Ekonomi Sudah Anjlok di 2%-an, Dekati Skenario Terburuk?
Hendra Kusuma -
detikFinance
Kamis, 14
Mei 2020
Jakarta -
Realisasi angka pertumbuhan ekonomi sebesar 2,97% di kuartal
I-2020 membuyarkan skenario pemerintah dalam menghadapi COVID-19. Dalam
skenario berat, pemerintah menghitung ekonomi nasional di angka 4,5-4,9% di
kuartal I-2020 dan 2,3% di akhir tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi masuk masa-masa menyedihkan lantaran terus-terusan dihantam
Corona. Virus yang belum ada vaksinnya ini berdampak besar terhadap perputaran
bisnis di tanah air, sehingga mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka (TPT)
dan angka kemiskinan nasional.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu
mengatakan pemerintah masih memegang skenario pertumbuhan ekonomi di kisaran
minus 0,4% sampai 2,3% hingga akhir 2020.
"Kita lihat pertumbuhan ekonomi 2020 kita lihat antara -0,4-2,3% ini yang
akan kita lakukan. Dampak pada kemiskinan dan pengangguran ini skenario yang
tidak menyenangkan sama sekali, ini skenario yang sedih," kata Febrio
dalam paparannya saat video conference, Jakarta, Rabu (13/5/2020).
Baca juga:Terdampak Corona, Pengusaha Properti Minta Perhatian
Pemerintah |
Febrio menjelaskan dampak Pandemi Corona terhadap ekonomi
Indonesia akan berlanjut di kuartal berikutnya, yang pasti pemerintah hanya
bisa menekan dampak tersebut agar tidak meluas lebih jauh lagi.
"Harapannya ekonomi tertekan pasti tapi bagaimana tekanan itu diredam
semaksimal mungkin, kalau bisa meredam kita berusaha supaya tingkat
pengangguran tidak melonjak tajam, kemiskinan juga," jelasnya.
Adapun upaya yang sudah disiapkan pemerintah masuk dalam program pemulihan
ekonomi nasional (PEN), pemerintah sendiri sudah menerbitkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2020 sebagai landasan hukum bagi pemerintah
melaksanakan program tersebut.
Dari aturan itu, pemerintah akan menjaga sisi penawaran dan permintaan atau
supply and demand. Hal ini menyusul anjloknya data kontribusi komponen
pengeluaran pembentuk produk domestik bruto (PDB) di kuartal I-2020. Seperti
konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor dan impor.
Baca juga:Rekor Buruk! Ekonomi Inggris Menyusut 5,8% Gegara Corona |
Sedangkan dari sisi dunia usaha, pemerintah juga sudah menyiapkan
beberapa modal untuk memulihkan sekaligus menahan dampak COVID-19 kepada laju
ekonomi nasional. Untuk sisi masyarakat sudah dikucurkan bantuan sosial
(bansos) sedangkan dunia usaha antara lain insentif pajak dan kemudahan
perizinan ekspor impor.
"Kita masih menggunakan -0,4-2,3% di 2020. Kita bergerak di range itu,
bagaimana supaya ekonomi tidak menuju ke arah negatif tapi ditahan di teritori
positif," ungkapnya.
Hasil Diskusi:
Sejak
kemunculannya, wabah ini telah memberikan dampak pada berbagai sektor terutama
dalam ekonomi. pertumbuhan ekonomi Indonesia terlihat sejak adanya pandemi dan
kebijakan untuk menangani penyebaran dilakukan, dibarengi dengan pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang semakin anjlok. Berbagai kebijakan terlah diupayakan dan
diterapkan Pemerintah, namun tidak semua kebijakan tersebut berjalan mulus dan
memberi dampak positif tapi juga tidak sedikit yang gagal. Sehingga hal
tersebut menjadi pertanyaan besar mengenai efektivitas kebijakan pemerintah
uang dlaksanakan. Kondisi ini sangat berbahaya bagi perekonomian Indonesia. Apalagi,
sektor-sektor yang paling anjlok pertumbuhan PDB-nya adalah sektor yang banyak
berhubungan dengan investasi. Semisal, konstruksi (5,39%), industry pengolahan
(-6,19%), dan pertambangan (-2,2%). ondisi ini sangat berbahaya bagi
perekonomian Indonesia. Apalagi, sektor-sektor yang paling anjlok pertumbuhan
PDB-nya adalah sektor yang banyak berhubungan dengan investasi. Semisal,
konstruksi (5,39%), industry pengolahan (-6,19%), dan pertambangan (-2,2%).
Tentu gal ini mwnywbabkan Kondisi ini akan membuat investor berpikir kembali
untuk berinvestasi di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar