Data
Ekonomi Mengecewakan, Bursa AS Terkoreksi pada Awal Perdagangan 15 Mei
Bursa saham Amerika Serikat turun tipis
pada awal perdagangan hari ini, Jumat (15/5/2020), saat lonjakan saham energi
menahan sentimen data ekonomi yang mengecewakan dan ketegangan AS-China.
Renat Sofie
Andriani - Bisnis.com15 Mei 2020
Bisnis.com, JAKARTA
– Bursa saham Amerika Serikat turun tipis pada awal perdagangan hari ini, Jumat
(15/5/2020), saat lonjakan saham energi menahan sentimen data ekonomi yang
mengecewakan dan ketegangan AS-China. Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 melandai
0,13 persen atau 3,73 poin ke level 2.848,77 pada pukul 10.22 pagi waktu New
York. Adapun indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,45 persen atau 107,44
poin ke posisi 23.517,90 dan indeks Nasdaq Composite melemah 0,52 persen atau
46,48 poin ke level 8.897,24.Saham energi dalam S&P 500 memperpanjang
relinya setelah harga minyak mentah diperdagangkan
mendekati level tertinggi dalam enam pekan di tengah meningkatnya tanda-tanda
pemulihan permintaan. Di sisi lain, pergerakan indeks terbebani langkah AS
untuk membatasi pasokan chip Huawei Technologies Co. juga data penjualan ritel
dan produksi industri yang mengecewakan. Data Departemen Perdagangan AS yang
dirilis Jumat (15/5) menunjukkan penjualan pada peritel dan restoran anjlok
16,4 persen pada April 2020 dari bulan sebelumnya, rekor penurunan terbesar
yang tercatat sejak tahun 1992. Penurunan ini memperbarui rekor terburuk
sekaligus mencapai hampir dua kali lipat penurunan sebesar 8,3 persen pada
Maret 2020. Data pada April pun lebih buruk dari proyeksi median untuk penurunan
12 persen. Sebuah laporan terpisah yang dirilis Federal Reserve AS menunjukkan
produksi industri turun tajam 11,2 persen pada April, penurunan tertajam secara
bulanan dalam 101 tahun, seperti dilansir dari Bloomberg. Adapun, output
manufaktur mengalami rekor penurunan sebesar 13,7 persen seiring dengan
kemerosotan di seluruh industri utama. Sementara itu, ketegangan yang memuncak
antara AS dan China telah membuat investor khawatir akan resesi global yang
semakin dalam.
Pada Kamis (14/5/2020), Presiden AS Donald Trump
mengatakan tidak ingin berbicara dengan Presiden China Xi Jinping untuk saat
ini dan berpikir tentang memutuskan hubungan dagang. “Ini pekan yang
menyedihkan,” ujar Tracie McMillion, kepala strategi alokasi aset global di
Wells Fargo Investment Institute. “Investor memiliki banyak hal yang dipikirkan
soal China. Kita juga menerima data yang menggarisbawahi kesulitan yang dialami
ekonomi saat ini.” Di pasar komoditas, Bloomberg Commodity Index menanjak 0,8
persen, harga emas bertambah 0,5 persen menjadi US$1.749,10 per troy
ounce, dan harga minyak mentah West Texas Intermediate melonjak 3,8 persen
ke US$28,62 per barel.
Hasil Diskusi:
Bursa saham Amerika Serikat melemah
pada awal perdagangan hari ini, hal ini terjadi di tengah kekhawatiran bahwa
penguatan aset berisiko telah jauh melampaui fakta soal prospek ekonomi. dan
Setelah saham global membukukan rekor penguatan yang menambah nilai sebesar
US$21 triliun ke pasar saham global, indikator teknis menunjukkan penurunan
harga yang melampaui batas waktunya. Hal inilah yang menjadi ekonomi dunia
semakin Sentimen terhadap saham AS yang saat ini beralih ke kepercayaan ekstrem
dari kekhawatiran yang sama ekstremnya dalam waktu kurang dari tiga bulan.
Tentu hal ini merupakan keadaan yang masuk akal untuk mengalami kemunduran dari
level sebeumnya. Mengingat banwasaanyya saat ini sampai AS bahkan hampir
seluruh negara di dunia masih mendapat ancaman dak tidak kejelasan perekonomian
akibat pandemi virus covid-19 yang masih terus mengalami peningkatan.
Dengan demikian, untuk mengatasi
masalah ini menurut kami The Fed sebagai Bank Sentral AS haruslah meningkatkan
kebijakan bank sentral AS, karena kemungkinan akan kebijakan fiskal maupun
moneter yang ada didalamnya akan berkomitmen kembali untuk menggunakan berbagai
alat yang dimiliki sebagai acuan untuk mendukung ekonomi AS. Oleh sebab itu,
untuk saat ini kebijakan moneter ada The
Fed harus berupaya untuk diperkirakannya apakah akan mempertahankan suku bunga
acuannya di kisaran level nol persen atau tidak. Karena hasil dari kebijakan
tersebut pasti akan memberika dampak yang begitu signfikan bagi ekonomi AS,
namun bukan hanya AS tapi juga ekonomi seluruh dunia. Karena pada dasarnya
dollar hingga saat ini masih mengalami peningkatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar