Kompas,
Jum’at 27 April 2018
KUALITAS
PENDIDIKAN RENDAH
PRO:
Ketercapaian pendidikan masih jauh dari
harapan. Hal itu terbukti dari beberapa fenomena yang terjadi dalam dunia
pendidikan saat ini. Suatu contoh saat ini pemerintah lebih memfokuskan dalam
pembenahan kurikulu pendidikan tanpa memperhatikan pengembangna siswa dalam
pelaksanaan kurikulum tersebut. Pada peralihan kurikulum KTSP ke kurikulum 2013
menyebabkan semakin kompleksnya pelajaran yang harus dituntut para siswa, dalam
hal ini benar bahwa kurikulum semakin baik tetapi pemerintah tidak
memperhatikan danmelihat kondisi siswa yang mungkin ketetran sehingga
nilai-nilai semakin menurun.
Kemudian
hal yang menjadi faktor rendahnya pendidikan adalah rendahnya pula kualitas
guru / pengajak saat ini banyak ditemukan guru / pengajar yang mengajar tidak
sesuai dengan bidang dan kompotensi keahlinya. Sehingga ketika guru tidak
menguasai materi tersebut, maka siswa akan mengalami kesulitan pemahaman materi
tersebut.
Tak hanya kualitas tenaga pengajar yang
rendah, tetapi juga kualitas orang tua yang rendah di daerah pelosok banyak
ditemukan pernikahan dini tanpa kematangan dan pengetahuan yang cukup sehinnga
generasi penerus yang dihasilkan juga berkualitas rendah. Dalam kondisi seperti
ada saat ketika orang tua ingin meningkatkan pendidikan anaknya sehingga siswa
di daerah pelosok dapat bersekolah di kota, namun pabila kondisi pendidikan di
kota juga tidak baik maka akan terasa percuma.
Pengalokasian
dana / anggaran sekolah juga menjadi sorotan yang perlu dierhatikan. Dana yang
diperoleh dari siswa yang seharusnya untuk pengembangan siswa, sekarang lebih
digencarkan untuk pembangunan sarana prasarana. Kemudian adanya sejumlah
sekolah di Sumatra selatan tepatnya di perbatasan Palembang dan lampung dari
berbagai jenjang tidak memiliki kapasitas bangku yang sama, semakin tinggi
jenjangnya maka semakin sedikit
kapasitasnya. Hal ini menyebabkan tidak meratanya pendidikan di daerah
tersebut, karena apabila menempuh pendidikan di luar daerahnya akan memakan
biaya yang tidak sedikit.
Rendahnya
kualitas pendidikan tersebut, diperoleh sejumlah data yang menunjukkan bahwa
siswa kelas II SD 47% memiliki kemampuan lancer membaca dan mampu memahami
26,3% tidak lancer membaca dan mampu memahami , 20,7% lancer membaca dan tidak
mampu memahami, 26,3% tidak lancar
membaca dan mampu memahami, dan 5,8% tidak lancar membaca dan tidak lancar
memahami. Kemudian pada jenjang SMP kisaran umut 15 tahun sejumlah 37,6% lancar
membaca, tetapi tidak mampu menagkap makna, serta orang dewasa sejumlah 37,6%
lancar membaca, tetapi tidak mampu menagkap makna, serta orang dewasa sejumlah
70% berada pada level 1 yang mampu membaca kalimat sederhana, melengkapi
kalimat dengan kata dasar, tidak memahami struktur kalimat / paragraf.
KONTRA:
Pada tahun 2015,
Indonesia berhasil meraih penghargaan UNESCO. Japan prize bidang pendidikan
untuk pembangunan berkelanjutan / education for suistanable development (ESD).
Prestasi ini menjadi bukti pengakuan dunia atas keberhasilan pendidikan
Indonesia dalam mempromosikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan.
Metode yang diterapkan yakni fokus pendekatan kewirausahaan dengan berbagai keterampilan vokasional.
Dengan harapan menghasilkan generasi yang berpkir kritis dan mampu menganalisis
masalah sekitar, memiliki keterampilan sikap dan nilai yang berbudi luhur.
Selain
itu, banyak pelajar yang mampu berprestasi di kancah dunia. Misal made raditia
prasanta bagus putu satria suarima, pelajar dari SMA Negeri Bali peraih
penghargaan khusus dari Amerika meteorological society karena meneliti alat
prediksi cuaca, Muhammad naufal gifari asal SMAN 1 Mataram yang meraih emas di
internasional foundation aits dan culture (IFAC) di Tokyo pada agustus 2017,
dan masih banyak prestasi yang telah diraih oleh tunas bangsa Indonesia.
Pemerintah
juga berupaya menaikkan anggaran pendidikan yang semula 414 triliun menjadi 441
triliun. Dana tersebut digunakan dalam program Indonesia pintar untuk 19,7 juta
siswa, beasiswa bidik misi untuk 401.500 mahasiswa. Dan bantuan operasional
sekolah (BOS) untuk 262.200 sekolah. Dari beberapa hal yang disebutkan
membuktikan bahwa, peseta didik di Indonesia sudah cukup membanggakan prestasi
dan kualitasnya, namun perlu adanya peningkatan yang signifikan karena
pemerintah pun telah berupaya meningkatkan anggaran untuk kemajuan pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar