"PROGRAM EXCELLENT
LEARNING BASED ON SPLT (STUDENT, PRACTICE,
LANGUAGE, AND TECHNOLOGY) : ALTERNATIF PENINGKATAN
SUMBER DAYA MANUSIA
INDONESIA YANG UNGGUL"
Fitri Nur Aisyah
KELOMPOK STUDI PENELITIAN EKONOMI
2017
Di era modern
ini, globalisasi menjadi salah satu fenomena yang tidak dapat dihindari. Globalisasi mendorong
perubahan-perubahan yang menuntut semua pihak untuk berkompetisi dalam era
keterbukaan ini. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah bentuk nyata perdagangan
bebas dalam kawasan ASEAN yang disebabkan adanya globalisasi. Pemberlakuan MEA
pada akhir 2015 berdampak pada kemudahan atau tidak adanya
penghalang bagi negara-negara kawasan ASEAN dalam hal perdagangan barang, jasa,
investasi, dan tenaga kerja terdidik. MEA menjadi sebuah peluang atau bahkan
tantangan bagi negara-negara di ASEAN. Peentuan peluang atau tantangan tersebut
akan dipengaruhi oleh kesiapan setiap negara dalam menghadapi pasar perdagangan
bebas ini. Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN harus dapat
memanfaatkan MEA ini menjadi sebuah peluang untuk memenangkan kompetisi
persaingan global bukan menjadi sasaran pasar bagi negara-negara ASEAN lainnya.
Untuk memenangkan sebuah persaingan global, keunggulan sumber daya manusia
menjadi salah satu hal terpenting yang harus dimiliki oleh Indonesia. Tetapi
permasalahannya sudah berkualitaskah sumber daya manusia Indonesia dalam
menghadapi persaingan global?
Sumber daya manusia merupakan salah
satu aset negara dalam memenangkan sebuah persaingan. Jika berbicara tentang menghadapi
sebuah persaingan, salah satu pertanyaan yang terlintas adalah seberapa besar
daya saing Indonesia? Berdasarkan data laporan World Competitiveness Yearbook tahun 2016, daya saing Indonesia
menepati posisi 41. Angka tersebut memang bukanlah angka yang rendah, namun jika
dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Malaysia,
dan Thailand angka tersebut masih jauh tertinggal. Singapura menempati posisi
ke-2, Malaysia berada pada posisi ke-25, dan Thailand berada pada posisi ke-34.
Urutan daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga lainnya
menunjukkan bahwa masih ada permasalahan-permasalah yang berakibat pada
rendahnya daya saing Indonesia. Permasalahan-permasalan terkait sumber daya
manusia yang dihadapi Indonesia antara lain rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini disebabkan oleh beberapa faktor baik
dari individunya sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Salah satu upaya yang
dilakukan pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah
melalui jalur pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu pilar utama dalam
membentuk sumber daya manusia yang unggul. Sumber daya manusia yang unggul
adalah sumber daya manusia yang berdaya saing. Sistem pendidikan di Indonesia
telah mengalami beberapa perubahan. Perubahan-perubahan tersebut diselaraskan
dengan perubahan kondisi yang ada antara lain perubahan sistem Teacher Centered Learning (TCL) menjadi Student Centered Learning (SCL).
Namun dalam pengimplementasiannya,
SCL masih dianggap kurang efektif karena mengalami beberapa hambatan.
Berdasarkan penelitian Abdullah Aly (2014) menyatakan bahwa terdapat problem
utama pembelajaran di Universitas Muhammadiyah Surakarta yaitu para dosen belum
sepenuhnya menerapkan model pembelajaran berbasis SCL karena
sebagian besar dosen masih menerapkan model berlajar berbasis TCL. Problem
utama tersebut berdampak pada tiga problem turunan dalam pembelajaran di UMS yaitu (1) pembelajaran cenderung bersifat
behavioristik dan bukan konstruktivistik, (2) pembelajaran lebih menekankan pada aspek pedagogis dan bukan
andragogis, dan (3) pembelajaran belum sepenuhnya melibatkan keaktifan para
mahasiswa. Pembelajaran berbasis SCL diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
kritis mahasiswa karena dalam pembelajaran ini mahasiswa adalah subjek
pembelajaran dan pengajar adalah fasilitator dalam pembelajaran. Namun sudah
efektifkah pembelajaran berbasis SCL jika nyatanya masih terdapat
hambatan-hambatan dalam pengimplementasiannya?
Dengan
adanya permasalahan ini, perlu dikaji ulang model pembelajaran yang diterapkan
di Indonesia. Dalam mengkaji model pembelajaran tersebut harus disesuaikan
dengan tuntutan kebutuhan pasar atau kondisi yang ada saat ini sehingga
mahasiswa ketika lulus sudah siap menghadapi dunia kerja. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Illah Sailah (Direktur Akademik Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi) menyatakan bahwa lulusan perguruan tinggi cenderung
memiliki karakter cepat bosan, bermental lemah, tidak dapat membina kerja sama,
serta tidak memilik integritas. Hal ini dapat terjadi karena apa yang diberikan
di perguruan tinggi sudah tidak sesuai lagi dengan apa yang dibutuhkan oleh
dunia kerja saat ini. Materi yang
disampaikan pada perkuliahan cenderung hanya materi secara teoritis saja, namun
mahasiswa jarang sekali mempunyai kesempatan untuk mempraktikkan apa yang telah
dimahasiswai tersebut. Dengan kata lain, perguruan tinggi hanya menyajikan hard skills saja. Tetapi pada kenyataannya,
justru penentu kesuksesan teletak pada soft
skills.
Pentingnya
soft skills ini diperkuat dengan
hasil penelitian National Association of
Colleges and Employers (NACE) 2012,
yang menyebutkan bahwa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukanlah hal terpenting
dalam dunia kerja. Hal yang terpenting adalah adanya soft skills antara lain kemampuan komunikasi, kejujuran, kerja
sama, motivasi, kemampuan beradaptasi dan kemampuan interpersonal lainnya.
Selain itu, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa pada umumnya pengguna
kerja membutuhkan keahlian kerja berupa 82 soft
skills dan 18 adalah hard skills.
Penelitan tersebut menunjukkan bahwa soft
skills-lah yang dibutuhkan oleh
dunia kerja pada era sekarang ini.
Aribowo
(dalam Sailah,2008) membagi soft skills
menjadi dua kelompok yaitu intrapersonal
skills dan interpersonal skills. Intrapersonal skills merupakan ketrampilan
seseorang dalam mengatur dirinya sendiri. Keterampilan ini meliputi transforming character, transforming
believe, change management, stress management, time managment, creative
thinking processes, dan goal setting
& life purpose. Sedangkan interpersonal
skills merupakan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam berinteraksi
dengan orang lain yang meliputi communication
skills, relationship building, motivation skills, leadership skills,
self-marketing skills, negotation skills, presentation skills dan public speaking skills.
Indonesia
telah berupaya memberlakukan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) sejak tahun 2002 dalam rangka mensinergikan antara hard skills dan soft skills. KBK ini mengamanatkan
kepada setiap program studi di perguruan tinggi yang bersangkutan (bukan oleh
pemerintah). Sailah (2008) menyatakan bahwa untuk mengimplementasikan KBK
diperlukan keberanian untuk berubah, kreativitas dosen dalam mengoptimalkan sumber
daya fasilitas dan kemauan serta komitmen yang kuat dari pimpinan perguruan
tinggi untuk menerapkannya. KBK ini
mempunyai ciri-ciri antara lain proses pembelajaran yang dirancang dengan
orientasi pada pencapaian kompetensi dan berfokus pada minat peserta didik (Student Centered Learning). Namun pada
kenyataannya, SCL ini masih belum efektif dalam meningkatkan soft skills mahasiswa. Salah satu
program yang dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia yang unggul adalah Program
Excellent Learning Based On SPLT (Student, Practice, Language, and Technology).
Program Excellent Learning Based On SPLT ini
mengintegrasikan antara hard skills dan soft skills
dalam pengimplementasian KBK yang ada di perguruan tinggi Indonesia. Program
ini sebagai salah satu program wajb yang harus diterapkan oleh perguruan tinggi
dalam proses belajar mengajar. Selain itu program ini memuat aspek-aspek yang
harus diperhatikan oleh perguruan tinggi dalam menyiapkan lulusan yang tidak
hanya pandai secara hard skills saja
tetapi juga didukung soft skills yang
luar biasa. Program ini akan menjadi sebuah pedoman sistem perkuliahan dan
mengurangi tingkat kesenjangan (closing
the gap) antar perguruan tinggi di Indonesia. Dinamakan Program
Excellent Learning Based On SPLT karena program ini
merupakan program unggul dalam artian suatu program yang diharapkan dapat
membentuk sumber daya manusia yang unggul yaitu sumber daya manusia yang
berdaya saing baik ditingkat lokal maupun global dengan menekankan pada aspek Student, Practice, Language, dan Technology. Berikut penjabaran dari
aspek-aspek Program Excellent Learning
tersebut:
1.
Student
Indonesia telah menerapkan sistem pengajaran Student Centered Learning namun
pengimplementasiannya masih terdapat beberapa kendala seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Dalam Excellent
Learning ini, penerapan SCL dikombinasikan dengan Sistem Among. Sistem Among merupakan
sistem pengajaran yang dicetus oleh bapak pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar
Dewantara yang berfokus pada kodrat manusia dan kemerdekaan yang telah
diterapkan dalam pendidikan Taman Siswa. Dalam hal ini, dosen sebagai pamong yang bertugas untuk mendidik dan
mengajar anak sepanjang waktu dengan kasih sayang sehingga hubungan antara mahasiswa dan dosen
dianalogikan seperti hubungan petani dengan tanamannya.
Pemilihan sistem among
ini bukan tanpa alasan, sistem ini digali dari kearifan lokal bangsa
Indonesia yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Selain itu pada
dasarnya sistem among dapat diterapakan pada masa sekaran ini. Hal ini
dibuktikan dengan penerapan sistem Among di SMA Taruma Nusantara, yang dapat
terarah dan berhasil. Penelitian Supriyanto (2008) yang membandingkan antara
pembelajaran dengan Sistem Among dengan SCL menunjukan bahwa dalam tataran
tertentu pembelajaran dalam Sistem Among lebih maju dan sesuai daripada metode
SCL, sebaliknya dalam tataran tertentu metode SCL yang diterapkan di Indonesia
masih bersifat sentralisitik dan belum menjadi suatu metode yang secara otonom
dan otentik dimiliki oleh guru atau dose. Dengan pengkombinasian Sistem Among
dalam SCL maka diharapkan terbentuknya sumber daya manusia yang unggul yang
mempunyai kemampuan berfikir kritis, kemampuan berkomunikasi, dan etika
profesional berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
2.
Practice
Dalam elemen ini, mahasiswa tidak hanya diberikan
materi perkuliahan secara teoritis saja. Namun dosen sebagai fasilitator juga
menerapkan sistem pembelajaran yang mendukung kemampuan praktik mahasiswa.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan praktik
mahasiswa adalah dengan adanya Case Study,
Discussion, and Problem Solving Method. Dengan kegiatan tersebut akan
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan kerja sama, dan kemampuan
berkomunikasi mahasiswa. Selain itu yang harus mendapat perhatian dari dosen
adalah adanya evaluasi setelah kegiatan practice
ini sehingga mahasiswa mengetahui kesalahan atau kekeliruan yang ada selama
proses practice ini.
3.
Language
Bahasa menjadi salah satu elemen penting dari
Program Excellent Learning ini.
Keikutsertaan bahasa dikarenakan rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia
juga disebabkan oleh kurangnya kemampuan berbahasa asing. Kurangnya kemampuan berbahasa asing ini
disebabkan karena belum adanya kebiasaan masyarakat Indonesia dalam berbicara
bahasa asing khususnya Bahasa Inggris. Oleh karena itu, program Excellent Learning ini berusaha menjadikan bahasa asing khususnya Bahasa
Inggris menjadi bahasa sehari-hari. Hal ini dapat dicapai dengan penanaman
kebiasaan berbahasa Inggris dalam perkuliahan. Dosen sebagai fasilitator juga harus
membudidayakan gemar berbahasa asing dalam rangka peningkatan kemampuan bahasa
asing mahasiswa menuju sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Penerapan
aspek language ini antara lain dengan
pengguanan literatur berbahasa Inggris, diskusi dalam Bahasa Inggris serta
adanya inovasi Full Day Speak English.
Dengan semangat membiasakan berbahasa Inggris
akan meningkatkan soft skills
mahasiswa dalam hal komunikasi dan akan menciptakan nilai tambah terhadap
sumber daya manusia Indonesia.
4.
Technology
Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat,
mahasiswa dituntut untuk menguasai teknologi tersebut. Dalam pembelajaran,
mahasiswa dibiasakan untuk menggunakan teknologi seperti presentasi menggunakan
power point, virtual class, dan
penggunaan sistem dalam memudahkan pembelajaran seperti e-Learning. Dengan aspek teknologi ini mahasiswa akan mempunyai
nilai tambah ketrampilan yang berguna ketika mencari pekerjaan.
|
Program Excellent Learning Based On SPLT dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi alternatif untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi persaingan global.
Program ini telah layak diwujudkan dan dikembangkan karena sejatinya apek-aspek
yang berada dalam Program Excellent
Learning Based On SPLT telah diimplementasikan dalam sistem perkuliahan
perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu dalam program ini dikombinasikan
dengan Sistem Among Ki Hajar Dewantara yang
mengandung nilai-nilai luhur yang sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia
yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan kembali karakter-karakter Bangsa
Indonesia dalam jiwa setiap mahasiswa. Selain itu penerapan program ini
merupakan suatu kewajiban sehingga setiap perguruan tinggi di Indonesia
mempunyai standar dalam penyampaian pembelajaran sehingga mengurangi
kesenjangan (closing the gap) antar
perguruan tinggi di Indonesia. Dengan penerapan Program Excellent Learning Based On SPLT akan menciptakan peningkatan
sumber daya manusia yang unggul yaitu manusia Indonesia yang berdaya saing
dengan nilai-nilai karakter Bangsa
Indonesia dan siap menghadapi serta memenangkan persaingan global.
DAFTAR PUSTAKA
Aly, Abdullah. 2014. Telaah Terhadap Problem Pembelajaran di Universitas Muhammadiyah
Surakarta pada Tahun 2013-2014. Jurnal Studi Islam Vol 15 No.2
Fani, Setiani Rasto. 2016. Mengembangkan Softskilss Siswa Melalui Proses Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan Manajemen Perkantoran Vol 1, 170-176
Sailah, Illah. 2008. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi
Tarmidi. 2010. Peran
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Terhadap Pembentukan Soft Skills Mahasiswa.
Wangid, Muhammad Nur. 2009. Sistem Among Pada Masa Kini: Kajian Konsep & Praktik Pendidikan. Jurnal
Kependidikan Vol XXXIX
--------.2014.Mahasiswa
perlu softskill. career.telkomunivesity.ac.id
(diakses pada tanggal 14 April 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar