Senin, 1 juni 2020
ANCAMAN TERBESARNYA BUKAN VIRUS
CORONA
DW:
Profesor Harari, kita berada di tengah pandemi global. Apa yang paling
mengkhawatirkan Anda tentang perkembangan saat ini?
Yuval
Noah Harari: Saya pikir, ancaman terbesar bukanlah virus itu sendiri. Umat
manusia memiliki semua pengetahuan ilmiah dan alat teknologi untuk mengatasi
virus ini. Masalah besarnya adalah nirani kita, kebencian kita, keserakahan dan
ketidaktahuan kita sendiri. Saya khawatir orang-orang bereaksi terhadap krisis
ini bukan dengan solidaritas global, melainkan dengan kebencian, saling
menyalahkan negara lain, menyalahkan etnis dan agama minoritas.
Saya
berharap bahwa kita dapat mengembangkan kasih sayang, bukan kebencian, untuk
bereaksi dengan sikap solider, mengembangkan kemurahan hati membantu mereka
yang membutuhkan. Dan kita bisa mengembangkan kemampuan untuk membedakan mana
yang benar, dan tidak begitu saja percaya semua teori konspirasi ini. Jika kita
melakukan itu, saya tidak ragu bahwa kita akan mengatasi krisis ini.
Bagaimana saya tahu siapa atau apa yang bisa
dipercaya?
Pertama,
Anda memiliki pengalaman masa lalu. Jika Anda misalnya tahu ada politisi yang
pernah berbohong selama beberapa tahun, maka Anda tidak punya banyak alasan
untuk percaya kepada mereka dalam situasi darurat ini.
Kedua,
Anda dapat mempertanyakan teori-teori yang disampaikan orang kepada Anda.
Misalnya jika seseorang mengemukakan teori konspirasi tentang asal dan penyebaran
virus corona,
mintalah dia menjelaskan kepada Anda, bagaimana itu terjadi dan bagaimana sifat
virus ini serta penyakit yang disebabkannya. Jika mereka tidak bisa
menjelaskan, artinya mereka tidak memiliki pengetahuan dasar ilmiah , maka
jangan percaya pada apa yang mereka katakan tentang virus corona. Anda tidak
perlu menjadi ahli biologi, tetapi Anda perlu pemahaman ilmiah dasar tentang
semua hal ini.
Dalam
beberapa tahun terakhir, kita telah melihat banyak politisi populis menyerang
sains, mengatakan bahwa para ilmuwan adalah segelintir elit terpencil yang
terputus dari masyarakat, mengatakan bahwa hal-hal seperti perubahan iklim
hanya bohong belaka. Tetapi pada saat krisis di seluruh dunia, kita melihat
bahwa kebanyakan orang lebih percaya sains daripada sumber lainnya.
Saya
harap, setelah krisis berakhir, kita ingat ini. Bahwa ketika para ilmuwan
memperingatkan kita tentang hal-hal lain selain epidemi, seperti tentang perubahan iklim dan
keruntuhan ekologis,
kita akan menerima peringatan mereka dengan keseriusan yang sama seperti yang
sekarang kita lakukan menghadapi pandemi corona.
Banyak negara menerapkan mekanisme pengawasan digital ketat
untuk mencegah penyebaran virus. Bagaimana mekanisme ini dapat dikontrol?
Setiap
kali Anda meningkatkan pengawasan terhadap warga, itu harus selalu berjalan
seiring dengan meningkatnya pengawasan terhadap kerja pemerintah. Dalam krisis
ini misalnya, pemerintahan membelanjakan uang seperti air mengalir. Di AS dua
triliun dolar. di Jerman ratusan miliar euro, dan seterusnya. Sebagai warga
negara, saya ingin tahu siapa yang membuat keputusan itu dan ke mana uangnya
mengalir. Apakah uang itu digunakan untuk menyelamatkan perusahaan besar yang
sudah bermasalah sebelum epidemi karena salah urus? Atau uang itu digunakan
untuk membantu usaha kecil, restoran dan toko-toko kecil?
Aplikasi
ponsel yang dikembangkan pemerintah Australia untuk menyebarkan informasi dan
menjadi pusat aduan bagi penduduk yang terjangkit virus corona.
Jadi
pengawasan harus berjalan dua arah, tidak hanya dari pemerintah. Semua harus
transparan. Kalau misalnya pemerintah mengatakan, terlalu sulit untuk membuka
semua transaksi keuangan secara transparan, maka Anda bisa berkata: “Tidak, itu
tidak terlalu rumit.” Sebab pemerintah juga bisa membuat sistem pengawasan yang
rumit, misalnya untuk memantau ke mana saja saya pergi setiap hari. Kalau itu
bisa, mengapa tidak bisa membuat sistem yang transparan dalam hal penggunaan
uang pajak?
Apakah krisis ini membuat kita harus merevisi lagi pandangan
terhadap manusia di abad ke-21?
Kita
tidak tahu, karena itu tergantung pada keputusan yang kita buat sekarang. Saat
ini ada ancaman konflik sosial yang meningkat karena situasi ekonomi yang
berubah. Kita sekarang akan melihat semakin banyak otomatisasi, semakin banyak
robot dan komputer menggantikan tenaga manusia di semakin banyak jenis
pekerjaan. Di masa pandemi, manusia harus diisolasi, robot tidak perlu.
Jadi
perkembangannya bisa kedua arah: otomatisasi dan de-globalisasi. Akibatnya,
negara-negara berkembang yang mengandalkan tenaga kerja kasar yang murah,
tiba-tiba akan menghadapi masalah besar, karena banyak pekerjaan sederhana
mengalami otomatisasi. Tapi hal ini juga bisa terjadi di negara-negara kaya.
Krisis ini bisa menyebabkan perubahan luar biasa di pasar kerja. Orang-orang
bekerja dari rumah secara online. Jika kita tidak hati-hati, ini dapat
mengakibatkan runtuhnya organisasi-organisasi tenaga kerja, setidaknya di
beberapa sektor industri.
Tapi
itu semua juga tergantung dari keputusan politik yang diambil. Kita dapat
membuat keputusan untuk melindungi hak-hak pekerja. Pemerintahan misalnya memberikan dana talangan besar kepada
industri dan perusahaan. Itu bisa saja diberlakukan dengan persyaratan,
misalnya syarat bahwa perusahaan harus melindungi hak-hak pekerja mereka. Jadi
itu semua tergantung pada keputusan yang kita buat.
Apa yang akan dikatakan sejarawan masa depan tentang masa
pandemi ini?
Mungkin
sejarawan masa depan akan melihat masa ini sebagai titik balik dalam sejarah
abad ke-21. Tapi ke arah mana kita berpaling, itu tergantung keputusan kita
saat ini.
Profesor Yuval Noah Harari adalah sejarawan, filsuf dan
penulis buku. Karya-karyanya antara lain Antara lain-“Sapiens:
A Brief History of Humankind” dan “Homo Deus and 21 Lessons for the 21st
Century”.
Kesimpulan
dan hasil diskusi.
Bahwa masalah terbesar dari pandemi bukan terdapat pada virus corona itu
sendiri. Namun masalah besarnya adalah nirani kita, kebencian kita, keserakahan
dan ketidaktahuan kita sendiri. Hal ini tercermin dari bagaimana pengetahuan
pemerintah dan masyarakat pada umumnya
tentang virus ini serta dan bagaimana menaggapi dan mempercayai kabar
yang berkaitan dengan virus corona.
Transparasi
dari kebijakan dan pendanaan pemerintah yang banyak dikeluarkan dalam menaggapi
pandemi yang tidak hanya berpengaruh kepada kesehatan dan ekonomi ini.
Bagaimana kita kini mengambil keputusan sangat berpengaruh kepada masa depan
umat manusia. Kesadaran akan hal-hal ini perlu disebar luaskan dikarenakan
tingkat kesadaran masyarakat yang masih minim sangat berpengaruh pada
penyebaran dan keadaan sosial dilingkungan masyarakat itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar