih
berfokus pada kebijakan-kebijakan untuk diupayakan secara optimal. Meskipun
kuartal II mengalami keterpurukan. Namun ibu Sri Mulayani menyatakan
bahwasannya pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2020 berpotensi
kembali terkontraksi. Oleh karenanya berbagai langkah dalam rangka Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN) terus dipersiapkan untuk mengantisipasi resesi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar