Bank Dunia Proyekikan
5.3 Persen
Sumber
: Kompas, Sabtu 15 April 2017
Bank
dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 5,3 persen. Hal
ini didasarkan adanya tantangan eksternal peningkatan kualita fiskal dan
optimalisasi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Bisa menjaga momentum pertumbuhan
ekonomi.selain itu, pertumbuhan ekonomi yang kuat, defisit transaksi berjalan
yang rendah dan defist fiskal yang konservatif menjadi patokan dalam proyeksi
bank dunia perekonomian Indonesia . namun, tantangan akan selalu ada. Tantangan
eksternal berupa perubahan kebijakan monerter di Amerika Serikat yang tak
terduga dan kelambatan pertumbuhan ekonomi china. Tantangan internalnya yaitu
peningkatan inflasi dan penerimaan negara yang masih lemah. Adapun proyeksi
untuk tahun 2018 bbank dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia rata
– rata 5,4 persen dengan demikian pertumbuhan rata – rata 2017 sampai 2019
sebesar 5,3 persen.
Presiden
Bank Dunia untuk kawasan asia timur dan pasifik victoria kwakwa melalui siaran
pers, menyatakan kebijakan yang kuat dan kebaikan proyeksi perekonomian global
secara bertahap telah membantu negara-negara berkembang asia timur dan pasifik
mempertahankan dan menurunkan angka kemiskinan. Fiskal menjadi krusial karena
menjadi instrument yang menginstimulasi perekonomian. Optimalisasi Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) penting karena China sebagai salah satu mitra dagang utama
Indonesia terus tumbuh melambat. Pada saat yang sama muncul proteksionisme yang
diembuskan AS.
Proyeksi
Bank Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonsia pada tahun 2017-2019 sebesar
5,3%, hal itu menurut kami menjadi hal yang realistis. Mengingatkan pertumbuhan
ekonomi meningkat pada tahun sebelumnya, devisit transaksi berjalan yang
rendah, dan devisit fiskal yang konservatif serta adanya peningkaan investasi
baik dari lokal maupun asing dapat menjadi penunjang tercapainya pertumbuhan
ekonomi Indonesia ke depannya, agar proyeksi Bank Dunia tersebut benar-benar
tercapai. Tetapi
disini Bank Sentral selaku pembuat kebijakan moneter dan pemerintah selaku
pembuat kebijkan fiskal harus selalu mejaaga kstabilan perkenomian di negeri
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar