“PENGADAAN RUMAH BELAJAR SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN
ANAK BURUH MIGRAN DI WILAYAH PERBATASAN MELALU KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER
BERBASIS HOLISTIK INTEGRATIF”
M. Silahul Mu’min
150810101111
KELOMPOK STUDI PENELITIAN
EKONOMI
2017
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan sebuah investasi penting dalam pembangunan nasional. Melalui
pendidikan mampu menciptakan manusia – manusia yang berkualitas. Kualitas
sumber daya manusia yang dihasilkan bisa tercermin dalam konsep pendidikan yang
sesuai. Artinya konsep pendidikan dengan sistem pembelajaran yang berkualitas
dan konsep belajar mengajar yang komprehensif. Dalam teori modal manusia ,
pendidikan merupakan salah satu investasi yang bersifat jangka panjang untuk
menciptakan sumber daya manusia berkualitas. Peningkatan kemampuan, keahlian
serta kecerdasan bisa dibentuk dan diasah secara simultan melalui pendidikan.
Semakin tinggi tingkat kualitas pendidikan suatu negara akan mencerminkan
negara tersebut apakah termasuk negara maju ataupun berkembang. Pendidikan bisa
menjadi representative keadaan sumber daya manusia di suatu negara.
Representative bisa memberikan gambaran umum apakah suatu metode pembelajaran
bisa menciptakan output berupa sumber daya manusia berkualitas.
Adanya
sistem wajib belajar 12 tahun merupakan salah satu langkah pemerintah dalam
upaya memberikan kesadaran terhadap masyarakat yang masih menomorduakan
pendidikan. Pemerintah mensegmentasi masyarakat kalangan desa yang dirasa masih
menganggap pendidikan bukanlah hal utama untuk meningkatkan kesejahtraan hidup.
Hal ini bertolak pada fenomena banyaknya orang tua yang rela mempekerjakan
anaknya yang masih usia dini. Memang banyak faktor selain pengaruh pola pikir
yang membuat orang tua dengan terpaksa tidak menyekolahkan anaknya. Faktor
utama lain bisa jadi karena keterbatasan ekonomi dari orang tua yang
bersangkutan. Namun, di era sekarang hal ini menjadi alasan klasik karena
pemerintah sudah memberikan kebijakan subsidi pendidikan untuk orang kurang
mampu mulai dari tingkat SD, SMP, sampai ke perguruan tinggi. Maka sangat
disayangkan jika masih ada orang tua yang tidak mensekolahkan anaknya yang
masih berusia dini. Permasalahn tersebut memang masih menjadi faktor penghambat
sebagai upaya untuk menciptakan sumber daya manusia berkualitas melalui
pendidikan.
Permaslaahan
pendidikan di Indonesia bisa dibilang sangat kompleks. Mulai dari permasalahn
sistem belajar yang tidak sesuai hingga minimnya akses untuk mendukung
pembelajaran. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia yakni adanya
ketidaksetaraan kualitas pendidikan yang diberikan antara siswa yang berada di
kota dan didaerah terpencil seperti daerah perbatasan. Permaslaahan ini yang
pada umumnya masih belum diperhatikan secara penuh oleh pemerintah.
Ketidaksetaraan kualitas pendidikan yang diterima oleh anak – anak didaerah
terpencil sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusianya. Beberapa
persoalan konkrit permasalahan pendidikan di daerah perbatasan antara lain
sulitnya menempatkan tenaga guru, sulitnya membangun sarana dan prasarana pendidikan serta tuntutan
standarisasi sistem pendidikan mengenai jenjang pendidikan dan kurikulum
nasional menghambat pendidikan d daerah perbatasan untuk mengejar
ketertinggalan ( suciati dan ariningsih, 2016)
Menurut
Tri Potranto (2003) persebaran sarana dan prasarana yang tidak dapat menjangkau
desa-desa yang letaknya tersebar dengan jarak yang saling berjauhan,
mengakibatkan pendidikan diwilayah perbatasan slalu tertinggal dibanding daerah
lainya. Kendala minimnya sarana prasaran pendidikan dan pengembangan kualitas
pendidikan di daerah perbatasan bisa dibantu dengan pengadaan sebuah Rumah
Belajar. Rumah belajar bisa dijadikan sebagai solusi permasalahan pendidikan
anak bururh migran di daerah perbatasan. Rumah belajar menyediakan konsep
pendidikan karakter berbasis holistic integrative dengan tujuan untuk
memperbaiki pola perilaku serta sikap anak buruh imigran. Hal ini dikarenakan
selama ini banyak anak buruh migran yang belum mengerti akan sopan santun
terhadap sesorang yang lebih tua. Fenomena itu disebabkan karena mereka masih
belum diberi insentif ilmu pengetahuan dan pendidikan karakter. Maka penyediaan
rumah belajar tersebut penting dilakukan dikarenakan tidak hanya membantu Perbaikan
kualitas pendidkan anak buruh migran namun juga memperbaiki karakter serta pola
perilaku dari anak buruh migran.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil temuan Asis
Wahyud, et al (2016), dapat dipaparkan
beberapa karakter anak yang berada di daerah 3T yakni Terdepan, Terluar, dan
Tertinggal dan daerah perbatasan khususnya di daerah kabupaten Nunukan,
Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan wilayah sabah Malaysia sebagai
berikut.
- Rendahnya Karakter cinta tanah air
Karakter
cinta tanah air diwujudkan dengan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Salah
satu penerapan wujud rasa nasionalisme dilingkungan sekolah adalah dengan
mengadakan upacara bendera. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan upaya
yang dilakukan sekolah – sekolah daerah terdepan dan terluar . disana
pelaksanaan upacara bendera masih belum rutin dilaksanakan. Berdasarkan
observasi yang dilakukan upacar bendera hanya 2 tahun belakangan baru
dilaksanakan, sebelumnya belum pernah.
- Rendahnya karakter tanggung jawab
Sikap
tanggung jawab merupakan komponen penting yang harus dimiliki oleh seseorang.
Adanya rasa tanggung jawab mampu menjadikan seseorang sebagai insan yang
berkualitas dan dipercaya. Penerepan sikap tanggung jawab harus sejak dini dilakukan
dan salah satunya ketika saat masih menjadi siswa. Banyak siswa di wilayah
perbatasan memiliki rasa tanggung jawab rendah. Rendahnya tanggung jawab
dibuktikan dengan banyak siswa tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan
oleh guru. Tidak adanya buku teks pelajaran yang tersedia semakin mempengaruhi
hasil belajar siswa. Biasanya buku teks pelajaran akan menjadi acuan siswa
untuk belajar dan juga mengerjakan tugas.
- Rendahnya karakter disiplin
Rasa
tanggung jawab yang dimiliki juga harus disertai dengan sikap disiplin.
Disiplin berarti sikap yang berkomitmen dalam mematuhi serta mentaati
peraturan. Siswa di SMP SATAP Negeri 2 Tampan’Amma memiliki karakter sikap
disiplin rendah yang ditunjukan dengan
masih banyaknya siswa datang terlambat ketika sekolah dan tak jarang dari
mereka yang tidak memakai seragam sesuai peraturan. Kurangnya kesadaran diri
dari siswa dan orang tua serta keterbaasan kondisi perekonomian menjadi faktor
pemicu banyaknya siswa yang hanya memakai pakaian seadaanya ketika sekolah.
- Rendahnya karakter kreatif
Menurut
Stenberg dan Lubart (dalam Aziz, 2009) menyebutkan bahwa sikap kreatif yang
dimiliki seseorang memiliki ciri – ciri berikut yakni 1) ketekunan menghadapi
tantangan, 2)keberanian untuk menanggung risiko, 3) keinginan untuk berkembang,
4) toleransi terhadap ketaksaan, 5) keterbukaan terhadap pengalaman baru, 6)
keteguhan terhadap pendirian. Sikap kreatif menjadi poin penting dalam dunia
pendidikan. Melalui sikap kreatif mampu menghasilkan siswa – siswa cerdas dalam
merespon perkembangan zaman. Akan tetapi, rendahnya kreativitas siswa di daerah
perbatasan menjadi tantangan tersndiri bagi tenaga pengajar di daerah
perbatasan dalam pengembangan kemampuan siswa.
Berbagai permasalahan
karakter yang dimiliki oleh kebanyakan siswa di daerah perbatasan menjadi
tantangan tersendiri bukan hanya pemerintah tetapi juga mencakup kalangan
akademisi , tak terkecuali dosen sebaga tenaga pendidik dan juga mahasiswa.
Sebagai solusi untuk membantu memperbaiki karakter siswa di daerah perbatasan
dengan keterbatasan fasilitas yang ada, penulis menyarankan sebuah gagasan
pendirian Rumah belajar dengan konsep pendidikan holistic integrative.
Dalam upaya membantu
permasalahan pendidikan di daerah perbatasan khususnya untuk anak buruh migran,
penyediaan rumah belajar dirasa sangat potensial dikembangkan. Daya potensi ini
bisa dijadikan sebagai wadah untuk pengupayaan pendidikan anak buruh migran.
Konsep rumah belajar bisa menjadi komplementer pendidikan formal. Penyediaan
rumah belajar yang praktis serta sistematis menjadi lebih efisien sebagai
pengganti pengadaan pendidikan formal. Pada dasarnya, konsep rumah belajar
tidak mengabaikan esensi dari pendidikan formal pada umumnya. Namun, konsep
rumah belajar ini sangat mengedepankan nilai-nilai pendidikan karakter.
Penekanan nilai-nilai karakter ini bisa dilakukan secara intra-personal dari
tenaga pendidik ke para murid melalui kegiatan pengajaran, mentoring serta
pengembangan kemampuan peserta didik.
Nilai-nilai karakter yang disematkan
di pembelajaran rumah belajar secara intrinsic termasuk dalam pola konsep
pendidikan holistic integrative. Secara harfiah pendidikan holistic
menitikberatkan kepada pengembangan kemampuan peserta didik dengan suasana
pembelajaran yang menyenangkan. Konsep ini bisa diterapkan ke para anak buruh
migran yang notabenya butuh sistem pembelajaran yang asyik dan menyenangkan
sehingga tidak terkesan membosankan untuk mereka. Sedangkan sistem pendidikan
integrative merupakan konsep pendidikan yang lebih kompleks, komprehensif, dan
menyeluruh dengan melibatkan unsur – unsur internal dan eksternal, mulai dari
materi, metode, media serta SDM lainya seperti masyarakat dan orang tua.
Penekanan konsep pendidikan karakter
melalui pendidikan holistic-integrativ di rumah belajar diharapkan bisa merubah
karakter anak di daerah perbatasan. Pendidikan karakter dengan tidak
menghilangkan pendidikan nasionalisme menjadi komponen utama dalam muatan
kurikulum di rumah belajar. muatan kurikulum yang perlu diadakan antara lain
yaitu pendidikan nasionalisme mencakup pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan
bela negara, pendidikan kewirausahaan, pendidikan karakter dan pendidikan life skill. meski secara harfiah rumah
belajar bukanlah sekolah formal, akan tetapi hal ini tidak menjadi hambatan
dalam upaya merubah karakteristik anak – anak di daerah perbatasan. Menurut
agus wibowo (dalam ajis wahyudi et al,
2009) upaya yang dilakukan satuan pendidikan dalam memperkuat pendidikan
karakter kepada para siswa bisa melalui pembiasaan kegiatan yang dilaksanakan
di sekolah antara lain 1) kegiatan rutin seperti upacara bendera, 2) kegiatan
spontan, seperti mengumpulkan sumbangan kepada teman atau warga yang terkena
musibah, 3) keteladanan, seperti nilai disiplin, kebersihan, kerapihan,
perhatia, jujur dan taat beribadah.
Dari
pembiasaan – pembiasaan tersbut bisa di masukan dalam konsep pendidikan dengan
beberapa nilai karakter yang bisa ditanamkan di rumah belajar yaitu Cinta tanah air, rasa tanggung jawab,
kedisiplinan , gemar membaca dan kreativitas. Adapun beberapa komponen
nilai karakter tersebut bisa dimasukan dalam beberapa kegiatan dan muatan
kurikulum di rumah belajar yang dapat diuraikan pada tabel sebagai berikut.
Nilai
Karakter
|
Muatan
Kurikulum
|
Bentuk
Kegiatan
|
Cinta
tanah air
|
-
Pendidikan bela negara
-
Pendidikan kewarganegaaraan
-
Pendidikan pancasila
|
-
rutin melakukan upacara tiap hari senin
-
menyanyikan lagu nasional sebelum pembelajaran dimulai
-
mengenalkan pahlawan – pahlawan Indonesia melalui media permainan dan
pembelajaran
-
menghafal nama – nama presiden Indonesia
-
membiasakan penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi di lingkungan
rumah belajar
-
memasang foto para pahlawan dan presiden di rumah belajar
-
mengenalkan produk – produk dalam negeri dll.
|
Rasa
Tanggung jawab
|
-
seluruh muatan lokal
|
-
murid harus selalu mengumpulkan tugas
-
murid harus mencatat setiap kegiatan yang dilakukan sehari – hari
-
membentuk piket harian
-
membentuk koordinator harian
-
melakukan kerja bakti sekali dalam seminggu dll.
|
Kedisiplinan
|
-
seluruh muatan lokal
|
-
setiap murid dan tenaga pengajar wajib hadir 10 menit sebelum pembelajaran
dmulai
-
murid harus mengumpulkan tugas tepat waktu
-
membiasakan mematuhi peraturan
|
Gemar
membaca
|
-
seluruh muatan lokal
|
-
membuat kegiatan membaca one day one
sheet untuk seluruh siswa
-
menyedikaan perpustakaan mini
-
menyediakaan buku yang relevan dengan disertai gambar – gambar menarik dll.
|
Kreativitas
|
-
pendidikan life skill
-
pendidikan kewirausahaan
|
-
pemberian tugas karya seni terhadap siswa
-
membuat produk berbasis kearifan lokal
-
mengadakan kantin rumah belajar dll.
|
Penulis
membuat beberapa komponen dari konsep pendidikan di rumah belajar dengan
mengacu pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Asis Wahyudi, et al, (2016) dengan mengembangkan
beberapa komponen yang ada.
Gambar
1. Flow Chart model pendidikan di
rumah belajar
Pengadaan rumah belajar diupayakan
ada di setiap desa di wilayah perbatasan. Hal ini untuk membantu peran sekolah
formal yang masih terbatas jumlahnya. Desa yang secara demografi memiliki akses
sulit ke sekolah formal yang ada bisa dijadikan objek utama pendirian rumah
belajar. Mahasiswa diharuskan bisa menjadi inisiator penggerak dalam pendirian
rumah belajar. pemerintah dan instansi terkait diharapkan mampu menjadi
penyokong utama. Pemerintah dalam upaya menyokong pendirian rumah belajar bisa
menjadi otoritas regulator dan sumber dana. Intansi ataupun perguruan tinggi
terkait bisa menjadi fasilitator melalui lembaga pengabdian masyarakat.
Kedepanya upaya pendirian rumah belajar tidak hanya melibatkan pemerintah,
perguruan tinggi maupun mahasiswa. Akan tetapi adanya dukungan pihak swasta
bisa melakukan akomodasi dengan melakukan promosi ke masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
A, M. 2013. Rumah Belajar 'Karakter'. [Online]. http://bemfmipa.student.uny.ac.id/2013/09/23/rumah-belajar-karakter/.
(8 April 2017)
Asis
Wahyudi, Muzakki, H, M, Juliyansyah. 2016. "PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER
UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING DALAM ERA GLOBAL BAGI SISWA DI DAERAH TERDEPAN,
TERLUAR, DAN TERTINGGAL (Studi Kasus di Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, NTT,
dan Papua)". Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS. 1 (1), 1 - 12
Sternberg,R.J.,
& Lubart, T. I.(1995). Defying the crowd, cultivating creativity in a
cultural of conformity. New York: A Division of Simon & Schuster Inc.
Sthohirin.
2012. Mewujudkan Pendidikan Holistik-Integratif di Indonesia. [Online]. http://ahmadthohirin.blogspot.co.id/2012/09/pendidikan-holistik-di
indonesia.html. ( 8 April 2017)
Suciati
dan Ariningsih. (2016). "Pengembangan Model Pendidikan Mnengah
"Sekolah Kebangsaan" Di Daerah Terpencil, Tertinggal, Terluar dan
Perbatasan Sebagai Implementasi Pembelajaran PKn". Jurnal Moral
Kemsyarakatan. 1 (1), 76 - 86
Wibowo,
Agus. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadaban.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar