Review berita Kamis, 14 Mei 2020
Link berita : https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2020/04/24/11592691/emperan-tanah-abang-tempat-tidur-mereka-yang-kehilangan-pekerjaan
Isi berita : JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 berdampak
buruk pada perekonomian masyarakat, khususnya mereka yang penghasilannya tidak
tetap. Sejumlah warga bahkan terpaksa tinggal dan tidur di emperan kawasan
Pasar Tanah Abang karena tidak lagi memiliki penghasilan untuk membayar sewa
kontrakan atau indekost. Salah satunya adalah Reza, bekas karyawan toko yang
sudah hampir satu bulan tidur di trotoar Pasar Tanah Abang.
"Saya
pedagang ikut orang juga di Kota Tua dagang jilbab gitu, karena keadaan corona
ini juga pengunjung kurang dan juga peraturan dari pemerintah juga toko enggak
boleh buka, ya sudah tutup," ujarnya dalam wawancara yang disiarkan Kompas
TV, Kamis (23/4/2020).
"Namanya
kostan enggak tahu menahu, namanya perut mau morona mau enggak perut harus
makan, tempat tinggal harus dibayar," ungkapnya.
Sementara itu,
Fahmi yang juga tidur di emperan mengaku terpaksa tidur di pinggir jalan karena
kehabisan uang untuk menyewa Indekost. Fahmi sempat bekerja di pusat
perbelanjaan kawasan Blok M. Sampai akhirnya diberhentikan akibat mall dan kios
tidak boleh beroperasi.
"Kan
diperpanjang diperpanjang lagi sama pemerintah, toko di Blok M pada tutup. Nah
pas tutup sudah bingung kan, uang sudah pada habis, mau makan di mana mau
tinggal di mana, ya sudah," ungkapnya.
Kini, Reza dan
Fahmi hanya bisa tidur di trotoar dan mencari makan dengan mendatangi
tempat-tempat pembagian makanan gratis yang dilakukan di pinggir jalan. Gelombang
PHK akibat pandemi Covid-19 Ada begitu banyak pekerja di Jakarta yang terdampak
pandemi ini, baik pekerja di sektor formal maupun informal. Sekretaris
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono mengatakan, hampir
500.000 pekerja di Jakarta terkena pemutusan hubungan kerja ( PHK) akibat
dampak ekonomi pandemi Covid-19
"Jumlah PHK di DKI yang dipaparkan
Menteri Ketenagakerjaan, sampai 20 April saja itu sudah hampir 500.000,
(tepatnya) 499.318 (pekerja). Ini 1/3 dari total PHK nasional," ujar
Susiwijono dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) DKI Jakarta
secara online. Acara musrenbang itu disiarkan melalui akun YouTube Bappeda DKI
Jakarta. Susiwijono tidak merinci total pekerja yang di-PHK di seluruh
provinsi. Dia hanya menyampaikan akumulasi data pekerja yang di-PHK dan
dirumahkan imbas ekonomi dari pandemi Covid-19. "Yang di-PHK dan
dirumahkan, karena dirumahkan ini proses menuju PHK, sampai kemarin sudah di
atas 2 juta (pekerja secara nasional)," kata dia.
Ulasan berita :
Masalah
pandemi covid 19 berbagai kebijakan dilakukan salah satunya mem-PHK yang mana
dari perusahaan sudah menganalisis
resiko yang akan dihadapi jika tidak PHK, akibatnya mereka tidak dapat untuk balik, karena diterapkannya kebijakan
PSBB yang mana larangan kembali ke
kampung. Kalau mengenai PHKnya, adalah solusi terakhir perusahaan, sebaiknya di
kumpulkan saja disatu tempat supaya lebih
mudah pengalokasian bantuannya. Sehingga pada saat dikumpulkan pada satu tempat
tertentu tanpa menguragi dari social
distancing agar nantinya dalam penyaluran bantuan baik berupa dana atau pun
bantuan lainnya agar lebih mudah. Namun pemerintah juga tidak tinggal diam,
dapat dikatakan masih bertahap untuk para karyawan- karyawan yang telah di PHK dan terlantar ini. Adanya kartu prakerja
sebagai pembantu apalagi di masa pandemi covid 19 saat ini, dan juga adanya
pelatihan kerja. Sebelumnya mengenai kartu prakerja, kartu prakerja adalah sebuah
kartu yang digalangkan dalam rangka program pelatihan dan pembinaan warga
negara Indonesia yang belum memiliki keterampilan. Kartu tersebut dipromosikan
oleh Joko Widodo pada masa kampanye Pemilihan umum Presiden Indonesia 2019,
bersama dengan KIP Kuliah dan Kartu sembako murah. Selain memberdayakan, kartu
tersebut juga dinyatakan dapat menanggulangi kemiskinan. Kartu tersebut juga
dinilai efektif untuk Industri 4.0. Setiap pemohon atau pendaftar yang telah
lulus seleksi dan mendapatkan atau memegang Kartu Prakerja secara langsung
dapat mengikuti berbagai kursus secara online untuk meningkatkan kompetensi dan
kemampuan kerja mereka. Kartu tersebut
hanya dikhususkan bagi anak muda yang baru tamat SMA/SMK atau perguruan tinggi
dan diberi tunjangan untuk biaya pelatihan kerja dalam jangka waktu 6-12 bulan
saja. Selama wabah COVID 19, pemerintah melakukan perubahan terhadap kartu pra
kerja agar bisa menjadi bantuan bagi pekerja yang terkena PHK atau angkatan
kerja yang baru lulus dari pendidikan. Anggaran dilipatgandakan menjadi Rp20
triliun untuk bisa memperluas cakupan bantuan. Selain itu total bantuan yang
didapat adalah Rp3,55 juta, dengan rincian Rp600 ribu untuk biaya pelatihan
tiap bulan selama 4 bulan dengan total Rp2,4 juta dan Rp 1 juta sebagai
insentif biaya pelatihan, serta Rp150 ribu sebagai biaya survei. Pelatihan yang
awalnya meliputi juga pelatihan tatap muka, kini sepenuhnya daring.
Diharapkan
dengan adanya kartu prakerja nantinya agar dapat membantu masyarakat kurang
mampu dan kehilangan pekerjaannya pada masa pandemi covid 19. Yang mana untuk memperoleh pekerja setiap
perkembangan zaman atau tiap tahunnya tidaklah mudah, bahkan pekerja informal
harus benar- benar berdaya saing di saat
lapangan kerja masih minim dan belum mampu maksimal dalam menampung jumlah pencari kerja. Kartu ini pada
dasarnya bukan hanya sekedar insentif
buat para pekerja informal ataupun pencari pekerja. Namun juga menjadi fokus tentang bagimana kartu ini
menjadi peluang bagi pencari kerja mempersiapkan diri dalam
memasuki dunia kerja, khususnya fresh
graduate.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar